Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan

Kota batik Pekalongan di pertengahan tahun 1960an menyambut fajar dengan kabut tipis , pukul setengah enam pagi polisi muda Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan kenaikan pangkat dari agen polisi kepala menjadi brigadir polisi sudah berdiri di tepi posnya di kawasan Soko dengan gagahnya. Kudapan nasi megono khas pekalongan pagi itu menyegarkan tubuhnya yang gagah berbalut seragam polisi dengan pangkat brigadir.

Becak dan delman amat dominan masa itu , persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman . Brigadir Royadin memandang dari kejauhan ,sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju kearahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut Sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti dihadapannya.

Saat mobil menepi , brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan memberi hormat.

"Selamat pagi!" Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna . "Boleh ditunjukan rebuwes!" Ia meminta surat surat mobil berikut surat ijin mengemudi kepada lelaki di balik kaca , jaman itu surat mobil masih diistilahkan rebuwes.

Perlahan , pria berusia sekitar setengah abad menurunkan kaca samping secara penuh.

"Ada apa pak polisi ?" Tanya pria itu. Brigadir Royadin tersentak kaget , ia mengenali siapa pria itu . "Ya Allah…sinuwun!" kejutnya dalam hati . Gugup bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik , naluri polisinya tetap menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.

"Bapak melangar verbodden , tidak boleh lewat sini, ini satu arah !" Ia memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dirinya tak habis pikir , orang sebesar sultan HB IX mengendarai sendiri mobilnya dari jogja ke pekalongan yang jauhnya cukup lumayan., entah tujuannya kemana.

Setelah melihat rebuwes , Brigadir Royadin mempersilahkan Sri Sultan untuk mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan , namun sultan menolak.

" Ya ..saya salah , kamu benar , saya pasti salah !" Sinuwun turun dari sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap menggengam rebuwes tanpa tahu harus berbuat apa.

" Jadi…?" Sinuwun bertanya , pertanyaan yang singkat namun sulit bagi brigadir Royadin menjawabnya .

"Em..emm ..bapak saya tilang , mohon maaf!" Brigadir Royadin heran , sinuwun tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak bernegosiasi dengannya, jangankan begitu , mengenalkan dirinya sebagai pejabat Negara dan Rajapun beliau tidak melakukannya.

"Baik..brigadir , kamu buatkan surat itu , nanti saya ikuti aturannya, saya harus segera ke Tegal !" Sinuwun meminta brigadir Royadin untuk segera membuatkan surat tilang. Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak mendapatkan dispensasi. "Sungguh orang yang besar…!" begitu gumamnya.

Surat tilang berpindah tangan , rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia menghormat pada sinuwun sebelum sinuwun kembali memacu Sedan hitamnya menuju ke arah barat, Tegal.

Beberapa menit sinuwun melintas di depan stasiun pekalongan, brigadir royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala macam pikiran berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar Sedan hitam itu tapi manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk tetap menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.

Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas , Ia menyerahkan rebuwes kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut.,Ialu kembali kerumah dengan sepeda abu abu tuanya.

Saat apel pagi esok harinya , suara amarah meledak di markas polisi pekalongan , nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris. Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap komisaris polisi selaku kepala kantor.

"Royadin , apa yang kamu lakukan ..sa'enake dewe ..ora mikir ..iki sing mbok tangkep sopo heh..ngawur..ngawur!" Komisaris mengumpat dalam bahasa jawa , ditangannya rebuwes milik sinuwun pindah dari telapak kanan kekiri bolak balik.

" Sekarang aku mau Tanya , kenapa kamu tidak lepas saja sinuwun..biarkan lewat, wong kamu tahu siapa dia , ngerti nggak kowe sopo sinuwun?" Komisaris tak menurunkan nada bicaranya.

" Siap pak , beliau tidak bilang beliau itu siapa , beliau ngaku salah ..dan memang salah!" brigadir Royadin menjawab tegas.

"Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ..ojo kaku kaku , kok malah mbok tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang , bisa sampai Menteri !" Derai komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.

Brigadir Royadin pasrah , apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya sebagai polisi , yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja ..memang Koppeg(keras kepala) kedengarannya.

Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan sinuwun , masih di Tegalkah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu , mengembalikan rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar kabar , keberadaa sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.

Usai mendapat marah , Brigadir Royadin bertugas seperti biasa , satu minggu setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang mentertawakan bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota pekalongan selatan.

Suatu sore , saat belum habis jam dinas , seorang kurir datang menghampirinya di persimpangan soko yang memintanya untuk segera kembali ke kantor. Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris yang saat itu tengah menggengam selembar surat.

"Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !" lemas tubuh Royadin , ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak dipinggir kota pekalongan setiap hari , karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya dipersimpangan soko .

" Siap pak !" Royadin menjawab datar.

"Bersama keluargamu semua, dibawa!" pernyataan komisaris mengejutkan , untuk apa bawa keluarga ketepi pekalongan selatan , ini hanya merepotkan diri saja.

"Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar tetap di rumah sekarang !" Brigadir Royadin menawar.

"Ngawur…Kamu sanggup bersepeda pekalongan – Jogja ? pindahmu itu ke jogja bukan disini, sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana , pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat.!" Cetus pak komisaris , disodorkan surat yang ada digengamannya kepada brigadir Royadin.

Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya : " Mohon dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja , sebagai polisi yang tegas saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu tingkat." Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.

Tangan brigadir Royadin bergetar , namun ia segera menemukan jawabannya. Ia tak sangup menolak permntaan orang besar seperti sultan HB IX namun dia juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota pekalongan .Ia cinta pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini .

" Mohon bapak sampaikan ke sinuwun , saya berterima kasih, saya tidak bisa pindah dari pekalongan , ini tanah kelahiran saya , rumah saya . Sampaikan hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau atas kelancangan saya !" Brigadir Royadin bergetar , ia tak memahami betapa luasnya hati sinuwun Sultan HB IX , Amarah hanya diperolehnya dari sang komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi korban ketegasannya.

July 2010 , saat saya mendengar kepergian purnawirawan polisi Royadin kepada sang khalik dari keluarga dipekalongan , saya tak memilki waktu cukup untuk menghantar kepergiannya . Suaranya yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita kebanggaannya ini pada semua sanak family yang berkumpul. Ia pergi meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya , sekaligus kepada saya selaku keponakannya. Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa baktinya , pangkatnya tak banyak bergeser terbelenggu idealisme yang selalu dipegangnya erat erat yaitu ketegasan dan kejujuran .

Hormat amat sangat kepadamu Pak Royadin, Sang Polisi sejati . Dan juga kepada pahlawan bangsa Sultan Hamengkubuwono IX yang keluasan hatinya melebihi wilayah negeri ini dari sabang sampai merauke.

Depok June 25′ 2011
Aryadi Noersaid

 

INSURANCE DAY 19.10.2011 : ""JEBAKAN" PREMI ASURANSI KEMBALI"

Dear Sahabat,


Selamat pagi,


Waktu mengalir tiada henti, seminggupun telah berlalu.

Saya menjumpai Anda kembali dalam kesempatan "Insurance Day" hari ini
tanggal 19 Oktober 2011, dan kali ini saya ingin share dengan tema:

"JEBAKAN" PREMI ASURANSI KEMBALI

Sesungguhnya setiap premi asuransi yang dibayarkan oleh nasabah dipergunakan
oleh perusahaan asuransi untuk membayar minimal 4 elemen sbb:

1. Claims Ratio
2. Acquisition Cost
3. Over Head
4. Profit Margin

Saya jelaskan secara singkat 1 per 1:

1. Claims Ratio
Mis: asuransi kebakaran rumah.
Selama 5 tahun terakhir, dalam 1000 rumah ada 1 rumah yg terbakar. Maka
Claims Ratio-nya adalah: 0,1%
Begitupun dengan asuransi jiwa, perusahaan memiliki tabel mortalita
(kematian) sebagai hasil perhitungan dari statistik tahun2 yang telah lalu.

2. Acquisition Cost
Biaya yang dipergunakan untuk membayar pihak perantara, yang memberikan
bisnis.
Mis: Bank, agen asuransi, travel agent, pialang asuransi, leasing company,
multi finance company, show room mobil, bengkel mobil dll.

3. Over Head
Dana untuk membayar biaya pegawai perusahaan asuransi, sewa gedung kantor,
bayar listrik, air, bayar alat tulis dan percetakan, bayar gaji expatriate
termasuk fasilitas exclusive-nya di Indonesia, bayar iklan Koran, TV dan
pemasaran lainnya. Dan lain lain.

4. Profit Margin
Investor atau pemilik perusahaan asuransi adalah juga "manusia".
Mereka ingin untung atas setiap dana yang diinvestasikan, yang tentunya
harus lebih tinggi dari bunga SBI atau Kupon ORI.
Perusahaan asuransi bukanlah "Dept Sosial" atau "Yayasan" yang dapat Anda
harapkan memberikan sesuatu secara "GRATIS".

-----

Sehingga dari 4 elemen tsb akan membentuk premi:
1. Premi dasar (Claims Ratio): mis. 0,1%
2. Acquisition Cost: ambil contoh ditetapkan sebesar 15% = 0,015%
3. Over Head: ditetapkan mis sebesar 20% = 0,02%
4. Profit Margin: ditetapkan min. 30% = 0,03%

Total premi yang dibayar = 0,165% per tahun.

-----

Jadi bila nasabah membayar 0,165%, maka akan dipergunakan oleh perusahaan
asuransi untuk membayar semua elemen tsb diatas, dan tidak ada yang akan
dikembalikan (habis dikonsumsi).

------

Seandainya ada perusahaan asuransi yang mengatakan bahwa premi asuransi yang
Anda bayarkan "tidak hangus", maka mereka mengatakan kebohongan terbesar dan
telah melanggar prinsip utama asuransi "Utmost Good Faith".

Catat nama penjual dan asal perusahaan asuransinya, laporkan ke Dewan
Asuransi Indonesia dan Biro Perasuransian Kementrian Keuangan RI.

-----

Lalu ada "Iklan" yang mengatakan "premi asuransi kembali".

Saya menjawab pertanyaan "KONTAN" sbb.:
"Pasti ada tanda "*" (bintang)" dan tulisan kecil "Syarat & Ketentuan
Berlaku".

Pelajari dan pahami syarat dan ketentuan tsb, agar jangan mudah "tergiur"
dan "terjebak" dengan iklan yang "memerangkap".

Ada beberapa perusahaan asuransi yang berani memberikan "No Claim Bonus"
kepada nasabahnya, dalam bentuk Discount untuk premi perpanjangan polis.
Berarti syaratnya: "TIDAK ADA KLAIM" selama periode polis.
Jadi yang dikembalikan adalah sebagian dari: "Claims Ratio".

Lalu perhatikan lagi, berapa lama waktu yang dipersyaratkan agar Anda boleh
"menikmati" pengembalian premi. Ada polis yang mensyaratkan 3 tahun tidak
melakukan Klaim Sakit, ada juga yang lebih lama.

Ada polis kendaraan yang mensyaratkan tidak mengajukan klaim selama 1 tahun.

Apakah Anda tidak akan sakit selama waktu 3 tahun?
Apakah Anda tidak akan mengalami lecet, serempetan dan benturan mobil selama
1 tahun di Jakarta yang padat dan banyak ojek?

Hal ke 2 yang mesti diperhatikan, berapa bagian premi yang akan
dikembalikan? Apakah seluruh premi yang Anda keluarkan dari dompet?

Hal ke 3 yang Anda layak "curigai" adalah apakah besar premi asuransi
perusahaan yang menjanjikan pengembalian, bersaing dengan harga di pasar.

Seandainya perusahaan yang menjanjikan pengembalian 50% premi kepada Anda,
bila tidak ada klaim selama 5 tahun dan premi-nya lebih mahal 10% dari premi
asuransi pada umumnya, maka yang kembali adalah uang nasabah sendiri pada
akhir tahun ke 5 (investasi di perusahaan asuransi???).

Tetapi bila nasabah akhirnya mengajukan klaim, maka sesungguhnya nasabah
membayar terlalu mahal dan "rugi" 10% setiap tahun.

-----

Pesan saya kepada para nasabah yang awam, dan menginginkan memperoleh
keuntungan dari transaksi asuransi:
"Perusahaan asuransi tidak memberikan proteksi dan atau perlindungan kepada
Anda dengan cuma-cuma alias GRATIS, dengan berharap Premi Asuransi yang Anda
bayarkan akan kembali" Alias "NO FREE LUNCH".

Semua ada harganya, bila Anda mau perlindungan maka Anda harus bayar
ongkosnya.

BACA - PELAJARI - PAHAMI - NIKMATI PROTEKSInya.

Selamat Hari Asuransi Indonesia 18 Oktober 2011.
Semoga Asuransi Indonesia semakin sukses melayani nasabah dan masyarakat
Indonesia.


Demikian sharing saya, semoga bermanfaat.


Salam,
Freddy Pieloor
Pialang Asuransi
www.PialangAsuransi.com

 

Tugas Kecil Hanya Membuat Anda Kerdil


Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Jika boleh memilih antara gaji besar dan gaji kecil, apa pilihan Anda? Pertanyaan yang kurang cerdas. Jika dihadapkan pada 2 pilihan antara mengerjakan sesuatu yang sudah biasa Anda lakukan dengan baik atau sesuatu yang Anda belum terampil melakukannnya; Anda pilih yang mana? Tidak usah khawatir, ini bukan soal pilihan antara benar dan salah kok. Kebanyakan orang mendahulukan kenyamanan. Maka wajar jika mereka memilih mengerjakan tugas-tugas yang mudah. Selain memberi rasa nyaman, pekerjaan gampang tidak memerlukan kerja keras dan bisa menghemat banyak keringat. Tak heran jika banyak orang yang merasa berat hati ketika mendapatkan penugasan yang sulit. Bahkan tidak sedikit yang rela karirnya tidak berubah karena merasa sudah sangat nyaman dengan pekerjaan yang dilakukannya selama bertahun-tahun. Boleh saja jika memang itu sudah menjadi pilihan hidup kita. Tapi, jika kita masih mengeluhkan hasilnya, itu pertanda ada yang salah dengan pilihan kita.
Dua minggu lalu sahabat saya menunjukkan pohon beringin bonsai yang dimilikinya. Lalu saya teringat kepada pohon beringin besar yang tumbuh dihalaman belakang rumah kakek saya di kampung ketika saya masih kecil dulu. Membayangkan kedua beringin itu, tiba-tiba saya merasa miris sendiri. Jangan-jangan saya ini sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar. Namun, saya membiarkan diri sendiri kerdil seperti beringin bonsai itu. Seolah tersadar dari keterlenaan yang telah bertahun-tahun ini saya alami, saya melihat betapa banyak potensi diri yang saya sia-siakan selama ini. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memaksimalkan potensi diri, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn) berikut ini:
 
1.      Behentilah bermain di arena kecil. Jika Anda sudah tidak lagi mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan yang Anda tangani, boleh jadi sebenarnya Anda sudah tidak cocok lagi dengan pekerjaan itu. Huhu, bukankah justru sebaliknya? Bukan. Salah satu alasan mengapa pohon beringin di rumah teman saya itu menjadi bonsai adalah karena dia secara sengaja ditempatkan pada pot beton yang sangat kecil. Beda dengan beringin raksasa di kebun kakek saya. Tanahnya luas, nutrisinya banyak, ruang geraknya leluasa. Maka jadilah beringin teman saya kerdil. Dan jadilah pohon beringin kakek saya menjulang tinggi dengan akar gantungnya yang besar dan kekar. Begitu pula dengan pekerjaan. Jika Anda masih terus bertahan dalam pekerjaan yang sudah menjadi tugas cetek dan celepete itu, bisa jadi Anda membiarkan diri sendiri menjadi bonsai. Kita sering mengkalim diri sebagai orang yang berjiwa besar dan berkehormatan besar. Namun, kita membiarkan diri sendiri ngendon di ruang kecil yang hanya cocok untuk mereka yang memiliki kapasitas kerja yang juga kecil. Terlalu mudahnya pekerjaan yang Anda tangani itu adalah indikasi jika kapasitas diri Anda sudah lebih besar. Maka datanglah kepada atasan Anda untuk penugasan yang lebih menantang. Karena seperti pot mungil; tantangan kecil hanya cocok untuk orang kecil, atau orang besar yang ingin menjadi kerdil.
 
2.      Tumbuhkanlah keinginan untuk menjadi orang besar. Kalau merasa takut keluar dari arena kecil untuk memasuki arena bermain yang lebih besar itu wajar. Namun kita memiliki pilihan apakah akan menjadikan rasa takut itu sebagai alasan untuk tetap diam ditempat, ataukah sebagai daya dorong untuk mengembangkan diri agar bisa menjadi pribadi yang lebih besar. Pilihan itu menghasilkan sebuah perbedaan bermakna. Orang-orang yang terkurung dalam ketakutan tidak akan pernah keluar dari penjara aman yang dibuatnya sendiri. Sedangkan orang-orang yang terdorong oleh rasa takut proporsional justu semakin bersemangat untuk terus mengembangkan diri. Saya melihat akar bonsai itu memberontak keluar dari pot kecilnya. Bahkan ada bagian pot yang retak. Terlihat sekali jika sebenarnya bonsai itu ingin tumbuh membesar seperti yang seharusnya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita menggeliat mencari tantangan lebih besar ataukah justru diam saja ditempat berhambatan kecil? Kita kalah oleh tanaman jika demikian. Tantangan besar sering tidak datang dengan sendirinya. Maka seperti akar bonsai itu, kita sendirilah yang harus mencarinya keluar dari tempat persembunyian. Banyak atasan yang enggan memberi penugasan besar kepada orang-orang tertentu. Mengapa? Karena kebanyakan orang memiliki seribu satu alasan untuk menolaknya. Kita? Karus seperti akar itu. Mendatanginya. Dan mempersiapkan keterbukaan diri untuk menerima tantangan besar.
 
3.      Pancinglah kesempatan besar dengan umpan yang besar. Bayangkan jika Anda berharap bisa menangkap hiu, namun Anda menggunakan sampan kecil. Dengan kondisi seperti itu, didatangi oleh hiu justru sangat berbahaya. Banyak kejadian yang patut kita ambil hikmahnya. Misalnya orang-orang yang mendapatkan jabatan atau tanggungjawab yang 'terlalu besar' dibandingkan dengan kapasitas dirinya yang kecil. Mereka berambisi untuk mendapatkan ikan besar, tapi lupa untuk memperbesar alat pancingnya. Mereka berambisi mendapatkan jabatan tinggi, tapi lalai mengimbanginya dengan kapasitas dan kemampuan diri yang juga tinggi. Akhirnya? Kinerjanya buruk. Frustrasi. Dilecehkan kolega dan bawahan. Lalu, melarikan diri ke tempat lain karena sudah tidak sanggup lagi mengatasi tantangan yang dihadapinya. Ditempat baru, kejadiannya tidak jauh berbeda. Pasti akan terulang lagi. Kecuali jika mereka kembali memasuki kolam kecil yang sesuai dengan kapasitas dirinya. Sebaliknya jika penugasan besar itu diberikan kepada orang-orang yang memiliki kapasitas diri yang besar. Dia tentu bisa mengembannya dengan sebaik-baiknya. Jadi, jika ingin mendapatkan tanggungjawab yang besar, kita mesti belajar untuk terlebih dahulu membuat kapasitas diri kita tambah besar. Karena, hanya orang besar yang layak mendapatkan kesempatan besar.
 
4.      Besarkanlah kapasitas diri dengan kemauan sendiri. Saya berani mengatakan bahwa Anda tidak bisa mengandalkan proses pengembangan kapasitas diri Anda kepada atasan Anda. Mengapa? Karena proses pengembangan diri itu harus dimulai dari kesadaran yang datang dari diri Anda sendiri. Atasan Anda hanya bisa memfasilitasi prosesnya, atau merekomendasikan program pelatihannya, atau sekedar menyediakan budgetnya. Apakah Anda berhasil mengembangkan kapasitas diri itu atau tidak, atasan Anda tidak memiliki kuasa untuk itu. Faktanya? Banyak orang yang ikut suatu pelatihan namun tidak menerapkan ilmu yang diperolehnya di tempat kerja. Banyak juga bawahan yang mengelak untuk mendapatkan penugasan menantang yang sebenarnya merupakan kesempatan bagi mereka untuk berkembang lebih cepat. Bukankah kita sering mengomel kalau diberi tugas yang sulit? Padahal kita tahu bahwa pengalaman adalah bekal yang paling relevan, berdampak, dan berdaya guna. Dan itu tidak bisa kita raih selain dengan menjalaninya sendiri. Kebanyakan orang langsung nyantai begitu pekerjaannya selesai. Banyak juga yang sengaja melambat-lambatkan pekerjaanya dengan maksud menghindari penugasan lainnya. Tapi seorang staff memiliki kemauan yang sedemikian kuat untuk berkembang lebih pesat. Dia beristirahat hanya pada waktunya istirahat. Lalu berpindah dari tugas yang satu kepada tugas yang lain. Setahu saya, karir orang ini melejit sangat cepat. Bahkan melampaui posisi mantan atasannya. Mengapa hanya dia yang begitu? Apakah atasannya pilih kasih? Tidak. Itu karena memang dia memiliki kemauan untuk memperbesar kapasitas dirinya sendiri.
 
5.      Raihlah kesempurnaan dengan proses pencarian tanpa henti. Orang-orang yang merasa dirinya sudah sempurna pasti jauh dari kesempurnaan. Mengapa? Karena tidak ada satu hal pun dimuka bumi ini yang benar-benar statis. Semua bergerak secara dinamis. Bahkan benda-benda yang terlihat diam pun sebenarnya bergerak. Apakah secara absolut pada tingkatan atomiknya, maupun secara relatif dalam tingkatan kosmiknya. Segala sesuatu yang hari ini kita kira sebagai puncak pecapaian, akan segera kadaluarsa lalu digantikan oleh pencapaian lain yang jauh lebih bernilai. Kesempurnaan pencapaian diri kita itu laksana undakan anak tangga. Setiap kali kita menanjak naik, posisi kita memang menjadi lebih tinggi. Namun kita tidak benar-benar sampai ke puncak tertinggi. Jika kita berhenti pada anak tangga itu, maka kita hanya akan bisa mencapai setinggi itu. Lihatlah satu anak tangga lagi, maka kita akan tahu bahwa meski sudah tinggi tapi kita belum cukup tinggi. Naiklah lagi, dan posisi kita lebih tinggi lagi. Naiklah lagi, dan naiklah lagi. Itulah satu-satunya cara untuk menapaki ketinggian nilai-nilai kemanusiaan diri kita sendiri. Yaitu dengan pencarian yang tanpa henti. Sebagai imbalannya, setiap penemuan yang kita dapatkan itu semakin mendekatkan diri kita pada kesempurnaan diri. Karenanya, kesempurnaan hanyalah milik para pencari tanpa henti.
Banyak karyawan yang sangat senang dengan penugasan ringan. Mereka merasa nyaman dengan segala kemudahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Padahal, justru kondisi itu sangat membahayakan karir mereka sendiri. Tugas-tugas ringan yang kita dapatkan dari pekerjaan tidak ubahnya seperti pot-pot kecil yang akan menghalangi pertumbuhan akar, dahan dan ranting-ranting kapasitas diri yang besar. Jika pohon beringin yang bisa tumbuh puluhan meter pun bisa dikerdilkan untuk menjadi hanya 15 senti, maka kapasitas diri kita yang sangat besar itu pun pasti bisa dikerdilkan hanya dengan cara memberinya tugas-tugas yang kecil. Maka mulai sekarang, berhentilah merasa nyaman dengan tugas-tugas kecil.  Dan mulailah untuk memberikan pohon kapasitas diri Anda tanah yang luas dan besar agar bisa tumbuh hingga sebesar-besarnya.
 

Apa Sikap Anda Terhadap GOSIP ?

 

Seseorang menceritakan gosip mengenai rekan kerja dan pimpinannya. Dalam beberapa hari saja, dengan cepat seluruh

orang di perusahaan tersebut mengetahui ceritanya. Tentu saja rekan kerja dan pimpinan yang namanya tersebut dalam

rangkaian cerita  merasakan kecewa dan sakit hati.

Beberapa hari kemudian, karyawan yg menyebarluaskan gossip tersebut menyadari bahwa ternyata cerita itu hanya

Isapan jempol semata alias gosip dan cerita itu tak benar.

Dia sangat menyesal, lalu datang kepada seorang sahabat yang bijaksana untuk mencari tahu apa yang harus dilakukannya

Untuk memperbaiki kesalahannya itu.

Sahabat yang bijak itu berkata, "Pergilah ke pasar atau supermarket dan belilah 1 buah kemoceng bulu ayam", "kemudian

dalam perjalanan pulang dari pasar ke rumah atau kantor, cabutilah bulu ayam di kemoceng & buanglah satu persatu

disepanjang  jalan menuju pulang."

Meski kaget mendengar saran itu, si penyebar gosip tetap melakukan apa yg disuruh kepadanya.

Keesokan harinya karyawan tersebut melaporkan apa yg sudah dilakukannya.

Sahabat bijak itu berkata lagi, "Sekarang pergilah dan kumpulkan kembali semua bulu ayam yg kamu buang kemarin

Dan bawa kepadaku"

Karyawan itu pun menyusuri jalan yg sama, tapi angin telah melemparkan bulu-bulu itu ke segala arah.

Setelah mencari selama beberapa jam, ia kembali dengan tiga potong bulu saja.

"Lihat kan?" kata sahabat bijak itu, "sangat mudah melemparkannya, namun tak mungkin mengumpulkannya kembali,

begitu pula dgn gossip. Tak sulit menyebarluaskan gossip, namun sekali gossip terlempar, 7 ekor gajahpun

tak mampu menariknya kembali."

PESAN MORAL dan cerita singkat diatas

Jika dianalogikan dengan sesuatu bergosip dimpamakan seperti orang yang senang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Secara kasat mata, bergossip menggunakan lidah yang  hanyalah bagian kecil dari organ tubuh manusia. Ia lentur, tidak bertulang. Namun, dibalik 'kelembutannya' itu, tersimpan kedahsyatan yang mampu menghantarkan seseorang  ke pintu gerbang kebahagiaan, sekaligus bisa menjerumuskan si empunya  ke dalam kehinaan hidup "Wahai lisan, ucapkanlah yang baik-baik, niscaya kamu akan beruntung! Diamlah dari mengucapkan yang buruk,buruk, niscaya kamu akan selamat sebelum menyesal!"

Ibarat laksana sebuah pedang yang terhunus, ia akan bermanfaat ketika si pemilik memanfaatkannya untuk sesuatu yang berguna. Begitu pula sebaliknya, ia justru akan berubah menjadi beban siapa saja, ketika ia tidak mampu memanfaatkannya dengan baik, atau menggunakan  untuk 'membabat' siapa/apa saja, tak peduli dirinya sendiri. Tentu yang demikian ini, sangat membahayakan bagi keselamatan dirinya, ataupun orang lain di lingkungan kerja atau dimanapun. begitulah kira-kira analogi dari pada lisan.

Dan perlu diketahui, sejatinya lisan itu lebih berbahaya dari pedang, lebih beracun dari pada bisa, sebab, ia bisa membunuh  tanpa harus melukai, bisa melumpuhkan, tanpa ada perlawanan (fisik). Kenapa?, karena lemparan peluru-peluru (baca: kata-kata) nya, langsung menghujam pada titik kelemahan manusia, hati.

Diantara wujud kesempurnaan yang hakiki sebagai seorang manusia adalah yang mampu menjaga, memelihara dan menjunjung tinggi kehormatan, harga diri, harkat dan martabat orang lain secara adil dan sempurna. Kehormatan dan harga diri merupakan perkara yang prinsipil bagi setiap manusia. Setiap orang pasti berusaha untuk menjaga dan mengangkat harkat dan martabatnya. Ia tidak rela untuk disingkap aib-aibnya atau pun dibeberkan kejelekannya. Karena hal ini dapat menjatuhkan dan merusak harkat dan martabatnya di hadapan orang lain. Hindarilah jauh-jauh untuk melakukan perbuatan yang dapat menjatuhkan, meremehkan, atau pun merusak kehormatan orang lain siapapun dia. Karena tidak ada seorang pun yang terjaga dari kesalahan dan lepas dari segala kekurangan dan kelemahan.

Suatu fenomena yang lumrah terjadi baik di masyarakat, di lingkungan kerja, atau dimana pun hal ini cenderung disepelekan dan mudah sekali terjadi dalam keseharian kita, padahal akibatnya cukup besar dan membahayakan, karena dengan perbuatan ini akan tersingkap dan tersebar aib seseorang, yang akan menjatuhkan dan merusak harkat dan martabatnya.

"Lidah memang suatu anggota yg kecil, tapi sangatlah besar pengaruhnya". Bila kita salah menggunakan, maka hancurlah semua yg ada disekitar kita. Lidah yang lembut adalah pohon kehidupan, tapi lidah yg buruk  akan melukai hati orang lain! kita harus berbicara yang baik dan benar atau lebih baik diam jika tak mampu. 

Bergosip adalah penyakit lisan, yang bisa membahayakan nasib kita (si empunya lisan) dan orang lain. Senantiasa meminta pertolongan kepada Yang Maha Kuasa  atas bahaya lisan kita  dan berfikir terlebih dahulu (akan manfaatnya atau dampak negatif yang diakibatnya) sebelum bertutur. Ketika kita menyadari akan kekeliruan ucapan kita, cepatlah sadari, dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Jauhkanlah diri dari kebiasaan mengucapkan hal-hal yang tidak bermanfaat dan sebainya tidak berbicara berlebihan atau melebih-lebihkan sesuatu.

 

Gaya Steve Jobs

by. lilik agung  

(Tulisan saya tentang Steve Jobs. Saya nukil dari buku saya "CEO Wisdom-Belajar dari 26 Pemimpin Asli Indonesia." Semoga analisis saya salah)
 
Gaya Steve Jobs
Ketika International Herald Tribune menulis dengan kepala berita "Apple Melengserkan Microsoft dengan Satu Usapan Jari," maka dunia bergetar. Ulasan panjang  tentang kedigdayaan Apple muncul bak cendawan di musim panas pada hampir media diseluruh dunia. Tak terkecuali, diskusi hangat muncul tanpa bisa dicegah pada jejaring sosial. Microsoft dengan Bill Gates-nya yang langganan menjadi perusahaan pilihan dan orang paling kaya di muka Bumi, dikabarkan menuju senjakala. Alias akan terlibas dengan ekspansi cerdas ala Apple. Namun benarkah demikian?
Apple adalah Steve Jobs. Dan Steve Jobs adalah Apple. Inilah adagium yang tak terbantahkan. Benar bahwa Steve Jobs pernah didepak dari Apple, yang tak lain kerajaan bisnis yang didirikan. Sejenak berkarya di Pixar, akhirnya Steve Jobs putar haluan menuju kerajaan yang dibesarkan. Ketika Steve Jobs berkutat dengan Apple lagi, dunia kemudian mencatat dengan tinta emas produk-produk inovatif karyanya. Muncullah iPod, iTunes, iPhone dan yang paling gres iPad yang benar-benar menyihir dunia.
Inovasi ala Steve Jobs memang renyah. Serenyah ketika kita menggigit buah apel yang baru dipetik dari pohon. Memakai produk-produk keluaran Apple tidak saja memberi sensasi baru terhadap kecanggihan penemuan teknologi. Lebih dari itu produk Apple menawarkan rasa bangga kepada konsumennya yang tidak dipunyai para pesaingnya. Logo Apple menganga bekas gigitan yang menyala dari laptop para pemakainya pada sebuah cafe, menandakan bahwa si pemakai merupakan manusia urban yang pantas duduk di cafe sambil menyeruput segelas cappucino. Pun menulis kajian bisnis dengan menyebut nama Steve Jobs seakan-akan memberi keabsahan bahwa risalah bisnis itu ilmiah, terbarukan dan bernas.
Apple adalah Steve Jobs. Dan Steve Jobs adalah Apple. Merupakan perpaduan yang sangat kuat dan memberi nilai lebih pada keduanya. Namun perpaduan ini sekaligus menyisakan rongga menganga seperti logo Apple. Bila tidak diantisipasi dengan segera, rongga ini akan membesar dan kemudian menelan habis buah apel. Mengapa demikian? Seperti banyak terjadi pada berbagai perusahaan besar, ketika sang CEO (atau pemilik atau pendiri) yang identik dengan perusahaan bersangkutan lengser, lengser pula kedigdayaan perusahaan. Apalagi jika sang pemimpin tidak menyiapkan regenerasi dengan matang.
 
Gaya kepemimpinan Steve Jobs sangat urakan. Dia menyempal dari mainstream utama gaya kepemimpinan seperti lazim terjadi pada perusahaan. Ribuan referensi menyoal kepemimpinan mungkin belum ada yang bisa membidik secara jernih gaya kepemimpinan Steve Jobs. Jika referensi menyebut bahwa para pemimpin hebat selalu mengedepankan respek kepada orang lain, memuji dan memotivasi anak buah, maka yang terjadi pada diri Steve Jobs bertolak belakang. Alih-alih memberi respek, Steve Jobs suka memaki-maki anak buahnya. Bahkan dalam berbagai video yang beredar, tak segan Steve Jobs bertanya hal yang tidak relevan dengan pekerjaan. Calon karyawatinya dalam sesi wawancara pernah ditanya masih perawan apa tidak. Walaupun Steve Jobs tidak bermaksud untuk melecehkannya.
 
Gaya urakan ala Steve Jobs ketika diimbangi dengan kompetensi jauh diatas rata-rata memang akan memberi nilai tambah. Bahkan urakannya Steve Jobs menjadi merek dagang tersendiri bagi Apple. Produk-produk keluaran Apple mendapat amunisi nan menggelegar ketika kuli tinta memberi ulasan sisi lain dari kepemimpinan Steve Jobs.
 
Sayang kejeniusan Steve Jobs tidak bisa dikloning kepada anak buahnya. Takdir Ilahiah ini hanya dinikmati Steve Jobs seorang. Sementara gaya kepemimpinan mainstream yang sudah teruji melintasi waktu dapat diduplikasi pada organisasi. Pelatihan, workshop, magang atau mentoring tentang kepemimpinan yang masif dilakukan perusahaan untuk menghasilkan calon pemimpin selalu bersandar pada gaya kepemimpinan mainstream. Gaya kepemimpinan urakan ala Steve Jobs hanya bisa dijalankan oleh Steve Jobs sendiri. Menduplikasinya jelas sebuah pekerjaan sia-sia yang berujung pada kegagalan.
 
Pada konteks ini yang menyebut Microsoft sedang berada dalam senjakala bisnis menjadi tidak relevan. Benar bahwa 'satu usapan jari' yang diciptakan oleh Steve Jobs membuat posisi Microsoft terancam. Namun yang luput dari perhatian para cerdik pandai, Microsoft tidak saja mengembangkan software, namun juga serius mengembangkan brainware (humanware) bernama pemimpin. Bill Gates memutuskan lengser untuk kemudian berkiprah dalam organisasi sosial. Apa yang terjadi sepeninggal Bill Gates? Microsoft justru semakin mengkilap kinerjanya dibawah CEO Steve Ballmer. Pada saat bersamaan Steve Ballmer sudah mempersiapkan putra mahkota apabila dia sewaktu-waktu meninggalkan kursi nyaman CEO.
 
Hal demikian tidak terbayangkan terjadi pada Apple. Apabila sewaktu-waktu Steve Jobs lengser dari tahtanya, dapat dipastikan akan terjadi keguncangan maha hebat. Dan mendengar pengakuan jujur dari Steve Jobs bahwa
 

RIP Steve Jobs | 3 Inspirasi

by.  Budi Setiawan 

Pagi ini ketika berangkat kerja, aku mendengar dari radio berita mengejutkan,Steve Jobs (56 tahun) meninggal dunia. Apa yang bisa kita pelajari dari Steve Jobs? 

Aku mengenal Apple sejak SMP tapi menjadi pengguna ketika Apple meluncurkan Macbook White. Sekarang, produk Apple yang aku mampu beli dan gunakan hanyalah Macbook Unibody, generasi pertama hehehe. Mengapa aku memilih Apple? Ada banyak pengalaman luar biasa dan menakjubkan ketika menggunakan produknya.


Steve Jobs adalah sosok yang luar biasa. Kiprah Steve Jobs telah banyak berdampak pada peningkatan kehidupan manusia. Dunia digital menjadi lebih baik, indah dan mudah. Steve Jobs tidak hanya menciptakan produk baru, ia mengubah lapangan permainan.

Aku sebagai blogger akan mengulas 3 inspirasi yang paling berkesan bagiku. Apa saja?

We worked hard and in ten years, Apple had grown from just the two of us in a garage into a $2 billion company with over 4,000 employees. We'd just released our finest creation, the Macintosh, a year earlier, and I'd just turned thirty, and then I got fired. How can you get fired from a company you started? Steve Jobs -Stanford commencement speech, June 2005

Menjadi pemimpin, menjadi inovator adalah menjadi sendirian. Menjadi pemimpin bukanlah menjadi orang yang disukai semua orang. Menjadi pemimpin bukanlah menyenangkan semua orang. Mengapa? Pemimpin menyaksikan masa depan dengan terang. Masa depan yang belum bisa dilihat oleh kebanyakan orang. Wajar bila pemimpin yang berani menyampaikan masa depan yang terang itu akan ditertawakan, dilecehkan dan bahkan di tendang oleh orang-orang di sekitarnya.

"You can't connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future. You have to trust in something — your gut, destiny, life, karma, whatever. This approach has never let me down, and it has made all the difference in my life." Steve Jobs - Stanford commencement speech, June 2005


Menjadi pemimpin bukanlah merencanakan masa depan. Tugas pemimpin bukan menyusun rencana dan mewujudkannya. Menjadi pemimpin adalah mengenali potensi semua sumber daya (manusia, teknologi, ekonomi, sosial budaya dll),  merangkai dan mewujudkannya menjadi karya terbaik. Tugas pemimpin adalah menggalang kekuatan bawahannya untuk mewujudkan sebuah impian indah.

Being the richest man in the cemetery doesn't matter to me. Going to bed at night saying we've done something wonderful… that's what matters to me. Steve Jobs - The Wall Street Journal, May 25, 1993

Menjadi pemimpin bukanlah menjadi mediocre. Menjadi orang yang melakukan setengah-setengah, mengerjakan tugas asal selesai. Menjadi pemimpin adalah melakukan aktivitas yang hebat. Sekecil atau seremeh apapun peran kita, lakukanlah secara luar biasa. Lakukan peran kecil kita hingga membuat orang menjadi takjub.

Aku pikir 3 inspirasi ini penting bagi kita, baik sebagai individu, sebagai sebuah bisnis maupun sebagai bangsa Indonesia. Selamat jalan Steve Jobs! Semoga kehidupan yang damai menyambutmu di sana.

Apa inspirasi yang anda pelajari dari Steve Jobs? 
 

PENTINGNYA GERAK TUBUH DAN EKSPRESI DALAM KOMUNIKASI

Komunikasi memiliki tahapan-tahapan yang menarik untuk diselami. Banyak orang menganggap bahwa berkomunikasi adalah sesimple orang berbicara dan mendengar. Padahal kita menyaksikan bersama bahwa banyak orang sukses, mengandalkan komunikasi sebagai salah satu kunci kesuksesannya.
Ada empat jenis  komunikasi berdasarkan kualitas hasil dari prosesnya,
Yang Pertama adalah ONE SHOOT DEAL.
Sebuah proses komunikasi sesaat untuk menyelesaikan sebuah maksud atau tujuan tanpa meninggalkan kesan emosional .
Yang kedua adalah TRANSACTION SATISFACTION
Sebuah proses komunikasi untuk menyelesaikan sebuah maksud atau tujuan tetapi menimbulkan kesan emosional yang membuat orang lain berkeinginan untuk melakukan komunikasi selanjutnya.
Yang ketiga adalah RELIABLE RELATIONSHIP
Sebuah proses komunikasi yang menciptakan sebuah keseimbangan yang memunculkan faktor kepercayaan dan kedekatan emosional antar pelaku komunikasi.
Yang keempat adalah POWERFUL PARTNERSHIP
Sebuah proses komunikasi yang menciptakan peluang kesaling tergantungan secara positif sehingga selalu memunculkan kreasi perluasan kedekatan sebuah hubungan.
 
Untuk menciptakan proses komunikasi sampai dengan tahapan yang keempat hal yang sering dilupakan adalah bahasa tersirat melalui gerak tubuh (body language) dan sinyal ekspresi.
Ada 5 hal penting yang harus diperhatikan untuk mencapainya :
Pertama, "bukan seberapa penting perasaan dari pengirim dalam menyampaikan pesan tetapi seberapa kuat perasaan pengirim mempengaruhi persaaan penerima dalam menerima informasi"
Kedua : "Kekuatan untuk meyakinkan dengan ekspresi berhasil mempengaruhi ekspresi penerima"
Ketiga : "Menyentuh penerima secara fisik mendekatkan maksud"
Keempat : "Orang lebih mempercayai yang dia lihat dari ekspresi dan gerak tubuh disbanding apa yang dia dengar"
Kelima : "Mata penerima adalah kamera yang senantiasa ON merekam semua yang terjadi secara visual"
Mulailah memperhatikan gerak tubuh dan ekspresi pada saat berkomunikasi
Cahyana Puthut Wijanarka
 

Out Visualization

Dalam berbagai macam komunikasi baik untuk komunikasi antar pribadi, komunikasi masa, atau komunikasi yang lainnya perlu sekali adanya visualisasi. Agar komunikasi benar seutuhnya mencapai tujuan, yaitu memindahkan sesuatu hal yang ada dalam fikiran seseorang kepada fikiran orang lain. Komunikasi ini memang sudah didukung dengan beberapa sarana yang bisa membuat indera (sensory acuity) seseorang lebih kuat dalam menangkap, misalnya dengan gambar peraga, peragaan gerak, dll.
Training merupakan salah satu bentuk komunikasi masa dengan tujuan yang sangat jelas, 'proses memindahkan'. Out put yang diharapkan baik berupa hard ataupun soft skill. Proses pemindahan ini akan lebih efektif, jika dibuat seolah-olah audiens melihat secara langsung sesuatu yang ada dalam fikiran yang menyampaikan. Sehingga seperti kejadian nyata di depan audiens. Semakin audiens bisa melihat ini sebagai sebuah kejadian nyata, maka semakin kuat daya serap kejadian tersebut.
Misalnya saja saat kita datang ke sebuah pesta, dan menceritakan ke orang lain, maka akan bisa menyampaikan berita pesta itu dengan sudut pandang kita saat dalam acara seperti saat kejadian sebenarnya. Hasilnya akan sangat berbeda, jika kita menceritakan hasil cerita seseorang yang datang ke pesta tersebut, dan kita menceritakan ke orang lain lagi.
Mari kita sedikit beralih ke contoh lain, anak
kita saat bermain. Pasti kita sering melihat anak kita atau anak kecil siapa saja, saat bermain menjadi seorang 'pemeran' (aktor/aktris) yang handal. Bahkan sangat handal. Ketika melihat mereka bermain menjadi 'orang lain' bahkan makluq lain, benar-benar ada penjiwaan yang sangat kuat. Sehingga kita yang melihat seperti seolah melihat dia sebagai 'peran' yang sedang dijalani. Bahkan kadang berperan sebagai binatang yang bisa berbicara, seorang hero dalam film kartun, atau peran lainnya.
Si Anak tadi bisa melakukan Out Visualization yang sangat baik. Tanpa menghiraukan sekitar, fokus pada peran yang dijalani, sehingga orang lain yang melihat seolah bukan Si Anak tadi melainkan 'peran'nya. Bahkan kadang saat berperan, tidak mau jika dipanggil dengan nama aslinya. Dan menyampaikan ke pemanggil bahwa dia Si X, bukan Si Anak.
Jika komunikasi masa dalam bentuk training ini, trainer bisa menampilkan Out visulization dengan berbagai macam cara, seperti metafora, gambar peraga, gerakan peraga, kalimat, tonasi,tangisan, jeritan, tertawaan,dll yang benar seperti aslinya dengan penjiwaan penuh, maka trainee akan sangat mampu menyerap dengan lebih baik tentunya. Bisa dibayangkan jika dalam komunikasi ini Out Visulizationnya buruk. Misalnya maksudnya humor tapi tidak lucu, maksudnya bersedih malah membuat trainee geli atau lucu, trainer motivator tapi terlihat lamban dan malas, bisa-bisa trainer bisa tidak dipercaya lagi. Pentingkan Out Visulaization dalam komunikasi.
Lho kok, istilahnya Out Visualization… he he biar judulnya agak keren saja. Biasanya kalau judul biasa, yang mmbaca jumlahnya biasa. Ini juga bentuk Out Visulization dalam menulis kali ya. Ok, kami tunggu masukan positifnya….. jangan sampai komunikasi jadi garing….
 
Yant Subiyanto
 

9 Penyakit yang Diwariskan Keluarga

by. Mohamad "Bear" Yunus
 
Sejarah keluarga memegang peranan penting dalam kondisi kesehatan seseorang. Misalnya jika dalam keluarga ada riwayat penyakit kanker, itu berarti kita atau anak-anak kita memiliki kemungkinan untuk mewarisi gen yang sama. Dengan kata lain risikonya untuk terkena kanker jauh lebih tinggi daripada risiko individu yang tidak memiliki gen tersebut.

Sejauh ini para ilmuwan telah mengidentifikasi gen-gen yang dapat meningkatkan sekitar 400 kondisi penyakit paling menonjol, seperti misalnya parkinson dan cystic fibrosis atau kondisi fatal yang disebabkan oleh mutasi genetik. Cystic fribrosis menyebabkan terbentuknya lendir lengket dan tebal di dalam paru-paru dan berbagai bagian lain.

Kendati demikian beberapa penyakit tidak hanya disebabkan oleh gen tunggal melainkan akibat kombinasi beberapa faktor seperti pola makan dan gaya hidup. Sebut saja misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung atau skizofrenia.

Berikut ini beberapa penyakit beserta persentase tingkat risiko yang mengkin bisa diturunkan terkait riwayat yang dimiliki oleh anggota keluarga :

1. Tekanan darah tinggi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi sering tidak disadari karena tidak bergejala. Untuk mengetahuinya perlu dilakukan pengukuran tekanan darah. Jika tidak segera diobati, dapat meningkatkan risiko stroke atau serangan jantung.

Risiko diturunkan: Menurut para ahli, jika salah satu orang tua Anda memiliki tekanan darah tinggi, risiko Anda mendapatkan penyakit ini sebesar 15 persen atau bahkan lebih tinggi.

2. Kolesterol tinggi

Dalam keluarga yang sama, kadang para anggotanya memiliki tingkat kadar kolesterol tinggi. keadaaan ini dalam ilmu kedokteran disebut Familial Hypercholesterolaemia (FH). FH disebabkan oleh perubahan gen dimana lemak tidak dimetabolisme dengan baik dalam darah dan menumpuk di arteri. FH merupakan satu contoh dari sifat genetik yang dominan, yang berarti bahwa seseorang memerlukan hanya satu gen abnormal untuk memiliki kondisi tersebut.

Risiko diturunkan: Dr Nigel Capps, dari Inggris mengatakan, jika salah satu orang tua Anda memiliki hiperkolesterolemia familial, maka Anda memiliki risiko 50 persen mendapatkan penyakit tersebut.

3. Hipotiroid

Hipotiroid terjadi ketika tubuh tidak menghasilkan cukup hormon tiroksin. Gejala yang muncul biasanya sering merasa kelelahan dan penurunan berat badan. Penyakit ini tujuh kali lebih mungkin terjadi pada perempuan.

Risiko diturunkan: Dr Mark Cohen, konsultan endokrinologi dari Spire Bushey Hospital, Hertfordshire mengungkapkan, memiliki saudara atau ibu dengan tiroid (kurang aktif), maka Anda memiliki risiko 20 kali lebih mungkin untuk mendapatkannya.

4. Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar (juga dikenal gangguan manik depresi) adalah suatu kondisi yang menyebabkan periode depresi dan mania, biasanya dipicu oleh stres. Diduga disebabkan oleh ketidakseimbangan kimia di otak, dan pengaruh faktor genetik.

Risiko diturunkan: Jika ada orang tua yang memiliki penyakit ini, maka risiko untuk setiap anak-anak mereka mengalami hal sama adalah sebesar 10-15 persen.

5. Diabetes tipe 2

Umumnya gejala awal diabetes tipe 2 tidak dapat dideteksi. Risiko mengidap diabetes cukup tinggi jika keluarga, orang tua atau saudara Anda juga memiliki riwayat penyakit ini.

Risiko diturunkan: Jika ada salah satu orang tua dengan diabetes tipe 2, risiko penyakit itu diturunkan sebesar 15 persen. Tetapi jika kedua orang tua memiliki kondisi tersebut, risiko penyakit itu diturunkan kepada anak mereka sebesar 75 persen. Namun, faktor lain seperti kegemukan, malas olahraga dan makan yang tidak sehat dapat meningkatkan resiko.

6. Arthritis (radang sendi)

Osteoarthritis adalah jenis penyakit sendi yang disebabkan oleh keausan sendi dan merupakan salah satu dari keluarga besar penyakit arthritis yang paling sering terjadi. Penyakit ini mempengaruhi sekitar 80 persen orang pada suatu waktu dalam kehidupan mereka.

Risiko diturunkan: Banyak masyarakat yang menganggap kalau osteoartritis adalah penyakit yang diturunkan. Tetapi Dr. Sanggar mengatakan, kondisi seperti ini sebetulnya sangat jarang diwariskan. "Ini biasanya terjadi karena keausan pada sendi," katanya.

7. Motor Neuron Disease (MND)

MND adalah suatu penyakit mematikan yang sudah dikenal sejak abad ke-19. Karena relatif jarang ditemukan sering seorang dokter luput mendeteksi gejala-gejala penyakit ini bahkan banyak yang mendiagnosanya sebagai stroke.

Penyakit umumnya merusak sistem saraf sehingga menyebabkan otot lemah. Penyakit ini cenderung mempengaruhi orang berusia lebih dari 40 tahun dan lebih sering menimpa laki-laki. Penyebab pastinya belum jelas, tetapi penyakit ini bisa diturunkan.

Risiko diturunkan: Peneliti mengatakan, sekitar 10 persen penyakit ini dapat diturunkan jika Anda memiliki kerabat dekat dengan kondisi seperti tersebut.

8. Kanker payudara dan ovarium

Kanker payudara adalah kanker paling umum yang diderita kaum perempuan. Di Indonesia, kanker payudara merupakan salah satu penyakit penyebab terbesar kematian pada wanita. Sedangkan kanker ovarium, biasa dikenal dengan "silent killer", menduduki peringkat ke-lima sebagai penyebab kematian pada wanita akibat kanker.

Risiko diturunkan: Menurut penelitian sementara 90 persen kasus tidak diwariskan. Hanya 5-10 persen kanker payudara disebabkan oleh mutasi gen yang diwariskan dari satu ibu atau ayah. Mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 adalah yang paling sering. Perempuan dengan mutasi ini memiliki risiko terkena kanker payudara sampai 80 persen. Meningkatnya risiko kanker ovarium juga dikaitan dengan mutasi gen ini.

9. Parkinson

Penyakit parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang faktor genetik tidak memegang peran utama. "Sekali lagi, ini adalah kondisi multi-faktorial," kata Dr Walker.

Risiko diturunkan: Menurut Walker, mereka yang mempunyai orangtua, saudara atau kerabat dekat dengan gangguan parkinson, maka dua kali lipat lebih mungkin untuk mengalami hal serupa. (palingseru.com)

Semoga bermanfaat and Have a positive day!

 

10 Fungsi Leader dan Manager ala Mature Leadership Center

by Harry "uncommon" Purnama
 
Leader dan Manager adalah function & role related [leadership dan managership],  lalu perlahan berkembang dan berevolusi menjadi position dan title. Keduanya harus ada di setiap organisasi modern, masing-masing menjalankan fungsi dan peran berbeda dan saling complementary.

Leader dan Manager kemudian menjadi sebuah sosok dan figure. Ketika mereka sudah dipersepsikan menjadi sosok dan figure, manajemen organisasi mulai senang membeda-bedakan apa itu leader dan apa itu manager? Mereka menganggap leader dan manager adalah 2 sosok dan figure yang harus sangat berbeda dan kontras satu sama lain.

Leader ditaruh ditempat tinggi dan atas [dihormati dan digaji lebih tinggi], Manager ditaruh dibawahnya [cukup dihormati dan digaji lebih rendah dari Leader]. Direksi dan CEO dianggap leader dan Kepala Divisi dan Kepala Dept dianggap manager. Padahal, leader dan manager adalah tetap function dan peran semata. Yang kedua fungsi diperankan secara bergantian oleh sosok dan figure yang sama. Lalu muncul tema-tema seperti Leader as Manager or Manager as Leader, atau Leader as Leader dan Manager as Manager. Sesungguhnya, Direksi adalah tetap seorang manager dan dapat berperan sebagai Manager dan Kepala Divisi adalah juga seorang manager, namun dapat berperan sebaliknya sebagai leader, bergantung kebutuhan, pengakuan, kebiasaan dan kapabilitas.

10 fungsi dan peran masing-masing [leader dan manager] yang dapat diperankan dan dijalankan oleh sosok dan figure yang sama, exactly the same person ["duonity", dual function by the same person].

1. Winning a battle
Leader : orang yang pertama kali memasuki medan pertempuran dan terakhir kali keluar dari medan pertempuran lalu membawa pulang seluruh prajuritnya hidup atau mati [death or alive] >> personal character : brave, make sacrifice,shows responsibility, creative - innovative, passion
Manager : orang yang mengurusi kebutuhan medan pertempuran dan prajurit selama bertempur di medan pertempuran >> personal character : caring, honest, open, enthusiastic, dynamic, humble, transparent, integrity, discipline, reliable, accountable, collaboration, excellence

2. Jargon &  slogan
Leader : yes,  WE can and WE will win as an organisation
Manager : yes, I can and I will survive the competition

3. Leading & managing
Leader : inspiring & enligthening people & change, make & shows the way, encouraging the soul and the heart
Manager : motivating teamwork & managing task, goes the way and building the one-team spirit

4. Goal setting
Leader : menetapkan & mencapai corporate vision and mission for the future
Manager : menterjemahkan visi - misi menjadi corporate target and goals dan mencapainya hari ini

5. Planning
Leader : mengurusi arah strategis organisasi ke depan
Manager: mengurusi hal-hal operasional dan teknis organisasi hari ini

6. Execution
Leader : menyelesaikan urusan policy dan strategis untuk memperbesar productivity dan profit
Manager : menyelesaikan urusan rutin, day-to-day task dan memperbesar effectiveness serta efficiency

7. Problem solving
Leader : mengambil keputusan strategis, kreatif dan inovatif
Manager :  menganalisa penyebab dan mengambil keputusan operasional dan rutin

8. Monitoring and supervision
Leader: menganalisa, mengantisipasi, memprediksi constraints & outcomes dan memperbesar trust
Manager : mengumpulkan informasi & data lapangan serta memperketat kontrol kerja dari kebocoran dan inefficiency

9. Embracing challenge
Leader: mencari opportunities dan chances serta mengatasi uncertainty during crisis & turbulence
Manager : mengatasi problems micro dan obstacle

10. Bureaucracy and system
Leader : menciptakan dan berjalan diatas birokrasi dan sistem kerja organisasi [speed]
Manager : tenggelam dalam dan bersembunyi di balik birokrasi dan sistem kerja [yang terkadang dijadikan alasan ketika organisasi berjalan lamban]. Ketika organisasi mulai membesar, menggurita dan melambat, para leader akan mengambil alih persoalan dan mencari solusi terbaik. Manager kemudian meng-implement solusinya, dst.
 

DIAM ADALAH (BUKAN) EMAS

The-Silence-of-the-Lambs-horror-movies.jpg

by Nugroho Nusantoro

Pernahkah kita dengan detil memperhatikan pelayanan yang kita terima pada saat kita membeli sesuatu atau menggunakan jasa tertentu? Suatu misal pada saat kita membeli bensin. Apa saja "bagian" pelayanan yang kita terima dari awal kita masuk sampai selesai mengisi bensin? Kita coba telusuri.

Pada saat kita baru memasuki lokasi pengisian bahan bakar, biasanya seorang operator memberi tanda di "pulau" yang mana sebaiknya kita berhenti. Setelah mobil kita berhenti, operator akan menunggu apakah kita turun, atau membuka kaca saja. Bila kita memperlihatkan indikasi akan turun, sang operator berjalan menuju sisi kanan kendaraan kita dan berdiri menunggu. Kita turun dan menyebutkan jenis bahan bakar, berapa liter – atau berapa rupiah – yang kita inginkan dan, kemudian, mengikuti sang operator ke arah dispenser bensin. Operator mulai mengisikan bensin setelah menunjukkan bahwa meter dimulai dari angka nol. Menunggu bensin terisi kita melihat ke sekeliling, ke arah pengendara lain, atau memperhatikan meter – daripada "bengong". Kalau kita beruntung, pada saat itu mungkin operator lain akan menawarkan diri untuk membersihkan kaca kita. Ya, bila beruntung! Setelah tangki bensin kita terisi sesuai yang kita kehendaki, operator akan memberi tahu bahwa apa yang diisikan sudah "pas" dengan permintaan kita. Akhirnya kita membayar – dengan cash, debit atau credit card – lalu kita melanjutkan perjalanan kita.

Dari seluruh rangkaian moments of truth alias saat-saat kita menerima layanan di atas, tidak ada penggal yang spesial kecuali tangki bensin yang terisi dengan pas dan dimulai dari angka nol saat mulai diisi. Padahal memberikan layanan yang spesial adalah syarat utama pertumbuhan usaha. Apa sebenarnya yang menjadikan rangkaian layanan itu tidak spesial? Jawabannya adalah terlalu banyak "waktu diam" alias silent moment.

Saya setuju bahwa dalam beberapa konteks kalimat "diam adalah emas" memang benar. Dalam konteks berinteraksi dengan pelanggan diam itu adalah api. Api itu bisa "melalap" kenyamanan pelanggan. Bayangkan saat ketika kita memandangi meter dispenser  bensin dan operator yang melayani kita hanya melihat ke arah lubang tangki bensin mobil kita, atau bahkan bicara dengan rekan sekerjanya. Bayangkan juga waktu kita berada di suatu elevator gedung perkantoran atau hotel HANYA bersama seorang security atau pegawai lainnya dan hanya saling diam. Ingat pula ketika hendak membayar barang yang kita beli dan ternyata komputer kasir mengalami gangguan teknis sehingga sang kasir sibuk "ngedumel" sambil berusaha membetulkan komputer itu, sementara pegawai lain yang berdiri di sebelahnya hanya diam memperhatikan apa yang dilakukan rekan kerjanya. Ada "waktu diam" dalam semua contoh itu dan kita sebagai pelanggan pasti merasa tidak nyaman dalam waktu-waktu itu.

"Waktu diam" adalah hal yang seharusnya dihindari dalam interaksi pelayanan kita dengan pelanggan karena ada potensi-potensi terselubung disana. Potensi terselubung pertama ada ketika kita mampu mengisi waktu itu dengan komunikasi bermakna, serta tulus, dengan pelanggan. Pelanggan akan merasa lebih belong atau lebih "diterima" sekaligus merasa lebih dihargai. Dengan demikian ikatan emosional bisa terjalin antara mereka dan usaha kita. Ikatan emosional ini adalah faktor utama kesetiaan mereka terhadap kita.

Potensi terselubung kedua tersimpan dalam ketidak-mampuan kita mengelola "waktu diam" itu. Selain mengurangi kenyamanan pelanggan, terjadinya waktu diam bisa memicu observasi negatif pelanggan terhadap apa yang ada pada usaha kita. Ingat bahwa dalam menilai segala sesuatu kita sangat dipengaruhi oleh emosi kita. Emosi apa yang mungkin dimiliki pelanggan yang sedang "terperangkap" dalam silent moment itu? Resah level ringan sampai sedang? Ya. Mungkin sekali! Seorang pelanggan yang resah akan melihat apapun di tempat usaha kita melalui "teropong" keresahannya. Ia melihat seorang karyawan kita berdiam diri, teropong keresahannya akan menyimpulkan, "Pegawainya malas." Ia melihat beberapa barang berada agak tidak pada tempatnya, keresahannya akan bisa membuatnya berkomentar, "Tempat ini berantakan." Akhirnya semua pengamatan yang dilatar belakangi oleh rasa resah tadi mengurangi kesempatan kita untuk memenangkan satu lagi pelanggan yang setia.

Dalam pelayananan berstandar bintang lima, meminimalisir "waktu diam" sudah menjadi tuntutan. Karyawan pada perusahaan yang menyediakan pelayanan bintang lima dilatih untuk mampu menjembatani suatu interaksi yang bermakna dan, sekali lagi, tulus dengan para pelanggan. Jembatan menuju suatu interaksi tersebut dibangun di atas landasan "kepedulian" karyawan terhadap kenyamanan pelanggan mereka. Pertanyaan dan pernyataan yang menyamankan selalu mereka lontarkan sebagai pemecah kekakuan perangkap silent moment.

Memang ada saat atau situasi dimana seorang pelanggan lebih memilih "dibiarkan sendiri" dalam suatu silent moment karena alasan kebribadian atau yang lain. Namun berasumsi bahwa semua pelanggan menyukai hal itu (dibiarkan sendiri) bisa beresiko. 75% populasi di dunia ini mempunyai sikap dan perilaku ekspresif dan orang-orang ekspresif selalu menyukai interaksi. Dengan mengawali suatu interaksi kita bisa melakukan observasi singkat apakah seorang pelanggan lebih suka terlibat dalam suatu percakapan hangat atau lebih memilih untuk dibiarkan sendiri. Apapun hasil observasi itu, kabar baiknya adalah bahwa setiap pelanggan sangat menghargai niat tulus kita untuk membuat mereka nyaman melalui sebuah interaksi.

"Waktu diam" alias silent moment memang kelihatan sepele, dan akan selalu kelihatan demikian bagi perusahaan yang tidak peduli dengan konsumen mereka. Satu baut di rangkaian mesin pesawat sering kali tampak sepele juga, namun bila baut itu longgar bisa jadi itu merupakan awal petaka. Kemampuan kita dalam menghilangkan atau meminimalisir "waktu diam" yang tidak nyaman ketika sedang bersama atau melayani pelanggan adalah baut-baut kecil yang mengaitkan seluruh "mesin" pelayanan kita. Longgarnya atau lepasnya baut-baut itu bisa mengakibatkan kerusakan pada usaha kita, karena pelanggan tak lagi setia pada kita.

Selamat meminimalisir silent moment.

 

Attitude Versus Aptitude

By: Brian Tracy

Overcome A Major Fear
A major source of stress in your life is the "fear of rejection" or "fear of criticism." This fear of rejection manifests itself in an over-concern for the approval or disapproval of your boss or other people. The fear of rejection is often learned in early childhood as the result of a parent giving the child what psychologists call "conditional love."

Rise Above the Need For Approval
Many parents made the mistake of giving love and approval to their children only when their children did something that they wanted them to do. A child who has grown up with this kind of conditional love tends to seek for unconditional approval from others all his or her life. When the child becomes an adult, this need for approval from the parent is transferred to the workplace and onto the boss. The adult employee can then become preoccupied with the opinion of the boss. This preoccupation can lead to an obsession to perform to some undetermined high standard.

Avoid Type A Behavior
Doctors Rosenman and Friedman, two San Francisco heart specialists, have defined this obsession for performance as "Type A behavior." Experts have concluded that approximately 60% of men and as many as 30% of women are people with Type A behavior.


Don't Burn Yourself Out
This Type A behavior can vary from mild forms to extreme cases. People who are what they call "true Type A's" usually put so much pressure on themselves to perform in order to please their bosses that they burn themselves out. They often die of heart attacks before the age of 55. This Type A behavior, triggered by conditional love in childhood, is a very serious stress-related phenomenon in the American workplace.

Action Exercises
Here are two things you can do immediately to deal with the fear of rejection, criticism and disapproval.

First, realize and accept that the opinions of others are not important enough for you to feel stressed, unhappy or over concerned about them. Even if they dislike you entirely, it has nothing to do with your own personal worth and value as a person.

Second, refuse to be over concerned about what you think people are thinking about you. The fact is that most people are not thinking about you at all. Relax and get on with your life.

 

THINKING OUT OF THE BOX

by Brian Tracy

Improve the Quality of Your Thinking

Human beings are mental organisms. Everything we are or ever will be, will be as the direct result of the way we think. If we improve the quality of our thinking, we must improve the quality of our lives. And, there is no other way to do it.

Youth and Creativity

In one series of I.Q. tests given to children age 2 - 4 years, 95% of the children were found to be highly creative with curious, questioning minds and an ability for abstract thinking.

When the same children were tested again at age 7, only 5% still demonstrated high levels of creativity. In the ensuing years, they had learned to conform; "If you want to get along, you had better go along,"

is what they had discovered.

The Dangers of Conformity

They had learned to color between the lines, to sit in neat little rows, to do and say what the other kids did and said, and to do as they were told. Over time, they lost the wonderful fearless spontaneity of youth and learned to suppress ideas and insights that were unusual or different.

Aggressively Seek New Ideas

Most of us have had similar experiences. The "Not invented-here" syndrome in many large companies is simply the adult version of "not rocking the boat." But fortunately, since creativity is your birth right, a fundamental part of your nature, you can tap into it at any time, no matter how long it has been since you really used it.

Action Exercises

Here are two things you can do to start thinking outside of your mental box.

First, imagine that there was a vastly better, cheaper, faster way to do your job - and somebody else had already discovered it and was going to put you out of business.

Second, imagine doing exactly the opposite of what you are doing today.

Allow your mind to float freely and consider how current trends will change your business.

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger