Cerita Sebelum Tidur Berbahaya

Sumber : www.roemahnlp.com

Sudah turun temurun memberikan cerita kepada anak saat menjelang tidur. Berbagai cerita beredar. Baik yang secara lisan dari mulut ke mulut, hingga yang sudah dibukukan. Dari jaman yang sudah lama sekali hingga cerita yang baru. Simak saja salah cerita yang sudah merambah seluruh nusantara, bahkan negara tetangga, tentang fabel Si Kancil.
Si Kancil yang sangat piwai memperdayai berbagai binatang lainnya dengan segala macam trik, yang terkadang juga licik. Namun selalu saja, dalam banyak kisah Si Kancil selalu menjadi pemenang. Wah cerita ini bisa terasa begitu serunya saat kita masih kecil. Saya termasuk salah satu yang kadang mendengar kisah Si Kancil. Entah dari mana, ayah saya mendapatkan inspirasi cerita itu. Sebagai tanda saja, ternyata kakak saya yang selisih umur hingga 10 tahunan juga pernah mendengar cerita itu. Artinya, cerita itu jauh lebih tua dari usia saya. Entah berapa juta orang yang sudah mendengar kisahnya. Dan berlipat jumlahnya tentunya yang pernah mendengar cerita sebelum tidur.
Dan kita pernah mendengar tentunya, saat menjelang tidur, seseorang baik kecil ataupun besar, mengalami proses dari penurunan gelombang otak dari Beta, Alpha, Theta hingga Delta. Proses dari kondisi "sadar" hingga sudah "tidak sadar". Berarti ada posisi peralihan beberapa saat menjelang "tidak sadar". Sedang pada posisi Alpha dan Tetha, maka seseorang akan jauh lebih mudah menyerap sebuah informasi, baik berupa cerita, afirmasi, nasehat, dll. Pada kondisi ini, terjadi by pass dari panca indera ke fikiran. Namun, setelah posisi Tetha Dalam, merupakan posisi menjelang Delta. Dimana, saat ini seluruh panca indera juga akan beristirahat. Tidak ada informasi yang bisa diserap dan diteruskan ke fikiran.
Hal tersebut, akan menjadi pembatas, saat kapan informasi masih mengalir dan akan terhenti. Selain itu juga, pada posisi Alpha dan Tetha ini, informasi akan langsung masuk kedalam memory dalam. Yang secara otomatis (bawah sadar) akan berpengaruh dalam kehidupan. Kita masih ingat peranan fikiran bawah sadar, memiliki 88% pengaruh.
Sekarang, kita simak ilustrasi berikut ini. Saat seseorang menceritakan kisah Si Kancil, misalnya. Cerita tersebut dari awal sejak Kancil berjalan-jalan ke pesawahan dan ladang sekitar hutan. Kebetulan dia melewati sebuah ladang timun milik seorang petani. Dia melihat adanya timun yang sangat segar, walau sore hari masih cukup terlihat jelas timun-timun tersebut. Banyak lagi jumlahnya. Si Anak yang mendengar cerita tersebut sudah mulai mengantuk cukup berat. Pada posisi ini mungkin gelombang otaknya sudah pada kondisi Theta dalam.
Lalu cerita dilanjutkan. Si Kancil mulai berfikir culas, untuk mencuri timun-timun itu. Toh Pak Tani yang menanam sudah pulang ke rumah. Lalu dia masuk, melalui salah satu celah pagar yang cukup besar, dan segera mendapati timun yang segar-segar.
"Wah luar biasa, enak dan segar timu ini", kata Kancil.
"Ternyata mencuri, tetap terasa enak dan segar. Tidak usah bayar lagi. Nikmatnya!", lanjutnya.
Pada saat cerita sampai disini, Anak yang sudah mengantuk sekali, ternyata sudah tertidur. Sehingga tidak mendengar lagi cerita sambaungannya. Bagaimana Kancil, terjebak perangkap oleh Pak Tani.
Informasi (bisa jadi sugesti) yang kuat masuk terakhir ke anak tadi, "Ternyata mencuri, tetap terasa enak dan segar. Tidak usah bayar lagi. Nikmatnya!". Bagaimana kalau ini menjadi sebuah keyakinan yang tertanam? Dan memang secara otomatis, hal ini tertanam. Walau orang tua atau siapa saja, juga menanamkan hal yang lebih baik dan positif, untuk memberikan kekuatan kontra terhadap keyakinan negatif atau buruk. Namun alangkah lebih baik, jika tidak ada sedikitpun keyakinan negatif yang masuk, atau setidaknya diminimalkan.
So, bagaimana solusinya?
Okey, saat memberkan cerita kepada anak menjelang tidur, ceritakan dengan posisi duduk berhadapan dengan anak. Ceritakan sebaik mungkin dengan expresi dan fisiologis terbaik. Ini sekaligus mengajarkan pola komunikasi yang totalitas. Setelah selesai ceritanya, berikan resume cerita dan pesan yang bisa diterima, berdasar cerita tersebut. Dan akhiri pesan agar senantiasa berdoa, bersyukur, pasrah diri dan mengingat Tuhan menjelang tidur. Baru kita persilahkan, anak kita tidur dengan baik.
Selamat bobo.... dan semoga menjadi inspirasi yang penuh manfaat.

 

Ubah Perilaku Anak dengan Film Kesenangan


Kalau banyak orang tua sedang berkumpul, sering sekali terdengar saling menceritakan kelebihan hingga keluhan perilaku anaknya. Ada yang sangat senang menggambar, mewarnai, menulis, belajar membaca, nonton televisi, main game, dll. Banyak sekali. Tidak jarang saat salah satu sedang menyampaikan kelebihan anaknya, maka yang lain juga tidak mau ketinggalan mencerikan dengan bumbu yang lebih sedap. Juga jika salah satu ibu bercerita tentang keluhan dari perilaku anaknya. Yang lain berebut, sehingga seolah keluhannya lebih gila atau bahkan lebih berat dibanding dengan ibu lainnya. Eh.. maaf jadi bahas ngrumpinya para ibu, yang kayaknya para bapak juga demikian.. he he
Ngomong-ngomong keluhan orang tua atas anaknya, ternyata jika digali lebih jauh hal ini ierjadi sangat sering. Dari berbagai golongan. Wah sekarang kita tentunya tidak sedang membahas masalah, harus mulai berpindah fokus pada penyelesaian.
Sebut saja Ibu ini dengan Novi. Dengan canggung Novi menceritakan perihal puterinya yang baru satu-satunya. Perilaku puterinya telah membuat lelah berfikir bagaimana mendapatkan solusi. Berbagai metode sudah dilakukan, namun hasilnya belum juga maksimal. Dengan canggung dan terasa berat, akhirnya Novi juga menceritakan. Entah berat karena terlalu pesimis mendapatkan solusi atau entah karena apa.
Putrinya anak yang cerdas. Berbagai mata pelajaran sekolah di kelas 1 SD saat ini dengan mudahnya bisa diterima. Seperti juga halnya saat di Play Group dan TK. Memang sudah tampak kecerdasannya. Sangat sering mendapatkan pujian baik dari para guru ataupun orang tua teman-temannya.
Namun pada saat awal kepindahan lingkungan baru di SD, hal ini menjadi sesuatu yang membuat Novi dan keluarga menjadi berfikir berlipat dari biasanya. Rupanya si Puteri menjadi sangat "manja" saat di sekolah. Dari mulai harus ditunggui dari sejak masuk hingga pulang sekolah, sering merasa kehilangan, bahkan bisa menjadi tangis yang histeris saat mengetahui orang tuanya tidak menunggui di tempat biasanya. Bukan saja orang tua yang harus mencari jalan keluar, para gurupun ikut berfikir keras.
Kegemaran Puteri yang cerdas ini menonton beberapa jenis film. Ada yang sangat disukai walau sudah menonton entah berpuluh kali, tetap saja diputar ulang. Novi diminta memilih salah satu jenis film yang paling favorit diantara yang menjadi langganan untuk ditonton. Selain itu juga melakukan pengamatan, pada scene tertentu dari film yang sangat membuat emosi Puteri tersebut memuncak, baik rasa yang sangat senang atau gembira ataupun rasa kaget atau bersedih.
Pertemuan berikutnya dari setiap scene yang mampu membangkitkan emosi tertentu dengan intensitas yang lebih tinggi, diambil cukup 3 yang paling dominan dari yang ada. Dari scene tersebut, dilakukan pemotongan film saat ditengah scene yang membuat pick emotion. Dengan salah satu software, edit media ini, diselipkan kata-kata positif berupa nasehat singkat dengan kalimat positif yang isinya, perubahan pada puteri yang dikehendaki. Begitu juga pada scene yang lainnya.
Yang menjadi tujuan utama proses ini adalah, saat si Puteri sedang dalam emosi yang terbawa oleh film yang ditontonnya, maka dengan fokus yang kuat pada adegan yang terjadi, ada daerah kritis dalam fikiran yang terbuka. Bahasa mudahnya, terbukanya pintu alam bawah sadar. Dan saat tersebut bisa saja gelombang otak pada posisi Alpha atau Theta. Saat ini digunakan untuk memberikan instruksi by pass kepada puteri, dengan media tulisan. mengingat si Puteri sudah sangat pandai membaca, maka pesan ini sampai dan bisa difahami dengan baik.
Cara ini juga bisa digunakan kepada anak-anak yang menyukai film baru. Sebelum ditonton, editlah film tersebut dengan memperhatikan kemungkinan besar titik scene yang membuat pick emotion pada anak tersebut. Edit, berikan nasehat atau apapun dengan kalimat positif pendek dan jelas. Berdayakan hobi menonton film anak, untuk memasukkan believe dan hal-hal positif.
Ya trik yang sangat mudah sekali. Sehingga untuk saat ini, menjadi hal yang bisa dilakukan oleh kita semua di rumah. Sehingga harapan dan keinginan dari perilaku anak bisa kita set dengan baik. Mari kita lakukan.... semoga memberikan manfaat untuk kita semua. (Yant Subiyanto, ST, CM-NLP, CH, CHT)
 

Perverse Motivation

By Brian Tracy

Everyone likes to buy, but no one wants to be sold. People don't like to feel that they are the recipients or the victims of a sales presentation. Most customers are independent in their thinking, and they don't like to think that they are being manipulated, pressured, or coerced into doing anything. They like to feel as though they are making up their own minds based on good information that has been presented to them.

Sales Helper

The best salesperson is perceived as a helper who assists prospects in getting what they want and need. Remember, it is the perception of the customers that, more than anything else determines how the customer behaves toward a salesperson. You must do everything possible to appear to be helping rather than selling.

Salespeople are Teachers

Top salespeople are teachers who show their customers how products and services work to satisfy their needs. The more you are perceived as a teacher, the more likely it is that you will also be perceived as a consultant or an advisor. You will be seen as a trusted counselor who can be depended upon to help customers get what they want by means of the product or service that you are selling.

Don't Pressure the Customer

If ever your customers feel, even for a moment, that you are trying to sell them into buying something, they will instantly resist and withdraw. The most important part of selling is the quality of the trust bond that exists between you and your customers. You can't afford to do anything that threatens that trust bond. It is important that the customer feels that they are being informed about something that will benefit them, rather than feel pressured to buy a product that is being pushed upon them.

Design Presentation

Design your presentation in such a way that you are always showing, explaining, and asking questions to assure agreement and understanding. See yourself as a teacher with a willing and able student, eager to learn.

Action Exercise

Think of yourself as a teacher and your sales presentation as a "lesson plan." Always begin your presentation with agreement on the value or benefit that the customer seeks that your product or service can deliver.

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger