Gaya Steve Jobs

by. lilik agung  

(Tulisan saya tentang Steve Jobs. Saya nukil dari buku saya "CEO Wisdom-Belajar dari 26 Pemimpin Asli Indonesia." Semoga analisis saya salah)
 
Gaya Steve Jobs
Ketika International Herald Tribune menulis dengan kepala berita "Apple Melengserkan Microsoft dengan Satu Usapan Jari," maka dunia bergetar. Ulasan panjang  tentang kedigdayaan Apple muncul bak cendawan di musim panas pada hampir media diseluruh dunia. Tak terkecuali, diskusi hangat muncul tanpa bisa dicegah pada jejaring sosial. Microsoft dengan Bill Gates-nya yang langganan menjadi perusahaan pilihan dan orang paling kaya di muka Bumi, dikabarkan menuju senjakala. Alias akan terlibas dengan ekspansi cerdas ala Apple. Namun benarkah demikian?
Apple adalah Steve Jobs. Dan Steve Jobs adalah Apple. Inilah adagium yang tak terbantahkan. Benar bahwa Steve Jobs pernah didepak dari Apple, yang tak lain kerajaan bisnis yang didirikan. Sejenak berkarya di Pixar, akhirnya Steve Jobs putar haluan menuju kerajaan yang dibesarkan. Ketika Steve Jobs berkutat dengan Apple lagi, dunia kemudian mencatat dengan tinta emas produk-produk inovatif karyanya. Muncullah iPod, iTunes, iPhone dan yang paling gres iPad yang benar-benar menyihir dunia.
Inovasi ala Steve Jobs memang renyah. Serenyah ketika kita menggigit buah apel yang baru dipetik dari pohon. Memakai produk-produk keluaran Apple tidak saja memberi sensasi baru terhadap kecanggihan penemuan teknologi. Lebih dari itu produk Apple menawarkan rasa bangga kepada konsumennya yang tidak dipunyai para pesaingnya. Logo Apple menganga bekas gigitan yang menyala dari laptop para pemakainya pada sebuah cafe, menandakan bahwa si pemakai merupakan manusia urban yang pantas duduk di cafe sambil menyeruput segelas cappucino. Pun menulis kajian bisnis dengan menyebut nama Steve Jobs seakan-akan memberi keabsahan bahwa risalah bisnis itu ilmiah, terbarukan dan bernas.
Apple adalah Steve Jobs. Dan Steve Jobs adalah Apple. Merupakan perpaduan yang sangat kuat dan memberi nilai lebih pada keduanya. Namun perpaduan ini sekaligus menyisakan rongga menganga seperti logo Apple. Bila tidak diantisipasi dengan segera, rongga ini akan membesar dan kemudian menelan habis buah apel. Mengapa demikian? Seperti banyak terjadi pada berbagai perusahaan besar, ketika sang CEO (atau pemilik atau pendiri) yang identik dengan perusahaan bersangkutan lengser, lengser pula kedigdayaan perusahaan. Apalagi jika sang pemimpin tidak menyiapkan regenerasi dengan matang.
 
Gaya kepemimpinan Steve Jobs sangat urakan. Dia menyempal dari mainstream utama gaya kepemimpinan seperti lazim terjadi pada perusahaan. Ribuan referensi menyoal kepemimpinan mungkin belum ada yang bisa membidik secara jernih gaya kepemimpinan Steve Jobs. Jika referensi menyebut bahwa para pemimpin hebat selalu mengedepankan respek kepada orang lain, memuji dan memotivasi anak buah, maka yang terjadi pada diri Steve Jobs bertolak belakang. Alih-alih memberi respek, Steve Jobs suka memaki-maki anak buahnya. Bahkan dalam berbagai video yang beredar, tak segan Steve Jobs bertanya hal yang tidak relevan dengan pekerjaan. Calon karyawatinya dalam sesi wawancara pernah ditanya masih perawan apa tidak. Walaupun Steve Jobs tidak bermaksud untuk melecehkannya.
 
Gaya urakan ala Steve Jobs ketika diimbangi dengan kompetensi jauh diatas rata-rata memang akan memberi nilai tambah. Bahkan urakannya Steve Jobs menjadi merek dagang tersendiri bagi Apple. Produk-produk keluaran Apple mendapat amunisi nan menggelegar ketika kuli tinta memberi ulasan sisi lain dari kepemimpinan Steve Jobs.
 
Sayang kejeniusan Steve Jobs tidak bisa dikloning kepada anak buahnya. Takdir Ilahiah ini hanya dinikmati Steve Jobs seorang. Sementara gaya kepemimpinan mainstream yang sudah teruji melintasi waktu dapat diduplikasi pada organisasi. Pelatihan, workshop, magang atau mentoring tentang kepemimpinan yang masif dilakukan perusahaan untuk menghasilkan calon pemimpin selalu bersandar pada gaya kepemimpinan mainstream. Gaya kepemimpinan urakan ala Steve Jobs hanya bisa dijalankan oleh Steve Jobs sendiri. Menduplikasinya jelas sebuah pekerjaan sia-sia yang berujung pada kegagalan.
 
Pada konteks ini yang menyebut Microsoft sedang berada dalam senjakala bisnis menjadi tidak relevan. Benar bahwa 'satu usapan jari' yang diciptakan oleh Steve Jobs membuat posisi Microsoft terancam. Namun yang luput dari perhatian para cerdik pandai, Microsoft tidak saja mengembangkan software, namun juga serius mengembangkan brainware (humanware) bernama pemimpin. Bill Gates memutuskan lengser untuk kemudian berkiprah dalam organisasi sosial. Apa yang terjadi sepeninggal Bill Gates? Microsoft justru semakin mengkilap kinerjanya dibawah CEO Steve Ballmer. Pada saat bersamaan Steve Ballmer sudah mempersiapkan putra mahkota apabila dia sewaktu-waktu meninggalkan kursi nyaman CEO.
 
Hal demikian tidak terbayangkan terjadi pada Apple. Apabila sewaktu-waktu Steve Jobs lengser dari tahtanya, dapat dipastikan akan terjadi keguncangan maha hebat. Dan mendengar pengakuan jujur dari Steve Jobs bahwa
Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger