BISAKAH EMOSI MENJADI CERDAS?

Salah satu aspek kecerdasan emosi, yaitu kecerdasan sosial (kemampuan untuk memahami orang lain dan bertindak bijaksana dalam hubungan antar manusia) merupakan suatu aspek IQ seseorang. Dulu, para ahli psikologi bersikap lebih sinis akan kecerdasan sosial, menganggapnya sebagai keterampilan memanipulasi orang lain, membuat orang melakukan apa yang Anda kehendaki, entah mereka mau atau tidak. Tetapi, tak satu pun rumusan-rumusan kecerdasan sosial ini yang mampu menggugah teori IQ. Tahun 1960, sebuah buku ajar yang amat berpengaruh yang membahas tes-tes kecerdasan menyatakan bahwa kecerdasan sosial merupakan konsep yang “tak berguna”.

                Tetapi, kecerdasan pribadi tidak akan diabaikaan, terutama karena kecerdasan tersebut menghasilkan pikiran intuitif dan akal sehat. Kecerdasan sosial berbeda dari kemampuan akademis dan sekaligus merupakan bagian penting dari apa yang membuat orang sukses dalam kehidupan praktis sehari-hari. Di antara kecerdasan praktis yang sedemikian dihargai tinggi di tempat kerja, misalnya, adalah jenis kepekaan yang memungkinkan manajer secara efektif menangkap pesan-pesan yang tak terucap.

                Pada tahun-tahun terakhir ini, disepakati bahwa konsep-konsep lama tentang IQ hanya berkisar di kecakapan linguistik dan matematika yang sempit dan bahwa keberhasilan meraih angka tinggi pada tes IQ paling-paling hanya me njadi ramalan sukses di kelas atau sebagai profesor, tetapi semakin lama semakin melenceng seiring dengan jalur kehidupan yang semakin berbeda dari dunia akademik. Ahli-ahli psikologi ini telah menganut pandangan kecerdasan yang lebih luas, berusaha menemukan kembali dalam kerangka apa yang dibutuhkan manusia untuk meraih sukses dalam kehidupannya.  Penelitian ini menuntun kembali pada pemahaman betapa pentingnya kecerdasan “pribadi” atau kecerdasan emosi yang akhirnya diperluas menjadi lima wilayah utama:

1.       Mengenali emosi diri. Kesadaran diri –mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi- merupakan dasar kecerdasan emosi. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikolo gi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan  utuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Orang  yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi, mulai dari masalah siapa yang akan dinikahi sampai ke pekerjaan apa yang akan diambil.

2.       Mengelola emosi. Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Di sini termasuk kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosi dasar ini. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.

3.       Memotivasi diri sendiri. Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri serta untuk berkreasi. Kendali diri terhadap emosi, yakni menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Dan, mampu menyesuaikan diri dalam alur itu memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

4.       Mengenali emosi orang lain. Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran emosi diri, merupakan keterampilan bergaul dasar. Ini termasuk akar empati, biaya sosial akibat ketidakpedulian secara emosi, dan alasan-alasan mengapa empati memupuk altruisme. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Orang-orang seperti ini cocok untuk pekerjaan-pekerjaan keperawatan, mengajar, penjualan dan manajemen.

5.       Membina hubungan. Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Keterampilan sosial ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain. Mereka adalah bintang-bintang pergaulan.

 

Tentu saja, kemampuan orang berbeda-beda dalam wilayah-wilayah ini. Beberapa orang di antara kita barangkali amat terampil menangani kecemasan diri sendiri misalnya, tetapi agak kerepotan meredam kemarahan orang lain. Landasan di balik tingkat< span lang="IN"> kemampuan ini tentu saja adalah saraf, tetapi otak bersifat plastis, sangat mudah dibentuk dan terus menerus belajar. Kekurangan-kekurangan dalam keterampilan emosi dapat diperbaiki, sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya di mana masing-masing wilayah menampilkan bentuk kebiasaan dan respon yang dengan upaya tepat dapat dikembangkan.

Sumber: Emotional Intelligence, Daniel Goleman.

---------------------------------------------------

C&G Training Network

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger