Aplikasi NLP untuk Sales & Leadership

Bagaimana aplikasi NLP dipakai dalam Sales?

Ketika anda sebagai seorang sales dan hendak mendekati seseorang katakan saja anda adalah agen asuransi dan hendak memberikan ilustrasi sebuah cerita kepada calon customer anda. Anda bukan sekedar menghapal cerita. Yes menghapal penting, tetapi yang lebih penting adalah merasakan atau menciptakan emosi yang sesuai dengan cerita itu, itu penting. Ketika anda mau menceritakan cerita sedih, maka anda harus sedih terlebih dahulu agar calon customer anda bisa merasakan kesedihan anda. Bila anda mau klien anda bergembira, maka kita harus bercerita dengan gembira lebih dahulu. Bila anda emosinya datar, maka customer tersebut akan datar dan kemudian dia merasakan seperti dinasehati.

Siapa yang membaca artikel ini tidak menyukai dinasehati? Apalagi yang menasehati anda masih muda umurnya?

Kalau begitu, harus pakai cara berbeda. Betul!

 

Bagaimana Aplikasi NLP ini dipakai untuk Leadership?

Yes, sama saja. Ini bisa dipakai untuk memotivasi team dengan emosi yang dipakai sesuai dengan apa yang anda ingin sampaikan. Bila anda mau mengugah orang tersebut untuk merasakan emosi ketika orang itu down dan sebagainya. Anda dahulu yang harus memunculkan emosinya.

Coach Antonius Arif sudah buktikan sendiri saat bercerita kepada orang bila nada, ekspresi, emosi beliau datar maka calon customer juga datar. Dan sebaliknya. Jadi kita dulu yang duluan Go Trance! Makanya tak aneh banyak orang yang jadi bertanya-tanya, Jadi wajar kalau penjualan, leadership serta semua hal di bisnis bisa berpengaruh sangat besar dalam kehidupan Anda. Bagaimana kalau ini dipelajari dengan sungguh-sungguh, kira-kira berpengaruh apa lagi dalam kehidupan Anda.

__._,_.___

by: may aini

 

 

Menemukan Kekuatan Diri

by: Adang Adha 

 

Pernahkan anda mengalami anda dapat Memecahkan suatu masalah dengan mudah sedangkan orang lain kesulitan memecahkannya? Ketika solusi anda lebih simple dan efektif  dibanding oranglain, ketika anda dapat mengerjakan sesuatu lebih cepat sedangkan orang lain mengerjakannya merasa kesulitan dan lebih lambat. Sebaliknya ketika anda mengerjakan sesuatu yang terasa sangat sulit bagi anda dan hasilnya pun tidak maksimal namun orang lain dapat melakukannya dengan cepat dan lebih maksimal maka pahamilah bahwa mungkin itu bukan keahlian anda dan andapun tidak perlu iri dan minder karena tidak dapat melakukannya sebaik orang lain.  Membanding bandingkan kekuatan diri sendiri dengan orang lain dalam hal kekuatan yang berbeda hanya akan memukul mundur  mental anda. Jika anda ingin membandingkan diri dengan orang lain bandingkanlah ketekunan dan kegigihan anda dengan orang lain  dalam mengasah kekuatan. 

 

Ada berbagai cara menemukan kekuatan diri, mulai dari cara yang sederhana sampai dengan analisis yang mandalam. Cara paling mudah menemukan kekuatan adalah menginventarisis semua keahlian anda dan mengurutkannya mana keahlian yang anda sangat hebat dalam melakukannya dalam artian anda dapat melakukannya lebih cepat dan lebih baik. Nah urutan pertama dan seterusnya adalah kekuatan anda. Cara lainnya adalah dengan melakukan tes psikologi untuk menginventarisis kekuatan anda.  

Kekuatan anda dapat terbentuk dari pekerjaan yang anda lakukan sebelumnya, anda terlatih melakukannya sehingga anda dapat melakukannya lebih baik dari oranglain. Atau keahlian yang memang anda sengaja latih karena anda menyukainya anda mencitainya sehingga anda menghabiskan waktu anda berjam jam hanya untuk melatihnya.  Salah satu penyanyi yang saya kagumi dalam melatih keahliannya adalah agnes monica, disiplin melatih suara dan koreografer berjam jam untuk menjadi lebih baik dan lebih baik dari sebelumnya, hasilnya penyanyi pop yang luar biasa yang menjejakkan karirnya di dunia internasional yang anda kenal sekarang ini.

 

Seringkali kekuatan didapat dari pekerjaan anda misalnya seorang analis keuangan perusahaan yang setiap harinya adalah menganalisis laporan keuangan, menemukan kesalahan dalam aliran keuangan, menemukan gap dalam system keuangan dan memberikan solusi untuk mengatasinya sehingga dari a sampai z masalah keuangan ia kuasai, menjadi orang yang dapat diandalkan untuk masalah masalah yang berkaitan dengan keuangan orang seperti ini mendapat kekuatan dari pekerjaan yang mengharuskan ia menjadi ahli dalam hal keuangan.  Dan jika orang bertanya tentang keuangan ia bisa menjelaskan berjam jam soal keuangan dan seluk beluknya. Seperti yusianto orang dibalik produsen dan kedai kopi terkenal di Indonesia, memulai keahliannya sedikit demi sedikit tentang kopi di puslitkoka dan menekuni kopi dan cokelat pasca panen dan diakui dunia oleh Speciality Coffee Association of America (SCAA), sebuah sertifikat yang diakui oleh dunia internasional, menunjukkan bahwa pemegangnya benar-benar ahli tentang cita rasa kopi. Jangan Tanya soal kopi kepada yusianto anda akan mendapat cerita panjang berjam jam soal kopi.

 

Orang orang luar biasa karena fokus pada kekuatan dan terus mengembangkannya. Jika anda saat ini belum mengetahui kekuatan anda, segera putuskan untuk menggalinya dan jika sudah menemukannya latih terus kekuatan anda sehingga anda menjadi luar biasa dalam bidang tersebut. Fokuskan energy anda untuk hal yang akan membuat anda menjadi luar biasa, dan bukan fokus menjadi orang yang rata rata 

 

 

Pesan IBU

Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, “Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!”
“Tidak Dik, saya mau makan nasi saja,” kata si pemuda menolak.
Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.
Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, “Tidak Dik, saya sudah kenyang.”

Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, “Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om.”
Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. “Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya.”

Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.

Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, “Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?”

“Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu.”

Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. “Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh.” Si anak pun segera menghitung dengan gembira.

Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, “Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu.”

Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, “Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami.”
Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang.
Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang. 

  • Melawan Diri Sendiri

Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah pertandingan untuk mengalahkan rasa ketakutan, keengganan, keangkuhan, dan semua beban yang menambat diri di tempat start.

Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tak berguna. Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki atau dendam. Keberhasilan sejati memberikan kebahagiaan yang sejati, yang tak mungkin diraih lewat niat yang ternoda.

Pelari yang berlari untuk mengalahkan pelari yang lain, akan tertinggal karena sibuk mengintip laju lawan-lawannya. Pelari yang berlari untuk memecahkan recordnya sendiri tak peduli apakah pelari lain akan menyusulnya atau tidak. Tak peduli dimana dan siapa lawan-lawannya. Ia mencurahkan seluruh perhatian demi perbaikan catatannya sendiri.

Ia bertading dengan dirinya sendiri, bukan melawan orang lain. Karenanya, ia tak perlu bermain curang. Keinginan untuk mengalahkan orang lain adalah awal dari kekalahan diri sendiri.

  • Kepercayaan Diri

Banyak orang pandai menyarankan agar kita memiliki suatu kepercayaan diri yang kuat. Pertanyaannya adalah diri yang manakah yang patut kita percayai? Apakah panca indera kita? Padahal kejituan panca indera seringkali tak lebih tumpul dari ujung pena yang patah. Apakah tubuh fisik kita? Padahal sejalan dengan lajunya usia, kekuatan tubuh memuai seperti lilin terkena panas. Ataukah pikiran kita? Padahal keunggulan pikiran tak lebih luas dari setetes air di samudera ilmu. Atau mungkin perasaan kita? Padahal ketajaman perasaan seringkali tak mampu menjawab persoalan logika. Lalu diri yang manakah yang patut kita percayai?

Semestinya kita tak memecah-belah diri menjadi berkeping- keping seperti itu. Diri adalah diri yang menyatukan semua pecahan-pecahan diri yang kita ciptakan sendiri. Kesatuan itulah yang disebut dengan integritas. Dan hanya sebuah kekuatan dari dalam diri yang paling dalam lah yang mampu merengkuh menyatukan anda. Diri itulah yang patutnya anda percayai, karena ia mampu menggenggam kekuatan fisik, keunggulan pikiran dan kehalusan budi anda.

  • Kelenturan Sikap

Bila anda menganggap bahwa mengatasi setiap persoalan butuh kekuatan pendirian, ketangguhan otot, dan kekerasan kemauan, maka anda separuh benar.

Sebuah batu cadas yang keras hanya bisa segera dihancurkan dengan mengerahkan segenap daya kuat. Oleh karenanya, banyak orang melatih diri agar semakin kuat, semakin tangguh dan semakin tegar.

Namun, seringkali kenyataan tak bisa dihadapi dengan pendirian kuat, atau diatasi dengan ketangguhan otot, atau dipecahkan dengan kemauan keras. Ada banyak hal yang tak bisa anda terima, namun harus anda terima. Maka, senantiasa anda membutuhkan sebuah kelenturan sikap. Bukanlah kelenturan sikap pertanda kelemahan, melainkan sebuah kekuatan untuk menghadapi segala sesuatu sebagaimana ia ada. Bila anda menganggap bahwa mengatasi persoalan adalah dengan menerima persoalan itu, maka anda menemukan separuh benar yang lain.

itulah beberapa motivasi dari kami semoga menjadi manfaat untuk anda semua.

 

 

__._,_.___

by: arief hertadi

 

 

KISAH RAJA DAN PELAYANNYA.

Ada seorang Raja yang mempunyai seorang pelayan, yang dalam setiap kesempatan selalu berkata kepada sang Raja: "Yang Mulia, jangan khawatir, karena segala sesuatu yang dikerjakan Allah adalah sempurna, Ia tak pernah salah."

Suatu hari, mereka pergi berburu, pada saat mana seekor binatang buas menyerang sang Raja. Si pelayan berhasil membunuh binatang tersebut, namun tidak bisa mencegah Rajanya dari kehilangan sebuah jari tangan.

Geram dengan apa yang dialaminya, tanpa merasa berterima kasih, sang Raja berkata, "Kalau Allah itu baik, saya tidak akan diserang oleh binatang buas dan kehilangan satu jari saya..!"

Pelayan tersebut menjawab, "Apapun yang telah terjadi kepada Yang Mulia, percayalah bahwa Allah itu baik dan apapun yang dikerjakanNya adalah sempurna, Ia tak pernah salah."

Merasa sangat tersinggung oleh respon pelayannya, sekembalinya ke istana, sang Raja memerintahkan para pengawalnya untuk memenjarakan si pelayan. Sementara dibawa ke penjara, pelayan tersebut masih saja mengulangi perkataannya: "Allah adalah baik dan sempurna adanya."

Dalam suatu kesempatan lain, sang Raja pergi berburu sendirian, dan karena pergi terlalu jauh ia ditangkap oleh orang-orang primitif yang biasa menggunakan manusia sebagai korban.

Diatas altar persembahan, orang-orang p rimitif tersebut menemukan bahwa sang Raja tidak memiliki jari yang lengkap. Mereka kemudian melepaskan Raja tersebut karena dianggap tidak sempurna untuk dipersembahkan kepada dewa mereka.

Sekembalinya ke istana, sang Raja memerintahkan para pengawal untuk mengeluarkan si pelayan dari tahanan, dan Raja itu berkata: "Temanku.. Allah sungguh baik kepadaku. Aku hampir saja dibunuh oleh orang primitif, namun karena jariku tidak lengkap, mereka melepaskanku."

Tapi aku punya sebuah pertanyaan untukmu. "Kalau Allah itu baik, mengapa Ia membiarkan aku memenjarakanmu ?

Sang pelayan menjawab: "Yang Mulia, kalau saja baginda tidak memenjarakan saya, baginda pasti sudah mengajak saya pergi berburu, dan saya pasti sudah dijadikan korban oleh orang-orang primitif sebab semua anggota tubuh saya masih lengkap."

Semua yang dikerjakan Allah adalah sempurna, Ia tak pernah salah. Seringkali kita mengeluh mengenai hidup kita, dan pikiran negatif pun membunuh pikiran kita yang positif

Marilah berpikir positif dan percayalah akan kebaikan Allah setiap saat.

  ;

 

Regards, Life for Success

Hendry Risjawan

 

 

Leadership and Parenting, Same Purpose Same Skill

Seorang anak usia 9 tahunan, sudah cukup besar, menangis sambil berteriak-teriak meminta dibelikan tab merk terkenal pada orang tuanya di tengah pertokoan. Ia menangis, berguling-guling di lantai, sengaja membuat semua orang melihat. Orang tuanya tampak berusaha membujuk. Memberi merk yang lebih murah. Namun, anak itu telah belajar, bila ingin sesuatu... menangislah. Semakin keras, semakin terpenuhi. Orang tua tampak bingung, malu pada tatapan banyak orang, dan akhirnya segera mengabulkan permintaan anaknya.

Di lain tempat, seorang anak perempuan diam-diam membuka situs porno di laptopnya. Orang tuanya memberi setumpuk besar larangan, dengan sejumlah pengawasan ketat. Toh, si anak tetap dapat sembunyi-sembunyi melanggarnya.

Di tempat berbeda lagi, seorang anak perempuan dan orang tuanya berdialog tentang kapan ia mulai boleh berpacaran. Mereka beradu argumen, bertukar pikiran, namun dalam suasana yang bersahabat dan solutif. 

Ketiga kasus dramatis di atas menunjukkan tipe pola asuh yang berbeda antara orang tua satu dan lainnya. Bila ingin dikategorikan, mungkin bisa masuk dalam penggolongan paling mudah yaitu permisif, diktator, dan demokratis.

Dalam skala yang berbeda, kasus serupa bisa terjadi dalam dunia kerja. Pemeran anak adalah bawahan, sedangkan orang tua adalah atasan. Leader dan orang tua punya tugas yang mirip. Tujuannya pun sama. Untuk itu dibutuhkan skill set yang mirip pula.

Keberhasilan seorang leader adalah saat orang-orang di bawahnya bertumbuh dalam pengasuhannya. Maka pemimpin yang terintegrasi (integrated leader) adalah seperti orang tua. Dalam parenting, tugas orang tua adalah mengasuh anak, menetapkan batas, memberi bimbingan dan dukungan, mengklarifikasi harapan dan tanggung jawab, memungkinkan mereka untuk membuat kesalahan, dan membuat mereka bertanggung jawab.

"Sukses" Anda sebagai orangtua ditentukan oleh kemampuan Anda untuk membantu anak-anak Anda tumbuh baik secara intelektual maupun emosional. Anak menjadi orang yang bertanggung jawab, produktif, dewasa, dan penuh kasih. Keberhasilan sebagai pemimpin dalam dunia bisnis juga terkait dengan kemampuan untuk membantu bawahan berkembang menjadi pribadi yang puas, termotivasi, bertanggung jawab, menjadi seniman yang produktif.

Pemimpin perlu memberi bimbingan dan dukungan dan kontribusi pada pertumbuhan dan perkembangan orang lain. Kekuatan untuk ini bukan datang dari keinginan pemimpin untuk menjadi "lebih" orang lain, tapi menginginkan orang lain lebih hebat dari Anda sebagai pemimpinnya. Bawahan akan hidup di masa depan, menghadapi tantangan yang semakin sulit. Karena itu, seperti halnya setiap orang tua ingin anaknya menjadi lebih hebat darinya, pemimpin semestinya menginginkan hal yang sama.

Sebagai pemimpin, Anda perlu memiliki mentalitas membantu bawahan. Inilah inti dari servant leadership. Bukan menjadi pembantu dari bawahan, tapi memenuhi kebutuhan emosional bawahan. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengintegrasikan kebutuhan bawahan dengan kebutuhan Anda sendiri. Mereka bahagia, anda bahagia. Mereka membutuhkan Anda dan Anda membutuhkan mereka.

Sebagai pemimpin, Anda juga bertanggung jawab untuk kesejahteraan mereka dan pembangunan kehidupan fisik, emosional, dan spiritual mereka. Keberhasilan mereka mencerminkan kesuksesan Anda. Anda tidak akan berhasil tanpa mereka, dan mereka tidak akan berhasil tanpa Anda. (dhw)

__._,_.___

Riris Theresia Siahaan

 

Manusia "Selesai"

Oleh: Indra Tranggono

 

Seorang menteri, pejabat tinggi, atau tokoh nasional yang sebelumnya menunjukkan kinerja baik dan mengundang respek publik mendadak terjerat korupsi.



Publik tak kaget lagi, apalagi menangisi. Antiklimaks dalam karier politik seseorang sudah terlalu sering terjadi.

 

Bunuh diri eksistensial atas tokoh penyelenggara negara jadi kenyataan rutin. Ada banyak nama terkubur dengan batu nisan "koruptor". Negeri ini pun (berpeluang) menjelma jadi kuburan nama baik, kehormatan, harga diri, dan martabat dari banyak tokoh nasional yang gagal melawan godaan korupsi.

 

Tak ada jaminan apa pun terkait pejabat publik yang memiliki kekayaan melimpah lantas tidak mencuri duit negara. Korupsi lebih erat berhubungan dengan kesentosaan dan mutu mentalitas manusia yang memiliki rasa cukup. Penyelenggara negara yang memiliki rasa cukup cenderung tak tergoda korupsi. Sikap moral yang terkandung di dalam rasa cukup mendorong manusia berdamai dengan dirinya sendiri. Pertarungan melawan segala godaan berupa pamrih material pun selalu dimenangi.

 

Damai dengan diri sendiri lahir dari pergulatan nilai yang berlangsung sengit dalam dengan manusia. Manusia yang selalu ndangak (memandang ke atas dalam konteks kepemilikan material) selalu merasa kurang atas apa yang sudah digenggamnya. Akibatnya, manusia ngongso (selalu mencari dan mengambil) secara material demi memenuhi kepuasan yang tanpa ujung. Manusia pun menderita kemiskinan mental dan spiritual. Meski depositonya tak terhitung lagi dan kekayaannya super melimpah, tetap saja masih merasa sebagai orang miskin. Duit dan segala bentuk material jadi obsesi nan tak pernah selesai. Rasa syukur tak dimiliki. Keinginan berbagi dengan sesama cenderung dihindari karena takut harta bendanya tergerogoti. Takut miskin berandil besar atas maraknya korup- si di negeri ini.

 

Kekayaan eksistensial

 

Sastrawan dan rohaniman YB Mangunwijaya secara sederhana merumuskan orang kaya sebagai orang yang memiliki banyak kemungkinan atau pilihan meningkatkan diri secara eksistensial. Dalam pandangan sastrawan itu, kekayaan tak selalu berhubungan (identik) dengan hedonisme material/biologis dan hedonisme psikologis. Kekayaan adalah himpunan nilai yang menjadi modal bagi manusia melakukan pembudayaan dan pemberadaban diri. Dalam konteks idealisasi itu, otomatis orang kaya selalu berbudaya dan beradab. Berbudaya karena dengan kekayaannya, seseorang berpeluang besar melakukan berbagai perubahan mental dan spiritual demi meraih kejayaan eksistensial (manusia bermartabat tinggi). Beradab karena dengan nilai-nilai budaya itu, manusia memiliki etika dan etos daya cipta tinggi sehingga berkemuliaan hidup.

 

Terkait kemuliaan hidup, inti problem manusia terbesar tercakup dalam lima hal mendasar: etika, logika, saintika, estetika, dan keterampilan teknis. Etika mengharuskan manusia berorientasi pada kebaikan moral. Logika mewajibkan manusia bisa rasional dan obyektif/adil. Saintika mendorong manusia memiliki kecukupan ilmu dan pengetahuan agar ekspresi dan aktualisasi dirinya selalu kontekstual-fungsional.  Estetika menuntun manusia pada keindahan, kehalusan budi, dan kesantunan perilaku. Adapun keterampilan teknis berhubungan dengan upaya mewujudkan kreativitas. Manusia belajar sepanjang hayat.

 

Manusia yang memiliki rasa cukup secara material layak disebut manusia "selesai" atau manusia yang sukses gemilang mengatasi segala godaan duniawi sehingga mampu lahir jadi manusia baru yang memiliki potensi berupa etika, logika, saintika, estetika, dan keterampilan teknis. Berbasis integritas, komitmen, dan dedikasi, semua potensi itu diaktualisasi dalam kehidupan sosial. Manusia "selesai" adalah manusia yang peduli pada kemuliaan hidup dan menghasilkan karya besar kebudayaan demi memperkuat nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan. Keterpurukan negeri ini secara kebudayaan dan peradaban salah satunya disebabkan sedikitnya kehadiran manusia "selesai" dalam berbagai lini dan bidang kehidupan, terutama penyelenggara negara, politisi, dan pengusaha.

 

Kebanyakan yang ada adalah insan yang masih digelayuti sikap mental "tak merasa cukup" secara serius. Akhirnya peran sosial, politik, dan ekonomi dipahami hanya sebatas wahana perburuan kepentingan dan untung yang berujung pada terpenuhinya obsesi material. Penghayatan perasaan selalu "miskin" (selalu merasa kurang) mendorong mereka bergerak liar, menyeruduk ke segala arah, membobol kantong kekayaan negara: hasil pajak, migas, sampai APBN/D.

 

Kekuasaan adalah godaan paling manis sekaligus jahat. Hanya manusia berkarakter "selalu merasa kurang" yang tergilas jadi korban. Celakanya, rakyat turut jadi korban, padahal tak menikmati apa-apa. Indonesia yang selamat dan sehat butuh surplus manusia "selesai" yang mampu melampaui kepentingan personalnya. Atau, para penyelenggara negara dan politisi yang masih punya rasa malu menumpuk kekayaan, sementara rakyat sesak napas didera kemiskinan dan penderitaan. "Masihkah kalian tega nyolong, padahal sudah sangat kaya? Kurang apa lagi, coba??? Jangan ngongso tho."

 

(Indra Tranggono, Pemerhati Kebudayaan, Kompas, 11 Juni 2015)

 

 

Mau Lancar Menulis? Coba yang Satu Ini...

Oleh: Hendri Bun


Salah satu anjuran yang bisa diberikan kepada teman-teman yang mau memperlancar menulis, menuangkan ide di kepala menjadi tulisan, membangun kebiasaan menulis adalah menulis tanpa berhenti selama 20 menit. maksud anjuran ini adalah kita sengaja menyiapkan waktu sevcara khusus selama 20 menit untuk menulis. apa saja yang ada dikepala dituangkan saja. misalnya pengalaman pagi waktu berangkat kerja, cerita kemarin gak bisa tidur, curhat ynang tidak terungkapkan, dan lain-lain. pokoknya apa yang ada dikepala dikeluarkan saja.

Anuran ini juga mengatakan selama kita menulis selama 20 menit, jangan kuatir akan salah ketik, logika yang berantakan, tidak boleh tergoda menghapus atau menekan back space kalau kita merasa ketikan kita salah. apalgi stop menulis dan membaca ulang apa yang kita tuliskan, kemudian mengeditnya. itu melanggar ajnjuran ini. secara ekstrim kita sering ngomong menulis model ini yang paling efektif adalah menutup layar monitor, dan menulis. apapun yang inign dituliskan, tulislah. kalau misalnya pikiran mandeg, rus gak tahu mau tulis apa, ketik aja. mandeg nih, gak tahu mau tulis apa nih. tulis saja. kaena latihan ini diyakini mampu membuat kita terbiasa menuangkan apa yang ada dipikiran kita menjadi tulisan. Dan kalau dilakukan setiap hari selama paling tidak 40hari, maka akan muncul kebiasaan dan ketagihan dalam diri kita untuk menulis setiap hari.

seperti tulisan yng sedang teman-teman baca. say sedang ncoba mempraktikkan menulis selama 20mmenit tnapa bernhenti. bisa dilihatkan, ejaan yang salah, tulisan yang berantkan, termasuk loigka yang keliru ada di utlisan ini. sudah 5 menit saya mnsulis. dan kira-kira teman-temab bisa membaca dan mengeti gak apa yang indin saya tuliskan? selama menuliskan, saya sangat tergda untuk menekan bck space. tergoda juga untuk membaca atau menatap layar, mengoreksi tulisan yang salah. tetapi saya mau komit mempraktiikan cara ini supaya teman-teman mendapatkan sense dan mau mencoba juga mneulis dngan model ini.

menulis selama 20 menit selain membantu mempermancar kita menulis, juga diyakinin bisa sebagai terapi menulis. ya, menulis itu dilihat sebagai cara lain kita mengungkapkan peransaa. selama ini kita tahu bahwa menuangkan perasana habya bisa dilakukan engan berkata-kata. atau ada juga yang menuangkannya dalam bentuk pelampiansa seperti teriak dal. tetapi menuangkan perasaan dalam bentuk menulis diyakini juga cara ampuh untuk merelase tress. writing therapy, itu istilahnya. banyak manfaat, slain memperlancar menulis, juga nisa relase stress dengan cara murah meriah. daripada kita membayar psikater, atau membuat sesuatu yang berbahaya, enakanam enuangkannya dalam bentuk tulisan bukan? perasaan pong, puas, dan kita sehat secara jsemani.

teknik menulis cepat selama 20 menit tanpa henti ini sering kita pakai untuk memotivasi peserta pelatihan di kelas menuis kami supaya blocking mindset mereka akan menulis terbuka. Dan banyak tstimoni yang sudah kami dapatkan. msebut saja salah satu peserta, yang tiap hari ke kantor kepagian karena menghindari mcet. salam ini dia menghabiskan waktu dengan istirahat, baca-nabaca, dll. setelah mengethaui teknik ini, dia mengambil komtmen untuk tiap pagi menulis selama 20 menit. hasilnya? dari kebiasaan ini ia bisa membuat 2 buku. awalnya tulisan-tulisan yang dia buat tidak beguna. setealh ditulis bsia discae atau dlete begitu saja. tetapi setelah meleati sejumlah hari, 40 hari, kebiasan tesebut terbentuk. setlah itulah kita muai mengasah kmutu menulis kita. mulai rapi, dan mulai berpikir sistematis apa yng akan ktia tulis. menarik bukan?

sudah hampir 10 mnit saya mencoba menulis dengan cara ini. so far saya sudah mencurangi diri sendiri mdengan menekan nackspace selama 4 kali, hahaha. tidak mudah memang, terutama kalau ktai sadar bahwa kita salah keti. tetapi teori mengatakann menulis cpart ini bagus untuk kita membekukan ide kita. ide itu dilihat sebagai seperti angin, yang akan hilang begitu cepat kalau tidak kita angkan menjadi tulisan. dan menulis cepat untuk awalnya hsalnya tidak rapi. tetapi akan ada step lanjutan yaaitu editin. saatitulah kita merapikan apa yng sudah kita tulis menjadi tulisan yng rapi.

bagaimana kalau ada data atau riset yang ingin kita masukkan dan ingin kita inset dalam tulisan? hindari bernhenti menulis lalu mencari data dan menginsertnya. krena degnan melakukannya, kita akan ehilangan fokus dan state menulis. jadi kala uada data yng ingin dimasukkan, tulisan saja ...cari data di ..., seelah selesai baru kita cari dan masukkan. intiny selama latihan menulis 20 menit ini kitajangan berhenti untuk mengetik, ekstrimnya, jari kita tidak terangkat dati papan kenoadr, dan tulis saja.

wuih.. sudah berapa menit ya. ups, sudah 15 menit berarti masih ada waktu 5 menitu nuntk menulis lagi. ok, saat ini saya sedang di urang traiing, sedang break menemani paj Andrias dalam pelatihan leadership untuk tmanteman cputra. sekarnag lunch break, karena juamtan, waktu bia lebih panjang. jadinya saya da waktu untuk menulis seperti ini. seruis? ya. saya menlaukan karena saya ingin memberikan contoh bahwa menulisselama 20 menit itu sangt bisa. kalau saya habismenulsi ini menemukan banyak selaku kesalahan ketik, dan juga kalimat yang belrulang-ulang, nah barusan saya salah bukan, saya sangat mengyadarinya. tetapi saya akan berhenti saat werk yang saya pasnag bernunyoi. 20menit saya akan menulis. apek juga ya. tetapi demi tulisn yang fenomenal ini sayabertekad menulis  menit lagi. kalau kehabisan ide, mau tulis apa lagi?

oh ya, nesok wiken, itu waktu yang ditunggu teman-teman bukan? udah ah, dari pada membahas wiken, lebih bbaik kembali ke fokus tulisan ini. menulsi 20 menit ini pantas untuk dirpaktikkan. manfaatnya ada beberapa, (1) membangun kebiasaan menulis, (2) memperlancar kita menuangkan ide dik epala menjadi tulisan, (3) sebagai writing therapy (4) apa lagi ya. hehehe. gak ketemu. wah, tinggal 1 menit lagi. ok saya selesaikan dulu tulisan ini. saya emnulis di notepad, jadi jangan heran kalau tiap habis kalimat yang ada titik, huruf pertaman tidak menjadi kapital. setelah ini saya akan mengcopy ke word, dan menghitung jumlah katanya. seharusnya sih lebih dari 600 kata, yang artinya kalau lebih saya sudah menulis sepanjang 1 artikel opini harian kompas. Ok deh, weker berbunyi. 

 

 

 

About LEADERSHIP

L E A D E R S H I P

1. Fix the problem, Not the Blame
It is far more productive, and less expensive, to figure out what to do to fix a problem that has come up than it is to waste time trying
to decide who's fault it was.

2. Tell People what you want, not how to do it
You will find people more responsive and less defensive if you can give them guidance not instructions. You will also see more initiative, more innovation, and more of an ownership attitude from them develop over time.

3. Manage the function, not the paperwork
Remember that your job is to manage a specific function within the company, whatever that may be. There is a lot of paperwork that goes with the job, but don't let that distract you from your real responsibility.

4. Don’t DO anything
Your job as a manager is to "plan, organize, control and direct." Don't let yourself waste valuable time by falling back on what you did before you became a manager. We know you enjoy it and you are good at it. That's why you were promoted. Now you need to concentrate your efforts on managing, not on "doing".

5. You never have to make up for a good start
If a project or a job gets off to a bad start it can be difficult to catch up. Do your planning up front so you get a good start and you won't regret it.

6. Get out of your office
Management By Walking Around (MBWA) does work. You make yourself more approachable. You get information first-hand. You find out what's really happening.

7. Lead by Example
If you ask your employees to work overtime, be there too. Just because company policy allows it, don't fly first-class if your associates are in coach on the same plane. Be a leader - it's tougher than being a manager, but it's worth it.

8. Delegate the easy stuff
The things you do well are the things to delegate. Hold on to those that are challenging and difficult. That is how you will grow.

9. Don’t get caught up in looking good
"Work happily together. Don't try to act big. Don't try to get into the good graces of important people, but enjoy the company of ordinary folks. And don't think you know it all. Never pay back evil for evil. Do things in such a way that everyone can see you are honest clear through."

10. Quality is just conformance to requirements
You get the behavior you critique for, so set your standards and then require conformance to them. Quality will come from that effort, not from slogans, posters, or even threats.

11. Learn from the mistakes of others
You can't live long enough to make them all yourself.

12. Set SMART
Goals you set for yourself, or others, should be Specific, Measurable, Achieveable, Realistic, and Time-based.

13. Set an example
"One of the most significant parts of a manger's job is for them to become a positive role model that can pull a team together and
deliver the level of service expected from their customers."

14. Know your GPM
In engineering, gpm is gallons per minute, a design criterion. In Management GPM is an acronym for Goals, Plans, and Metrics. To achieve your goals, you must first determine what your Goals are. Then you have to develop a Plan that gets you to your goal. Finally you need Metrics (measurements) to know if you are moving toward your goal according to your plan.

15. Train your Supervisors
The key to your business success is the productivity of your employees. The key to employee productivity is their perception of their immediate supervisor. Invest in training your supervisors and managers. It will pay off.

16. You can’t listen with your mouth open
Your associates, your employees, your suppliers, your customers all have something of value in what they have to say. Listen to the people around you. You will never learn what it is if you drown them out by talking all the time. Remember, the only thing that can come out of your mouth is something you already know. Shut up and learn.

17. Practice what you preach
To lead, you have to lead by example. Don't expect your people to work unpaid overtime if you leave early every day. Don't book yourself into a four star hotel on business trips and expect your employees to stay in the motel off the freeway.

18. Leaders can create change
If you lead, you will cause changes. Be prepared for them and their impact on people within, and outside, your group. If you are not making changes, you are not leading

19. Don’t limit yourself
The difference between leaders and managers is that leaders do not set limits on themselves. There are enough people trying to limit what you can do. Don't be one of them.

20. Anyone can steer the ship in calm waters
What will set you apart in your career is how you perform during the tough times. Don't become complacent and relax just because things are going well. Plan ahead for the downturn.

21. You have to make a difference
The group you manage has to be more effective, more productive with you there than they would be if you were not. If they are as productive without you, there is no business sense in keeping you on the payroll.
,_.___

Posted by: Mohamad Yunus <mohamadyunus7074@gmail.com>

 

 

8 Exercises untuk work & life balance ala Harry "uncommon"

From: Harry Uncommon


Apapun profesi dan status Anda, berapapun umur Anda, seberapa banyak jabatan Anda, sehebat apapun pencapaian Anda, segagal apapun hidup Anda, inilah 8 exercises untuk work & life balance Anda hari ini dan esok.

1. PLAYING WITH YOUR DAYS. Keseimbangan terjadi bukan pada hari sabtu-minggu atau pada hari gajian atau pada hari mengambil uang pensiun saja. Sambil bekerja bermainlah, sambil bermain bekerjalah, sambil menganggur bermainlah, sambil bekerja ingatlah keluarga Anda. Itu bukan dosa. Jika Anda berhasil menyatukan satu kesatuan itu, Anda akan lebih menikmati hari-hari Anda. Tinggalkan hari-hari yang membosankan di belakang Anda. Mulailah dan isilah hidup Anda dengan langkah, paradigma dan irama baru. Anda layak bergembira setiap hari.

2. GOD FIRST. Jika Anda mau  menempatkan TUHAN diatas segalanya, He is your king, hal-hal lainnya akan diurus olehNya. Namun, jika Anda masih menempatkan UANG diatas segalanya, keseimbangan hidup Anda pasti akan berantakan. Hidup Anda nampak bagai kapal pesiar yang tak terurus, banyak ruangan kosong yang ditumbuhi sarang laba-laba. Mulailah dengan langkah yang benar.

3. LOVING YOUR HOBBY. Tetapkan hati dan cintailah satu hobby, lakukan sebebas-bebasnya, sesenang-senangnya, semerdeka-dekanya dan berjuanglah sampai tak ada satupun orang yang melarangnya. Masuklah dalam komunitas hobby Anda dan berprestasilah didalamnya. Jangan lupa, bermainlah, itulah obat stress Anda, bukan jalan-jalan di mall, shopping dan aktifitas kuliner yang konsumtif.

4. NOT TOO MUCH & TOO MANY. Keseimbangan terjadi di dalam moderasi, bukan the extreme. But, tetap lakukan segala sesuatu dengan cara terbaik dan hasil terbaik. Dietlah teratur, olah ragalah secara disiplin, tidurlah yang nikmat, berkeringatlah dibawah matahari, berjalan-jalanlah ke taman, ke gunung, ke laut, dengarkan musik relaksasi, sayangilah alam semesta, lakukan meditasi, jaga bentuk tubuh Anda, periksalah kesehatan Anda, rekreasikan jiwa Anda, carilah second opinion, bacalah buku bermutu, reviewlah target-target Anda, ampunilah kesalahan saudara/teman Anda, belajar melupakan dendam dan akar pahit, terimalah kelemahan diri, rayakan kemenangan dan syukurilah kegagalan Anda dan hiduplah sederhana. Tata ulanglah kegiatan dan hidup Anda.

5. MAKING FRIENDS. Bersahabatlah dengan satu teman yang enak di hati, yang klik, yang chemistrynya sama. Kunci dari persahabatan adalah pengertian dan panjang sabar Anda. Jangan rusakkan persahabatan Anda dengan egoisme Anda. Saling berkunjunglah dan make time. Sahabat Anda yang kedua adalah hikmat dan pengertian Anda, itulah yang membuat Anda menjadi pribadi yang menyenangkan banyak orang.

6. TALKING WITH YOUR HEART. Curhat yang sehat akan menciptakan jiwa dan emosi yang stabil, lakukan minimal 1x/minggu dengan sahabat/teman/pasangan Anda. Bicaralah dengan perasaan hati Anda, bukan dengan pikiran. Setelah itu, dengarkan curhat mereka dengan empati penuh. Berbicaralah, berteriaklah jika Anda ingin berteriak,  menangislah jika Anda ingin menangis, tertawalah yang lepas jika Anda ingin meluapkan rasa Anda, berdiamlah jika Anda ingin berdiam diri sejenak, tersenyumlah jika Anda ingin tersenyum. Tumpahkanlah, janganlah pendam.

7.   SOCIALIZING. Kehampaan dan kekosongan hidup menghampiri Anda, ketika Anda menjalankan cara hidup bagai mesin, mekanistik dan matematik, semua serba hitung-hitungan dan harus rasional. Anda salah. Anda tak akan pernah merasa lengkap tanpa bersosialisasi. Kunjungilah dan berinteraksilah dengan keluarga dekat, orang tua, teman dan tetangga minimal 1x/bulan, dengarkan ceritera mereka dan berbagilah waktu dengan mereka. Jika waktu Anda ketat, teleponlah orang tua Anda minimal 1x tiap 2 hari. Jika Anda dapat melakukannya setiap hari, itu lebih baik bagi jiwa Anda dan bagi orang tua Anda. Ketahuilah, mereka senantiasa mendoakan keberhasilan Anda.

8. CARING FOR OTHERS. Kontribusilah dan pengorbananlah, yang membuat hidup Anda penuh makna dan arti, bukan kekayaan Anda. Beramalah bagai raja, berpihaklah kepada kaum marginal bagai Robin Hood, lakukan satu langkah kepedulian sosial bagai Zorro atau bagai Munir, masuklah dalam masyarakat atau komunitas tertentu yang Anda suka dan bisa. Mereka membutuhkan hati dan kehadiran Anda. 

Keseimbangan terjadi dalam hal-hal yang kecil di pikiran dan di hati Anda, bukan dalam waktu Anda.
Isilah dan ukirlah waktu dan kegiatan Anda dengan hal-hal baru yang penuh makna. Capailah sasaran baru hidup Anda untuk "higher purpose" dan nikmatilah akibatnya. 

 

Uang Itu Netral, Bung.

"Tak ada yang salah dengan uang. Tak ada yang keliru dengan menginginkan uang dan memilikinya secara berlimpah. Uang itu sejatinya netral. Kuncinya adalah bagaimana mendapatkan dan bagaimana memperlakukan uang."

Suatu hari seorang teman bercerita tentang sebuah keluarga yang berantakan akibat anaknya terjerumus narkoba.  Keluarga itu termasuk keluarga kaya raya dengan penghasilan yang sangat besar. Menurut teman saya ini, seluruh anggota keluarga ini—yang terdiri dari orang tua dan dua anaknya—tidak merasakan kebahagiaan. Sesama anggota keluarga saling curiga dan menyalahkan, sehingga masing-masing anggota keluarga merasa tidak nyaman.

Bahkan sang bapak yang selama ini telah bekerja keras mengumpulkan harta siang malam, kini merasa kalau harta yang ia kumpulkan seolah tak ada gunanya. Harta yang dimilikinya, sebagian besar hanya dibelanjakan untuk membiayai anaknya yang sering kali sakaw. Demikian juga dengan perilaku istrinya yang jarang di rumah dan tak lagi menghormatinya sebagai suami.

Dalam situasi keluarga yang carut-marut seperti itu, sang kepala keluarga akhirnya sampai pada kesimpulan: Harta itu fitnah! Harta bukan segalanya! Karena itu ia menyesal bila selama ini hanya mengejar-ngejar dan mengumpulkan harta benda.

Tak dapat dimungkiri bahwa situasi seperti itu sering kali kita jumpai dalam berbagai kesempatan. Sering kali orang tidak mampu membuat kehidupan yang seimbang (balance) antara mengumpulkan harta dengan kehidupan keluarga, atau dalam mengelola harta sesuai syariah. Dalam kondisi seperti itu, kemudian mereka meng-kambing hitam-kan harta sebagai akar dari segala masalah.

Sejatinya, harta, uang, atau kekayaan itu memang bisa menjadi sumber fitnah bagi manusia. Fitnah terhadap harta bisa terjadi apabila manusia menyibukkan diri demi harta, lupa beribadah serta menahan harta sehingga tak ada hak-haknya di jalan Tuhan. Dalam Al-Qur’an Allah Swt. telah mengingatkan: “Sesungguhnya harta dan anak-anakmu adalah fitnah (cobaan)”. (Q.S Al-At-Taghaabun [64] : 15)

Kalau begitu adanya, akankah kita harus menghindarkan diri dari kekayaan? Tentu saja tidak. Allah sesungguhnya tidak pernah melarang kita untuk kaya atau mengejar kekayaan. Allah hanya memberikan warning agar kita lebih hati-hati, karena Dia tahu kalau sebagian besar manusia selalu ingin memiliki kekayaan dengan carap apapun secara berlimpah. Itulah mengapa kita harus berdoa dan selalu berusaha agar kita bisa mendapatkan dan mengelola kekayaan dengan baik sehingga harta kita tidak menjadi sumber fitnah.

Hidup ini pilihan. Karena itu pilihan untuk memiliki kekayaan yang berlimpah adalah pilihan yang sangat manusiawi dan realistis. Sebab di zaman yang serba materialistis seperti ini, sangat jarang dijumpai orang yang memilih hidup miskin. Selain itu, bukankah Allah tidak hanya menguji manusia dengan kekayaan, tapi juga dengan kemiskinan? Jadi, kalau kekayaan maupun kemiskinan merupakan ujian Allah, mengapa kita harus memilih diuji dengan kemiskinan?

”Adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakanNya dan diberiNya kesenangan, maka dia berkata: ’Tuhanku telah memuliakanku’. Namun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata: ‘Tuhanku menghinakanku’. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampuradukkan (yang halal dan yang bathil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan”. (QS Al - Fajr [89]: 15-20)

Dengan demikian, apakah harta itu jelek atau buruk? Apakah boleh memiliki uang secara berkelimpahan? Lebih baik mana orang yang kaya bersyukur dengan orang miskin yang sabar? Apakah benar uang adalah akar dari kejahatan dan fitnah?

Mari kita berpikir obyektif dengan tidak hanya mencari kejelekan atau bahaya memiliki banyak harta/uang. Sebab, bukankah kemiskinan juga bisa menyebabkan keluarga berantakan? Bukankah kemiskinan juga bisa menyebabkan seseorang jauh dari Tuhan? Berapa banyak pemulung, pengemis di jalanan dan pekerja kasar lainnya yang kurang memerhatikan ibadahnya karena alasan sibuk—sama seperti alasan orang kaya yang tidak taat ibadah?

Kekayaan atau kemiskinan memiliki potensi yang sama dalam masalah ini. Tapi kekayaan bisa memberikan peluang kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. Sebab dengan kekayaan, orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus bekerja keras siang-malam, dibandingkan dengan orang miskin yang harus berjuang hanya untuk makan sehari-hari.

Dalam sebuah acara bertajuk Tafsir Al Misbah di MetoTV awal Ramadhan lalu, Prof. DR. Quraish Shihab menyatakan bahwa orang kaya yang bersyukur itu lebih baik daripada orang miskin yang sabar. Karena untuk menjadi kaya orang harus bekerja keras, dan setelah kaya mereka lebih banyak godaan untuk melupakan Allah. Selain itu, orang kaya bisa berbuat banyak dengan hartanya. Sedang untuk menjadi miskin orang tidak perlu bekerja keras. Orang miskin biasanya lebih mudah ingat Allah karena mereka berharap Allah membantunya untuk mengentaskan dari kemiskinan.

Hakikat uang sebenarnya netral. Uang bisa membawa kebaikan maupun keburukan. Uang atau kekayaan ibarat dua mata pisau yang tajam. Satu sisi memberikan kenikmatan bagi si empunya, tapi di sisi lain bisa menimbulkan kesengsaraan.

Richard Bach dalam buku The Bridge Across Forever mengatakan, “Bila Anda mampu mengendalikan uang berarti Anda juga mampu mengendalikan sebilah pedang yang bermata tajam. Peganglah dengan hati-hati, sambil berpikir untuk apa pedang ini.”

Jadi, apakah uang (kekayaan) itu baik atau buruk? Tidak ada yang salah dengan uang. Tidak ada yang salah dengan menginginkan uang dan tidak pula salah memiliki uang sekalipun berlimpah. Kuncinya adalah bagaimana mendapatkan dan bagaimana memperlakukan uang.

Perilaku itu akan berkaitan dengan mental seseorang. Uang akan membawa kebaikan bila dipegang oleh orang-orang yang bijaksana, bertanggung jawab dan mengerti hakikat uang. Tapi sebaliknya uang akan menimbulkan dampak negatif bila tidak dikelola dengan baik. Inilah rahasia pertama tentang uang. Wallahualam.

 

Safak Muhammad, Pakar Keberkahan Finansial

 

 

The Trilogy of Bawah Sadar (1)

Pikiran Bawah Sadar dan Alam Bawah Sadar

 

Apakah anda "sadar" ketika:

 

1. Menulis sebuah update status?

2. Mengendarai mobil atau motor?

3. Bermain badminton? 

 

Kita sering merancukan "bawah sadar" dengan "tidak sadar". Apa yang dimaksud dengan "pikiran bawah sadar" dan "alam bawah sadar", adalah bukan terminologi moral melainkan terminologi teknis, yang diciptakan untuk kepentingan pemodelan atau pendekatan tentang pikiran manusia.

 

"Sadar" atau "tidak sadar" dalam konteks pemodelan pikiran manusia, berhubungan dengan sensory awareness dan bukan morality awareness atau spirituality awareness. Dalam hal itu, apa yang disebut dengan "tidak sadar" sering disebut dengan "bawah sadar" dan jika disebut "tidak sadar" maka itu tidak berarti pingsan.

 

Awareness berbeda dari consciousness tapi dalam bahasa Indonesia keduanya sama-sama disebut dengan "kesadaran". Awareness adalah kesadaran moralitas dan consciousness adalah kesadaran inderawi.

 

Bedakan dua ungkapan ini:

 

"Ia tidak menyadari, bahwa punggungnya hanya berjarak sepuluh sentimenter saja dari sudut tajam itu." 

 

"Ia tidak menyadari, bahwa perilakunya sangat merugikan orang banyak."

 

Pembedaan kedua macam kesadaran ini dapat membantu kita memahami perkara "pikiran sadar dan bawah sadar" dan "alam sadar dan bawah sadar".

 

Kembali ke tiga pertanyaan di atas,

 

1. Ketika anda menulis sebuah update status, anda dalam kondisi tidak sadar.

 

Dari ujung bahu, alias pangkal lengan anda, sampai ke ujung jari, memiliki tidak kurang dari 152 otot yang membungkus tulang, yang kemudian menjadi lengan, tangan, dan jari. Kesadaran anda hanya berkata, "saya ingin menulis status ini, lakukanlah." Maka semua komponen itu bergerak sedemikian rupa mengikuti keinginan pikiran sadar anda.

 

Pikiran sadar anda tidak berfokus dengan cara seperti ini,

 

"Baiklah, otot nomor 1 silahkan bergerak. Lalu otot nomor 3 sampai 12 silahkan melakukan tugas. Otot nomor 2, bekerjasamalah dengan otot 37 sampai 88 lakukanlah tugasmu. Sisanya, silahkan mengikuti sampai ujung jari bergerak."

 

Anda tidak melakukannya demikian, anda hanya berpikir dan melakukannya!

 

2. Ketika anda mengendarai motor atau mobil, anda juga melakukannya dengan tidak sadar.

 

"Baiklah, di depan ada pertigaan. Saya ingin ke kiri. Jaraknya masih enam meter dan duapuluh tujuh senti. Lima detik lagi, saya akan menekan handle supaya lampu tanda berbelok menyala. Pada saat yang sama, rem saya tekan kurang lebih empatpuluh persen. Sedetik kemudian saya harus menekan kopling dan langsung diikuti dengan menggeser persneling ke gigi dua. Baiklah, sekarang saatnya memutar stang stir sebesar 60 derajat."

 

Anda tidak melakukannya demikian. Kesadaran anda hanya memerintah dan anda hanya melakukannya saja!

 

3. Ketika anda bermain badminton, anda juga melakukannya dengan tidak sadar.

 

Anda hanya melakukannya dan kesadaran anda hanya berkata, "Lawan saya melakukan smash dan saya harus menangkis." Anda tidak melakukannya begini,

 

"Smashnya menukik nyaris empat puluh lima derajat mengarah ke sudut kanan sisi lapangan saya dengan kecepatan delapan puluh kilo meter per jam. Saya harus bergeser setengah langkah dan meregangkan kedua kaki, menarik bahu agak ke belakang dan sesegera mungkin mengangkat permukaan raket menghadapi cock yang datang."

 

Keburu nyungsep Bro!

Anda hanya melakukannya saja!

 

"Sadar" dan "tidak sadar" adalah fenomena fokus dari pikiran pada suatu saat.

 

Ketika mengetik, ketika mengendarai kendaraan dan ketika bermain badminton, pikiran sadar kita hanya berfokus pada makna-makna besar (chunk up) dari apa yang kita maksud dan kita inginkan agar otot-otot di tubuh kita bekerja dengan kecerdasannya sendiri. Bukankah, hakikat "cerdas" adalah kemampuan untuk menghasilkan "banyak" dengan hanya "sedikit"?

 

"Mind" adalah keseluruhan pikiran dan "thought" adalah pikiran sadar. Selebihnya, dengan porsi yang lebih besar, disebut "sub-conscious mind".

 

Maka, orang pun membuat modelnya.

 

Seperti gunung es, di mana bagian yang menyembul di atas permukaan air adalah pikiran sadar dan bagian yang di bawah permukaan air adalah pikiran bawah sadar atau alam bawah sadar. Atau,

 

Seperti fokus dalam fotografi di mana bagian yang jelas dalam sebuah foto adalah pikiran sadar dan bagian background atau yang tidak fokus adalah pikiran bawah sadar atau alam bawah sadar. Atau,

 

Seperti seseorang memasuki sebuah ruang perpustakaan yang begitu gelap dan membawa senter, di mana bagian yang terang tersorot oleh senter adalah pikiran sadar dan selebihnya yang gelap tidak tersorot senter itu adalah pikiran bawah sadar atau alam bawah sadar.

 

Sadarkah anda, betapa berbahayanya, jika pada detik ini, pikiran anda dipaksa menampung informasi dari mata anda yang begitu awas dan menyadari keberadaan segala sesuatu yang anda lihat sampai sedetil-detilnya, sehingga anda bisa menyebutkan apapun yang tertangkap oleh retina mata anda. Bayangkan jika anda melihat ke arah jalan raya dan pikiran sadar anda bisa menyerap seluruh nomor plat dari semua kendaraan yang lalu lalang? Padahal, anda ingin melihat hanya yang memang ingin anda lihat. Mata anda merekam semuanya, tapi pikiran sadar anda hanya mengolah yang anda perlukan.

 

Apa jadinya, jika telinga anda menyampaikan informasi pendengaran dari seluruh suara yang terdengar saat ini, dari yang dekat sampai yang jauh, dengan intensitas yang sama? Anda bisa gila karena riuh rendahnya segala suara di dunia ini!

 

Di sinilah kebesaran Tuhan. Panca indera kita merekam informasi jauh... jauh... jauh lebih banyak dari apa yang bisa diolah oleh pikiran sadar kita. Dan nanti, kita semua harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan, sampai sedetil-detilnya. Kita saja, yang tidak menyadarinya hari ini.

 

Dalam suatu sesi hypnosis, klien berfokus pada telinga di latar depan dan mengembangkan sendiri segala pemaknaan dengan empat indera lainnya di latar belakang. Dengan telinganya ia sangat sadar dan dengan indera selebihnya ia tidak sadar akan dunia luar. Sang telinga berfokus pada "dunia luar" alias sadar dan indera selebihnya berfokus pada "dunia dalam" sehingga tidak menyadari dunia luar.

 

Sederhana sekali bukan?

 

Ikhwan Sopa

 

 

The Trilogy of Bawah Sadar (2)

Bagaimana Pikiran Bawah Sadar Membajak Hidup Kita

 

Tulisan ini membedakan "pikiran bawah sadar" dari "ketidaksadaran". Tulisan ini menunjukkan bagaimana hubungan antara "sensory un-awareness" dan "morality awareness" atau "spirituality awareness". Dalam bahasa yang mudah, tulisan ini menunjukkan hubungan antara sikap dan perilaku dari panca indera dan tubuh fisik dengan akhlak.

 

Kita memiliki pikiran bawah sadar tapi kita bukan ketidaksadaran. Dalam kenyataannya kitalah kesadaran itu. Kitalah yang menguasai kondisi sadar dan kondisi tidak sadar. Sebagai khalifah, kitalah yang berwenang sepenuhnya untuk keadaan sadar atau tidak sadarnya kita dan sebagai abdullah kita akan mempertanggungjawabkannya kelak di hadapan Tuhan.

 

Dalam koridor sebagai hamba Tuhan yang telah diberi kekuatan dan kewenangan di atas bumi ini, kitalah yang paling bertanggungjawab tentang hidup kita sendiri. Dengan kata lain, segala kenyataan kehidupan yang kita alami hari ini, adalah hasil kreasi kita sendiri dengan seizin Tuhan.

 

Jika hari ini kita hidup di dalam kemarahan, maka situasi itu adalah hasil kreasi kita sendiri yang selama ini terus membangun rasa amarah. Jika kita hari ini hidup di dalam keluhan, maka kita sendiri jugalah yang telah menanamkan bibitnya selama ini. Jika kita hari ini hidup di dalam kekecewaan, maka kita sendiri jugalah yang telah menyemai bibit-bibit kekecewaan di masa lalu. Jika hari ini kita masih belum memaafkan seseorang, maka kita sendirilah yang sebelumnya telah memutuskan untuk tidak mau memaafkan dengan menanamkan niat itu hari demi hari.

 

Di manakah kita menanam dan menyemai semua bibit yang tidak memberdayakan itu hingga hari ini kita menuainya sebagai hasil yang memburukkan kehidupan kita?

 

Kita melakukannya di sebuah taman yang disebut dengan pikiran bawah sadar. Di pintu masuk taman itu, ada penjaga yang menentukan apa-apa yang boleh disemai dan ditanam ke dalam taman. Penjaga itu adalah kesadaran. Bukan tidak mungkin, sang penjaga ini suatu saat kelelahan, terlena, atau bahkan tergoda melarikan diri dari tanggungjawabnya untuk menjaga kebersihan, keindahan, dan kesehatan taman. Orang bijak berkata, pikiran bawah sadar ibarat taman bunga. Tugas kesadaran adalah menjaga agar taman itu selalu indah, teratur, bersih, dan sehat agar siapapun yang berkunjung dan ada di dalamnya bisa merasakan kebahagiaan dan ketenteraman.

 

Seperti juga harddisk komputer, pikiran bawah sadar kita adalah koleksi dari segala macam informasi, konsep, dan perintah yang disimpan untuk suatu saat kita pergunakan saat diperlukan. Segala informasi, konsep, dan perintah itu tidak mengenal baik atau buruk dan mereka juga tidak mengenal salah atau benar. Pihak yang mengerti tentang baik atau buruk dan salah atau benar, adalah sang pemilik komputer. Pemilik komputerlah yang menentukan apakah ia hendak menyimpan program virus atau program yang memberdayakan di dalam harddisk komputernya. Pemilik komputer, yaitu kesadaran, jika lengah, sangat mungkin akan meloloskan program virus untuk disimpan ke dalam harddisk komputernya.

 

Harddisk komputer tak pernah mati selama komputer itu sendiri tak sedang mati. Harddisk komputer selalu tersambung ke sumber tenaga, yang selalu dalam keadaan siap untuk mengumpankan informasi, konsep, atau perintah setiap saat ia dipanggil oleh sang pemilik komputer. Ketika mereka muncul atas panggilan sang pemilik komputer, mereka berperilaku sesuai keadaan mereka saat mereka disimpan sebelumnya. Jika mereka disimpan sebagai virus maka mereka akan muncul sebagai virus, yang bahkan mungkin telah beranak pinak karena taman mereka telah disuburkan oleh sang pemilik komputer menjadi taman virus.

 

Dalam sebuah taman virus, karena semua virus itu tak pernah mati dan selalu terhubung dengan sumber kehidupan, maka apapun yang terlanjur tertanam di dalam pikiran bawah sadar kita, selalu dalam keadaan siap siaga dan berada di belakang kesadaran kita, untuk sewaktu-waktu melaksanakan tugasnya “memudahkan” kehidupan kita. Jika kesadaran kita memanggilnya, ia akan muncul dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi. Kesadaranlah yang menentukan apa yang kita pilih untuk kita panggil dan kita aktivasi di setiap saat ketika kita berhadapan dengan berbagai situasi di dalam kehidupan. Dari sebuah taman virus, apapun yang dipilih oleh kesadaran tidak akan jauh dari "mudah marah", "mudah tersinggung", "mudah kecewa", "mudah sakit hati", "mudah putus asa", "mudah menyalahkan" dan sebagainya. 

 

Bagaimana kita bisa menanamkan semua "kemudahan" itu ke dalam pikiran bawah sadar kita?

 

Kita melakukannya dengan pembiasaan. Dalam hal ini, kita melakukannya dengan membiasakan cara berpikir tertentu dan cara berperasaan tertentu yang di kemudian hari justru mensabotase kebahagiaan hidup kita.

 

Bagaimana caranya kita membenahi taman pikiran bawah sadar kita yang sudah terlanjur kotor, semrawut, dan tidak memberdayakan?

 

Sekali lagi, kita melakukannya dengan kesadaran. Kita melakukannya dengan mendidik ulang pikiran bawah sadar kita, dengan sesegera mungkin membuang tanaman, semak, dan perdu yang penuh duri dan menyakitkan. Setiap kali kita berhadapan dengan situasi atau keadaan di dalam kehidupan, kita perlu menyadari tiga hal sebagai refleksi untuk mengidentifikasi bagaimana pikiran bawah sadar sedang melayani kita. Tiga hal itu adalah:

 

1. Apa yang sedang kita yakini dalam hati.

2. Apa yang sedang kita katakan lewat mulut dan dalam pikiran.

3. Apa yang sedang kita kerjakan dengan tubuh fisik kita.

 

Ketika kita menemukan kenyataan bahwa satu, dua, atau ketiganya tidak sedang melayani kehidupan kita dalam cara yang membahagiakan, maka tugas kesadaran kita adalah segera membatalkannya dan lalu menggantinya dengan informasi, konsep, dan perintah yang kita yakini lebih baik dan lebih membahagiakan kehidupan.

 

Ketika kita melakukannya, ada pihak-pihak yang dipastikan tidak rela kita melakukan reformasi itu. Pihak-pihak itu adalah hawa nafsu dan ego kita sendiri yang menjadi investor taman virus kita. Maka, salah satu tugas penting dari kesadaran kita adalah mempertegas kepemimpinannya dengan mengakui bahwa mereka ada tapi berada di bawah kekuasaan kita. Semua ini, tidak bisa terjadi dengan sendirinya melainkan menuntut konsistensi dari ketegasan pilihan dan niat yang kuat dari kesadaran kita. Kita harus belajar dan latihan setiap saat dan setiap hari. Kita harus melakukan pembiasaan yang lebih baik dengan cara istiqomah.

 

Doa, sangat membantu upaya kita. Sebab doa, dibackup oleh keyakinan terkuat yang ada dalam kesadaran kita, yaitu keyakinan akan Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Cara yang paling mudah untuk menerapkan upaya ini, adalah tidak menunda dengan segera berdoa dan menetapkan niat untuk mengalami bahagia manakala kesadaran kita sedang berada di puncak kekuatannya, yaitu ketika kita mampu memilih. Dan jika kita mau merenungkan, kita sebenarnya selalu dalam keadaan mampu memilih terkait tiga hal di atas.

 

Bagaimana caranya kita menanam informasi, konsep, dan perintah yang lebih baik di masa depan?

 

Sekali lagi, kita juga melakukannya dengan pembiasaan kesadaran dan tidak bisa tidak kita harus melakukannya sekarang dan di sini. Sekarang adalah waktu terbaik kita, sebab di dalam sekarang dan di sinilah kecerdasan kita mencapai salah satu kondisi terbaiknya, yaitu ketika kesadaran kita terlibat penuh dengan dunia fisik. Hanya sekarang dan di sinilah kita terlibat penuh dengan panca indera dan dengan tubuh fisik kita. Dengan keterlibatan penuh itu, kesadaran kita mencapai puncak kecerdasannya dalam mengelola fisik dan mental.

 

Panca indera dan tubuh fisik kita, dianugerahkan Tuhan kepada kita agar kita mengalami kehidupan. Dengan pengalaman itu, kita mampu memaknai kehidupan termasuk di dalamnya memaknai kebahagiaan di dunia ini sekalipun itu sementara sifatnya. Kita perlu mengalami ketidakabadian kebahagiaan di dunia agar kita mengerti kebahagiaan yang abadi nanti.

 

Sayangnya, pikiran dan perasaan kita sebagai wakil-wakil dari kesadaran kita, seringkali bergerak lebih cepat dari kesadaran kita sendiri hingga mereka bergeser menjadi pengendali hidup kita. Mereka berdua, sering berlaku nakal dengan bergerak keluar dari “sekarang” dan keluar dari “sini”. Mereka bergerak ke masa lalu dan mengaktifkan kembali apa yang telah terlanjur kita tanam dalam pikiran bawah sadar kita, atau mereka bergerak ke masa depan yang sebenarnya mutlak wilayah Tuhan.

 

Dengan semua itu kita menjadi manusia yang kurang sadar karena tak mampu mengendalikan pikiran dan perasaan, yang dengan demikian kita telah merusak keindahan dan kebahagiaan kita saat ini dan di sini.

 

Kita menyesali masa lalu. Kita meluapkan amarah yang telah tertanam dan telah kita latih di hari kemarin. Kita mempertahankan rasa kecewa karena tak terpuaskan di masa lalu. Kita mengeluhkan keadaan karena apa yang kita lakukan di masa lalu belum menuai hasil sebagaimana yang kita harapkan. Kita bertahan untuk tidak juga memaafkan orang lain padahal kejadian yang memicunya mungkin sudah lama berlalu. Kita terjebak di masa lalu.

 

Kita mengkhawatirkan masa depan. Kita menciptakan rasa takut akan gelap dan suramnya masa depan, dengan pikiran dan perasaan yang memproyeksikan segala keadaan buruk melebihi kenyataan yang mungkin terjadi. Kita memproyeksikan rasa takut dan khawatir, tapi kita merasakannya seolah sudah benar-benar terjadi di sini dan sekarang. Kecerdasan pikiran dan perasaan kita, telah kita salah gunakan dalam meramalkan masa depan. Segala perhitungan akal kita gunakan untuk menciptakan rasa takut dan khawatir kita sendiri. Kita terjebak di masa depan, dan melupakan pemilik mutlak dari masa depan, yaitu Tuhan yang justru kita yakini Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

 

Apapun yang terbaik, hanya bisa kita lakukan sekarang dan di sini. Bahkan, perencanaan dan goal setting pun kita lakukan sekarang dan di sini. Ketika kita melakukannya, kita justru melupakan perencanaan dan goal setting yang terpenting yang perlu kita lakukan, yaitu merencanakan dan menetapkan sasaran bahwa kesadaran kitalah yang senantiasa menjadi raja bagi pikiran dan perasaan kita.

 

Inilah yang perlu kita lakukan dalam rangka planning dan goal setting untuk kesadaran kita. Kesadaran kita saat ini dan di sini perlu mewaspadai:

 

1. Apakah hati kita sedang meyakini yang terbaik di sini dan sekarang?

2. Apakah perkataan kita adalah yang terbaik kita katakan di sini dan sekarang?

3. Apakah yang kita lakukan adalah yang terbaik kita lakukan di sini dan sekarang?

 

Cara termudah untuk menerapkan semua itu, adalah dengan “melambatkan” kehidupan kita sendiri. Kita, perlu memperlambat laju pikiran dan perasaan kita agar keduanya tak terlalu jauh ke masa lalu dan terlalu jauh ke masa depan. Dunia fisik yang dipersepsi oleh panca indera kita, adalah karunia besar dari Tuhan yang dianugerahkan-Nya agar kita mengalami kenyataan kehidupan di dalam kesadaran yang mengendalikan pikiran dan perasaan. Dengan semua itu, kita mengkreasi kenyataan hidup kita.

 

Kita, adalah pribadi-pribadi pembangun kenyataan hidup kita sendiri. Kita adalah pemilik, penanam, dan penjaga taman kehidupan.

 

"Akhlak: Kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk bersikap dan berperilaku tertentu tanpa berpikir dan merenung." (Al-Ghazali)

 

Ikhwan Sopa

 

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger