Counseling - Sebagai Sebuah Skill Utama Bagi Para Business Practitioner

by Tjia Irawan

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mengikuti sebuah pelatihan Konseling dalam sebagai bagian dari pengembangan area Personal Growth dalam Wheel of Life pribadi . Bagi para NLP-ers tentunya nama Virginia Satir tidaklah asing lagi karena ia adalah seorang Family Therapist besar dijamannya yang dimodel oleh para founder NLP. Oleh sebab itu training ini menjadi menarik karena teknik-teknik yang diajarkan adalah teknik Konseling dari Virginia Satir.

Awalnya saya menyangka akan mencium aroma NLP yang kuat di dalamnya. Ternyata saya keliru aroma yang tercium memang berbeda karena ada aroma kesegaran lain yang menurut saya menyenangkan dan menyegarkan. Ada fenomena yang menarik yang saya dapat dari training ini, yaitu sekitar 99% dari peserta training adalah bukan mereka yang berprofesi sebagai terapis atau konselor. Profesi mereka rata-rata adalah sebagai seorang General Manager di dalam perusahaan. Pertanyaannya adalah apa motivasi mereka atau perusahaan mereka mengikuti training ini?

Perhatikan bagaimana sebuah mesin bekerja. Konon komponen-komponen mesin terbuat dari logam pilihan. Mereka dirancang untuk bekerja dalam putaran tinggi dan tahan terhadap gesekan. Bahkan mereka dirancang untuk bekerja dalam suhu yang ekstrim. Namun dapatkah anda bayangkan mesin yang komponen-komponenya terbuat dari logam pilihan tersebut anda hidupkan atau anda fungsikan tanpa anda menaruh minyak pelumas di dalamnya? Kira-kira apa yang akan terjadi dengan mesin tersebut? Benar, mesin tersebut akan rusak karena komponen-komponennya rontok satu persatu.

Demikian juga dengan dengan para karyawan di dalam perusahaan. Sebuah perusahaan boleh saja bangga bahwa mereka memiliki top talent-top telent yang melimpah di talent pool mereka, namun apabila para Leader/Manager/Pengambil Keputusannya tidak memiliki kemampuan untuk ‘melumasi’ maka jangan harap mereka dapat berharap banyak kepada para top talent yang ada. Kemungkinannya adalah mereka angkat kaki dari perusahaan anda atau mungkin mereka stay karena fasilitas perusahaan masih menarik buat mereka namun mereka berubah menjadi trouble maker. Bukankah contoh seperti ini banyak kita temukan? Betapa kagum saya kepada perusahaan yang mengirim mereka mengikuti pelatihan tersebut, karena dapat terbayang bagaimana mereka akan memetik investasi dari yang ditanam saat ini.

Dari sekian banyak materi yang diajarkan saya sangat terkesan dengan chapter yang membahas tentang Personal Iceberg atau  Six Level of Experience. Buat saya teknik ini membantu untuk memetakan masalah sehingga dapat memberikan solusi yang tepat. Secara sederhana Personal Iceberg dibagi menjadi sbb :

1. Behaviour

2. Coping

3. Feelings

4. Perceptions

5. Expectation

6. Yearning

  • (Identity)
  • (Spiritual)

Tentunya anda sudah memahami tentang fenomena gunung es bukan? Dimana yang tampak di atas permukaan air hanya sebagian kecil dari bagian gunung es, bagian terbesarnya adalah yang ada di bawah air. Behaviour adalah bagian yang nampak di atas permukaan air dan Coping adalah batas airnya, yang lainnya adalah bagian yang tidak terlihat yang tersembunyi di bawah permukaan air.Apa yang tercermin lewat Behaviour adalah disebabkan oleh bagian lain yang tersembunyi di bawah permukaan dan pengaruhnya sangat-sangat besar.

Kesempatan kali ini saya akan membahas bagian Expectations, dimana umumnya lebih dari 50% sumber  masalah yang ada yang tercermin lewat Behaviour berasal dari Level ini. Apabila seorang Leader/Manager mampu membantu penyelesaian masalah-masalah yang dimiliki team member-nya yang ada di Level ini artinya sekitat 50% masalah telah selesai. luar biasa bukan?

Pikirkan dan rasakan pertanyaan di bawah ini  :

1.       Ketika anda hendak masuk ke mobil anda dan anda memencet alarm mobil, apa yang anda harapkan? Apa yang anda rasakan ketika anda memencet alarm mobil untuk membuka pintu tapi pintu tidak terbuka?

2.       Ketika anda pergi ke coffee shop dan anda memesan secangkir hot espresso, apa yang anda harapkan? Apa yang anda rasakan ketika pesanan anda datang yang tersedia adalah segelah iced capuccino?

3.       Ketika pagi hari anda pergi ke kantor lebih pagi dari biasanya, apa yang anda harapkan? Apa yang anda rasakan ketika anda sudah berangkat ke kantor anda lebih pagi dari biasanya namun jalanan ternyata lebih macet dari biasanya?

4.       Ketika anda bekerja dengan begitu rajin dan bersemangat, apa yang anda harapkan? Apa yang anda rasakan ketika anda telah bekerja rajin dan bersemangat, namun apa yang anda harapkan terjadi sebagai imbalannya tidak kunjung anda dapatkan?

Expectations berbicara mengenai  harapan yang tidak terwujud. Harapan yang tidak terwujud akan menciptakan perasaan-perasaan tertentu dan juga menimbulkan persepsi-persepsi tertentu baik bagi diri sendiri, orang lain, kondisi, dsb nya.

Saya mengevaluasi diri saya sendiri, betapa banyaknya unproductive behaviour yang saya miliki bersumber dari pengharapan yang tidak terwujud ini. saya tidak tahu bagaimana anda? Namun saya yakin kalau anda sungguh-sungguh memikirkan dan mau mengakuinya, anda akan menemukan hasil yang kurang lebih sama dengan yang saya alami. Buat seorang Leader/Manager bukankah keterampilan ini menjadi sebuah keterampilan yang mendukung kesuksesan. Kalau anda mampu mengidentifikasi masalah team member anda maka anda dapat lebih mudah menemukan solusinya.

Mungkin anda bertanya, kalau saya sudah menemukan bahwa sumber masalah ada pada pengharapan yang tidak terwujud, apa yang harus saya lakukan? Lakukan intervensi. Intervensi yang paling sederhana contohnya adalah melakukan Reframing, atau SODAS Technique, atau teknik lainnya. Penekanan pembahasan saya kali ini bukan pada teknik intervensi namun pada betapa pentingnya seorang Leader/Manager memperlengkapi diri dengan keterampilan sebagai people helper. Bahwa seorang Leader/Manager bukan hanya perlu memiliki sense of business tapi juga sense of people. Teknik Konseling Virginia Satir ini dapat dijadikan salah satu alternatif karena banyak menggunakan percakapan sehingga lebih dapat masuk ke lingkungan korporat. Beberapa teknik lain yang saat ini dikenal mungkin butuh usaha lebih keras karena tekniknya tidak dilandaskan pada percakapan. Terdengar kurang pas bukan kalau seorang Leader/Manager memanggil salah seorang team membernya dan mengucapkan kata “swisssssssh ……” atau “tidur sekarang” ketika melakukan intervensi? Bukan tidak boleh hanya butuh modifikasi agar dapat diterima.

Akhir kata, kembali mengulang apa yang saya sampaikan sebelumnya bahwa betapa pentingnya sebuah perusahaan mulai memikirkan untuk berinvestasi mengembangkan para Leader/Manager-nya untuk memiliki sense of people di samping sense of business. Sama seperti mesin yang butuh pelumasan demikian pula dengan Tim Kerja anda membutuhkan ‘pelumas’ yang terbaik yang membuat ‘mesin’ anda mampu berjalan optimal.

 

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger