Law of responsibility

"involves more, responsible more - involves less, responsible less" [Law of responsibility] Harry "uncommon" Purnama

Ini tentang "manusia kita" di sisi sebelah dalam.
Ini tentang "sebelah dalam" yang menentukan "sebelah luar."
Ini tentang values, nilai, sikap dan karakter hidup.
Ini tentang budaya kerja dan budaya hidup.

Ada 2 jenis kata  "mendasar" dari responsibility, pertama INVOLVE [verb, terlibat atau melibatkan diri secara sadar, bukan dipaksa dari sebelah luar]. Dan kedua RESPONSIBLE [adjective, tanggung jawab atau bertanggung jawab]. INVOLVE sebagai soul atau jiwa dari tanggung jawab. Orang yang bertanggung jawab, ia pastilah mau terlibat. Sebaliknya, orang yang tidak mau bertanggung jawab terhadap sesuatu, pasti tidak mau "terlibat" terhadap segala sesuatu. Lalu muncul konsep, "lari dari masalah" sebagai lari dari tanggung jawab.dst dst.

Kedua kata ini telah menginspirasi saya tentang "tanggung jawab" [responsible] sebagai sumber dari 4 values kerja dan values kehidupan lainnya.
"Responsibility is the source of positive things in life"

note:
"responsibility" sebagai noun, kata benda, ia diterjemahkan menjadi "tanggung jawab." Atau disinonimkan dengan kata lain yaitu "ACCOUNTABILITY." Yang dalam bahasa Indonesia, dinaturalisasikan menjadi AKUNTABILITAS, dalam  terminologi GCG [good corporate governance] hari-hari ini. Akuntabilitas diartikan dapat dipertanggung-jawabkan, riil, tidak fiktif, tidak bohong. Mengapa GCG menganut Akuntabilitas? Karena banyak tindakan di dalam organisasi tidak jelas siapa yang memberi perintah [karena tradisi turun-temurun], siapa yang mau melakukan dan setelah dilakukan siapa yang mau bertanggung jawab.

Dalam bisnis & kehidupan, RESPONSIBILITY kemudian sering dipakai sebagai "OWN dan TAKE" RESPONSIBILITY. Di sebuah perusahaan perbankan, misalnya, RESPONSIBILITY, diartikan / dimaknai sebagai standard behaviour as OWN dan TAKE responsibility [maknanya ada 2, pertama memiliki dan kedua mengambil tanggung jawab, jadinya kaya tanggung jawab.]
Sudah memiliki, masih mau mengambil tanggung jawab lagi]. Perusahaan ini ingin membangun "corporate culture" merasa harus bertanggung jawab untuk internal customer dan external customernya.
Contoh RESPONSIBILITY atau ACCOUNTABILITY di dunia bisnis lainnya adalah semakin banyak kini, "multi-national company",  "menarik" semua bacth produksi rejectnya yang telah beredar di pasaran dan merugikan konsumennya. Meski rugi. Itulah TANGGUNG JAWAB. Meski rugi, itulah bentuk dari kejelasan siapa yang mau menanggungnya. Oleh karena itu, mengapa ada barang mahal? Karena 2 hal, konsumen harus menghargai kualitasnya yang mahal dan konsumen harus membayar tanggung jawab yang mahal.
Louis Vuitton [LV] dari France dan Bulgary dari Italia sangatlah mahal karena 2 hal diatas.

Semakin direnungi, ternyata makna TANGGUNG JAWAB sangat mendasar [fundamental] bagi kehidupan. Saya sungguh percaya terhadap 5 hal ini:
1. Orang tua harus bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.
2. Guru harus bertanggung jawab terhadap murid-muridnya.
3. Presiden harus bertanggung jawab terhadap rakyatnya [di level negara].
4. Gubernur harus bertanggung jawab terhadap rakyatnya [ di level teritori regional]
5. Kita harus bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri [hakiki], kepada orang lain termasuk kepada alam semesta dan kepada TUHAN. Konsep win-win-win-win [ 4 win, diri sendiri, orang lain, alam semesta dan TUHAN. Tidak cukup hanya win-win. Karena 2 win berarti hanya antara diri kita - orang lain atau customer. Dimana alam semestanya dan Tuhannya yang telah memberi kita kehidupan? Tanpa mereka, kita tidak bisa hidup, bukan?]

Orang tua yang bertanggung jawab, Guru yang bertanggung jawab, Presiden yang bertanggung jawab, mereka akan menunjukkan paling tidak 4 values kerja atau 4 Sikap kerja atau kemudian disebut sebagai "4 positive attitude."
[atau dalam dunia bisnis "kemudian" dikenal sebagai 4 sikap profesional]

1. Kerja keras [hard working atau hard work]

"Melebihi" batas dan berusaha mencari cara-cara baru agar hasil kerjanya "melebihi" batas atau target. Dengan makna "melebihi", orang kemudian menyamakan kerja keras dengan RAJIN. Rajin adalah bekerja melebih standar atau batas yang ditetapkan. Sebaliknya ORANG MALAS kemudian dimengerti sebagai orang yang bekerja "dibawah" standar atau batas yang ditetapkan. Orang tua, Guru dan Presiden yang bertanggung jawab pastilah RAJIN. Orang yang bekerja keras selalu mencari cara-cara baru sehingga ia harus berfikir lebih keras, berusaha lebih banyak, membutuhkan energi lebih banyak.
Di dalamnya termasuk sikap "kerja cerdas."  Sebaliknya orang malas, ia tidak ingin mencari cara-cara baru. Bekerja asal selesai. Ia tidak membutuhkan resources lebih banyak. Oleh karena itu, masuk akal kemudian, "make sense," orang rajin harus mendapat imbalan / gaji lebih besar dari pada orang malas. Jika mereka dihargai/ digaji sama saja, maka orang yang rajin kemudian bisa melakukan 2 hal: tetap rajin atau berhenti rajin.
Kerja keras dilambangkan dengan Gigih, Ulet, Tekun [disingkat Giget] atau Passion.
Tak heran, orang tua yang bertanggung jawab akan Giget atau memiliki Passion.
Oleh karena itu, orang tua ikhlas "banting-tulang" bekerja siang & malam, untuk anak-anaknya. Berangkat kerja ketika matahari belum terbit dan pulang setelah matahari terbenam.


2. Kerja ikhlas [sincere work atau sincere atau whole-hearted]

"Menerima" dengan tulus, tanpa embel-embel, tanpa mengharap balasan, tanpa mengeluh. Kemudian muncul pemahaman "tanpa pamrih". Ciri orang tua, guru dan presiden ikhlas ketika mereka bekerja tanpa mengharap balasan dan tanpa mengeluh, NOT complaining, but accepting tugas yang diamanahkan. Orang yang bekerja ikhlas dicirikan dengan 3 hal, ia bekerja sebagai ibadah, amanah, pengabdian. Tanggung jawab dicirikan oleh 3 hal, ia adalah ibadah, amanah, pengabdian. Orang yang bertanggung jawab pasti bekerja ikhlas dan sebaliknya. Orang yang tidak bertanggung jawab, pasti tidak ikhlas, dicirikan sering komplain, sering ngomel, sering minta-minta, minta diperhatikan, minta dihargai. Tak heran, jika ada staf / manager yang sering minta-minta naik gaji dan mengeluh, itu pertanda bekerja tidak ikhlas, bekerja karena hanya uang dan penghargaan. Kita menjadi faham sekarang, jenis staf / manager seperti ini pastilah tidak bertanggung jawab jika diberikan tanggung jawab LEBIH besar. Setiap diberikan tanggung jawab yang lebih besar, ia meminta imbalan lebih besar. Ada kata "meminta." Makna tanggung jawab adalah ibadah, amanah dan pengabdian. Seperti matahari bersinar tanpa henti, tanpa imbalan dan tanpa pamrih. Keikhlasan dilambangkan matahari.


3. Peduli  [caring atau care]

Melakukan "hal-hal baik" yang "bukan" kewajibannya. Apakah orang tua, guru dan presiden dianggap peduli, jika ia hanya menjalankan tugasnya sebagai kewajibannya semata, sebagai tugas pokoknya saja, sesuai job-descnya saja.
Ciri orang tidak peduli:
1. Mereka "menolak" melakukan tugas / hal lain, yang bukan bagiannya. Itu menandakan ia tidak peduli. Menolak ditunjukkan dengan segala cara: mencari-cari alasan tidak bisa, belum pernah, tidak ada waktu, sedang padat/sibuk, kejar tayang dst. Sebaliknya ciri orang peduli, ia akan menerima tugas baru, meski di piringnya sudah penuh. Ia akan bekerja lebih keras, mencari cara-cara baru agar pekerjaanya lebih cepat selesai.
2. Mereka TIDAK menganggap ada manfaat / faedah "bagi dirinya." "What is it for me?"
Orientasi orang yang "tidak peduli" terhadap hal-hal baik adalah dirinya sendiri, sedangkan orang yang peduli, orientasinya adalah manfaat bagi orang lain, bukan manfaat bagi dirinya sendiri. Jika kita menemukan staf / manager seperti ini, sekarang kita faham, bahwa ia memang sedang tidak peduli. Karena makna TANGGUNG JAWAB adalah mengambil peran, TERLIBAT. Orang yang bertanggung jawab pastilah TERLIBAT dengan hal-hal baik bagi orang lain atau PEDULI.
Peduli inilah yang kemudian menjadi roh atau soul utama bagi  prinsip "hidup haruslah memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain."

4. Jujur [honest atau honesty atau fair atau square]

"adalah mengatakan apa yang dilakukan". Sedangkan "integritas adalah melakukan apa yang dikatakan." [integritas lebih dipakai dalam "walk the talk"].
Orang yang bertanggung jawab pastilah ia jujur. Mengapa?

1. Karena ia telah bekerja sangat keras [rajin]. Orang rajin menutupi lubang kemalasan. Hanya orang malas yang suka berbohong, karena ia ingin nampak bekerja padahal tidak bekerja.
2. Ia telah melakukan segala pekerjaannya dengan keikhlasan. ibadah, amanah dan pengabdian. Tak ada kebohongan di dalam hal-hal yang baik dan mulia. Terang tidak bersatu dengan kegelapan.
3. Ia telah bekerja dengan penuh kepedulian. Ia menjalankan kehidupannya sedemikian rupa untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknya kepada orang lain. Orang lainlah yang akan "mengatakannya," bukan dirinya. Dan ketika orang lain yang "mengatakannya" itulah kejujuran.

Semoga renungan dan inspirasi ini membangun kualitas "manusia kita" di sisi sebelah dalam.

Terima kasih atas kepercayaan dan kerjasamanya yang sangat baik.

Salam work & life balance,

Harry "uncommon" Purnama

 

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger