Inilah Rahasia Dibalik Lagu-Lagu Michael Jackson!

From: mayasari yuliani

 

Michael Jackson or Jacko ternyata memang tidak sembarangan dalam membuat setiap lagu-lagunya. Dalam setiap lagunya kalau dicermati ternyata ada pelajaran hidup yang bisa kita petik. Mari kita kuak "rahasia"-nya satu-persatu!

 

1. Tidak masalah apakah anda berkulit hitam atau putih (Black or White)

Setiap hari di dunia, orang-orang berperang memperebutkan sesuatu. Permasalahan ras, suku, agama ataupun budaya, membuat kita terpecah. Sudah tidak terhitung berapa korban manusia akibat peperangan baik langsung maupun tidak langsung. Seharusnya, tidak peduli apakah kita hitam atau putih, kita bersatu dan mencintai satu sama lain sebagai manusia. Manusia dilahirkan berbeda satu sama lain bukan untuk terkotak-kotak, namun untuk saling menghargai. 

2. Mulailah dengan orang di depan kaca (The Man in The Mirror) 

Pernahkan anda berpikiran untuk merubah orang lain? Atau malah berpikiran hidup anda akan jauh lebih baik jika lingkungan sekitar anda berubah sesuai dengan yang anda bayangkan. 
Dunia kita tidaklah sempurna, namun jika anda ingin merubahnya, anda harus memulainya dengan diri anda sendiri. Lihatlah di depan kaca dan mintalah pada orang yang ada di depan kaca tersebut untuk berubah. Hanya itulah satu-satunya jalan. Jika kita ingin membuat dunia ini menjadi lebih baik, lihatlah pada diri kita sendiri dan buatlah suatu perubahan.

3. Sembuhkanlah dunia (Heal The World) 

Seperti dikutip dalam lagunya : “There are children crying and people dying and our world is suffering.” Ketika saat itu orang-orang belum waspada terhadap issue pemanasan global, Michael lah yang pertama kali menyerukan issue pemanasan global ini. Sekarang tergantung kita semua untuk memperbaiki dunia ini dari pemanasan global, kemiskinan, wabah penyakit, pendidikan dan masalah-masalah lain yang mengganggu kita. Hanya kepedulian kita lah yang akan membuat dunia ini menjadi lebih baik untuk anak cucu kita kelak dan umat manusia secara keseluruhan. 

4. Anda tidak sendiri (You Are Not Alone) 

Pengalaman-pengalaman dan penderitaan-penderitaan yang anda alami tidak jauh berbeda dengan orang-orang lainnya. Akan selalu ada pertolongan, dukungan dan cinta pada anda, meskipun anda saat ini tidak memiliki siapa-siapa. 
Jika anda membaca artikel ini sekarang, berarti anda sedang mendapatkan dukungan dan dorongan.

5. Jangan berhenti sampai anda merasa cukup (Don’t Stop Til You Get Enough) 

Michael meraih suatu pencapaian yang luar biasa dalam hidupnya. Prestasi-prestasinya seperti perjalanan yang tiada akhir. Namun kunci kesuksesannya adalah ia tidak berhenti. Dia bekerja sangat keras. Satu hal yang kita pelajari dari Michael : jika anda menginginkan sesuatu – anda dapat memilikinya selama anda berkeinginan kuat dan bekerja keras untuk mencapainya. Jadi teruskan usaha anda dan jangan pernah berhenti! 
6. Kita adalah dunia (We Are The World)

Sesering mungkin kita berpikir bahwa kita adalah dunia, maka kita tidak akan merasa kesepian.
Satu-satunya cara kita mencapai kesejahteraan adalah jika kita bekerja bersama-sama. Satu orang menderita maka kita semua menderita, satu orang berduka maka kita semua berduka. Kita semua terhubung satu sama lain sebagai umat manusia, sehingga jika ada satu orang terluka, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk menolongnya. Seperti dikutip dalam lagunya : ”We are the world, we are the children and we are the ones who make a brighter day, so let’s start giving.”

 

Semoga bermanfaat ... 

 

 

sumber: kaskus.us

 

Kisah 5 Orang 'Bodoh' yang Paling Sukses di Dunia

From: Hendry Risjawan

Orang sukses yang saya maksudkan di sini bukan mereka-mereka yang baru dapat seragam perusahaan lantas sudah menulis “dompet saya tebal” di status facebook mereka. Orang-orang sukses ini adalah mereka yang lebih banyak bertindak daripada berbicara dan lebih banyak berusaha daripada mengumbar..

Kesuksesaan orang-orang ini bukan dalam bentuk kebanggaan status sosial atau kebanggaan sebuah seragam, dan karena itu awal karir mereka dipenuhi orang-orang yang meledek mereka ‘bodoh’.  Tapi orang-orang ini dengan sukses mengalahkan semua rintangan yang menghalangi mereka dari keberhasilan,  dan tentunya keberhasilan mereka ini diikuti dengan nominal penghasilan yang gila-gilaan! Yang oleh kebanyakan orang hanya bisa didapatkan lewat mimpi.

 

1) Bill Gates

William Henry Gates III alias Bill Gates adalah orang terkaya dunia selama 13 tahun berturut-turut sejak 1995 sampai 2007. Dia adalah ketua umum perusahaan perangkat lunak Amerika Serikat, Microsoft Corp. Pada dasarnya, si Bill Gates ini memang anak yang cerdas. Gates belajar di Lakeside School, sekolah elit yang paling unggul di Seattle, dan meneruskan berkuliah di Universitas Harvard.

Lalu kenapa orang meledek dia bodoh? Karena Bill Gates gagal menyelesaikan kuliahnya di Harvard dan harus di DO alias Drop-Out. Saya ulangi.. di DROP-OUT! Tidak usah jauh-jauh lah, bayangkan saja apa kata orang tua dan orang-orang di sekitar anda bila anda harus kena DO dari kampus. Pasti banyak bunyi sumbang seperti: ‘Ah dasar memang dianya malas’, ‘Ah dasar memang dia bodoh’, ‘Ah, dasar memang dia ndak bakat jadi orang sukses’ dan lain-lain. Itu karena kebanyakan orang berkuliah bukan untuk mendapat ilmu, tapi untuk dapat titel. Bill Gates, harus mengorbankan kuliah dan kesempatannya mendapat titel untuk fokus kepada penulisan Microsoft BASIC, bahasa komputer terjemahan yang utama untuk sistem operasi komputer MS-DOS, yang akhirnya menjadi kunci pada kesuksesan Microsoft. Sekarang, jumlah kekayaan Bill Gates diperkirakan sebesar 18 trilliun dollar, yang belum juga bisa dibandingkan dengan pendapatan 20 orang pejabat korup terhormat dengan titel-titelnya yang sepanjang 10 senti.. Makan tuh titel.

 

2) Adam Khoo

 Si Adam Khoo ini adalah seorang berkebangsaan Singapura. Beda dengan Bill Gates, si Adam Khoo ini memang terkenal ‘batu’, terutama dalam hal akademis. Saking gebleknya, dia sudah dikeluarkan dari sekolah di kelas 4 SD.  Sesusah apa sih pelajaran di kelas 4 SD sampai harus  dikeluarkan?  Jadinya dia masuk ke SD terburuk di Singapura untuk terus melanjutkan sekolah. Saat pendaftaran masuk SMP, dia ditolak oleh enam SMP terbaik di sana. Akhirnya, lagi-lagi dia harus masuk ke SMP terburuk di Singapura untuk melanjutkan sekolah. Dengan prestasi akademis yang kerdil ini, wajar saja dia menjadi bahan tertawaan teman-teman sejawatnya waktu itu.

Tapi kekurangaanya di dunia akademis tidak membuntukan ketajamannya di bidang bisnis. Adam Khoo memulai bisnisnya sejak umur 15 tahun. Kini dia bergerak di bidang bisnis training dan seminar. Bahkan di saat usianya baru 22 tahun, Adam Khoo sudah menjadi trainer tingkat nasional di Singapura dengan bayaran $10.000 perjam! Bayangkan saja, di umur 22 tahun saat semua orang masih disibukkan dengan ngeband, kuliah, dan mendaftarkan diri di bank-bank swasta, Adam Khoo yang dibilang bodoh sudah menghasilkan 100 juta rupiah perjam! Kini di usia 26 tahun, dia telah memiliki empat bisnis dengan total nilai omset US$ 20 juta per tahun. Lalu bagaimana dengan teman-teman sejawatnya yang dulu meledek nilai akademis Adam? Menelan ludah! Makan tuh nilai akademis.

 

 

3) Mark Zuckerberg

 Nama panjang orang ini memang bisa membuat lidah keseleo, jadi anda pasti setuju kalau saya cukup memanggilnya Mark saja. Nah, siapa si Mark ini? Anda pasti sudah akrab kan dengan situs jejaring sosial bernama Facebook tempat dimana anda berhubungan dengan kolega, atau tempat anda berusaha mencari jodoh, atau sekedar untuk memajang foto anda dengan narsisnya. Nah, Facebook adalah mesin pencetak uang bagi si Mark. Mark adalah pembuat situs Facebook dan sekarang masih menjabat sebagai CEO jejaring sosial tersebut. Mungkin anda pernah bertanya: “Kok Facebook didominasi warna biru mulu ya?” Itu karena si Mark ini ternyata buta warna hijau dan merah, dan warna terbaik yang bisa dia lihat hanya warna biru.

Lalu kenapa dia pernah dibilang bodoh? Karena si Mark nekat mengikuti jejak seniornya Bill Gates, yaitu di DO alias Drop-Out dari Harvard University. Tapi di DOnya dia bukan karena keasyikan dengan organisasi kampus atau sibuk ‘boya’ cewek-cewek junior, tapi sibuk mengembangkan situs jejaring sosial ini. Di saat teman-teman kampusnya masih sibuk dengan pertanyaan ‘Saya diterima kerja apa tidak ya?’, si Mark sudah menjadi milyarder termuda dalam sejarah, dan itu karena usahanya sendiri dan bukan karena warisan nenek moyang.

 

4) Thomas Alfa Edison

 Kisah hidup Thomas Alfa Edison memang sangat mengharukan. Waktu kecil saya pernah meminjam buku otobiografi Thomas di sebuah perpustakaan umum, dan buku itu selalu berhasil membuat saya menangis. Karena selain kisahnya yang memang mengharukan, bukunya juga terlalu tebal hingga saya terkadang menangis karena kelelahan membaca..bleh.  Siapa yang menyangka kalau sang penemu lampu adalah seorang yang agak tuli dan hanya mengenyam pendidikan formal selama 3 bulan? Ketika berumur 4 tahun, Thomas Alfa Edison pulang ke rumah dengan membawa secarik kertas dari gurunya. Ibunya kemudian membaca kertas tersebut: “Tommy, anak Ibu, sangat bodoh. Kami minta Ibu mengeluarkannya dari sekolah,”

Tapi apa yang terjadi? Dengan bimbingan Ibunya, Thomas Alfa Edison dengan leluasa dapat membaca buku-buku ilmiah dewasa dan mulai mengadakan berbagai percobaan ilmiah sendiri. Di usianya yang relatif muda, Thomas sudah berhasil mengukuhkan temuan-temuannya. Hingga akhir hayatnya, Thomas tercatat memegang rekor 1.093 temuan paten atas namanya. Penghasilannya dari temuan-temuan tersebut pun lebih dari cukup untuk mendirikan perusahanya sendiri. Pada tahun 1928 dia menerima penghargaan berupa sebuah medali khusus dari Kongres Amerika Serikat atas semua temuan-temuan yang telah dia patenkan. Lalu nasib si guru yang dulu mengatai Thomas bodoh lewat suratnya? Boro-boro dapat penghargaan, namanya pun tidak pernah terdengar..

 

5) Abraham Lincoln

 Abraham Lincoln juga adalah salah satu contoh orang yang sukses dalam meladeni kegagalannya. Bayangkan saja, beliau mengalami kegagalan demi kegagalan dalam hidupnya selama 20 tahun!

Gagal dalam bisnis pada tahun 1831.
Dikalahkan di Badan Legislatif pada tahun 1832.
Gagal sekali lagi dalam bisnis pada tahun1833.
Mengalami patah semangat pada tahun 1836.
Gagal memenangkan kontes pembicara pada tahun 1838.
Gagal menduduki dewan pemilih pada tahun 1840.
Gagal dipilih menjadi anggota Kongres pada tahun 1843.
Gagal menjadi anggota Kongres pada tahun 1848.
Gagal menjadi anggota senat pada tahun 1855.
Gagal Menjadi Presiden Pada Tahun 1856.
Gagal Menjadi anggota Dewan Senat pada tahun 1858.

Kira-kira apa yang akan terjadi pada anda bila mengalami kegagalan demi kegagalan terus menerus selama puluhan tahun? Saya pribadi cuma punya 2 jawaban: Menyerah, atau gila. Wajar saja banyak yang menganggap dia bodoh  jika terus memaksakan dirinya berada di dunia politik. Tapi kegagalan Abraham Lincoln dalam dunia politik tidak lantas membuat dia menyerah dan membuka counter pulsa kecil (karena memang handphone saja belum ada), dia terus maju walaupun pada tahun 1836 pernah terpuruk karena kegagalan-kegagalannya. Abraham Lincoln berhasil menjadi presiden Amerika ke -16 pada tahun 1980 dan juga sebagai salah satu Presiden tersukses dalam memimpin bangsanya, menghentikan perang saudara Amerika, dan menghapuskan perbudakan.

Lalu apa yang bisa kita pelajari dari para ahli sukses di atas? Keberhasilan hanya bisa diraih dengan bertahan dari kegagalan. Dalam proses pencapaian kesuksesan, akan banyak rintangan dari luar, termasuk caci maki dari orang-orang anti-sukses disekitar anda. Tetaplah berani untuk menempuh jalan yang berbeda dari kebanyakan orang, dan tetap percaya pada potensi dan impian anda.. Maka sukses hanya soal waktu.

 

 

New on Indonesia NLP Society: Everyday I Love You...

Posted in http://indonesianlpsociety.org

Discussed in idnlpsociety-subscribe@yahoogroups.com

 

Judul di atas mungkin mengingatkan Anda pada sebuah lagu. Lagu yang cukup populer beberapa tahun lalu, plus merupakan sedikit lagu yang saya sukai yang dinyanyikan oleh kalangan boyband. Maka sembari Anda mengingat bagaimana lagu tersebut dinyanyikan, plus merasakan suatu sensasi tertentu dalam tubuh dan pikiran Anda, saya akan menceritakan mengapa saya memilih tema cinta untuk artikel saya kali ini.

Ya, cinta adalah sesuatu yang unik untuk dibicarakan. Bukan saja ia adalah tema yang begitu marak dibahas dalam keseharian, ia adalah sebuah ranah yang seringkali dipahami secara parsial.

Saya teringat ajaran bijak dari Almarhum Buya Hamka, sang ulama fenomenal penulis Tafsir Al Azhar. Bahwa cinta memberimu energi, alih-alih melemahkanmu.

Walah, la saya jadi bingung ini. Yang saya tahu, kalau dulu saya atau teman-teman saya lagi jatuh cinta, maka pikiran melayang kemana-mana, tubuh terasa loyo, sehingga produktivitas malah menurun drastis. (nostalgia mode on...)

Lalu mengapa Buya Hamka malah mengatakan kalau cinta itu memberi energi begitu besar bagi kita? Seharusnya kalau punya energi segitu besar, maka bukannya loyo, justru kita bisa meningkatkan produktivitas berkali-kali lipat donk.

Lalu mengapa ada sepasang suami istri yang saling mencintai, lalu pada titik tertentu justru merasa kehilangan cinta dan memilih untuk bercerai? Padahal semestinya cinta memberi keduanya energi besar untuk mempertahankan rumah tangga, dengan berbagai romantika yang telah dibangun, apapun yang terjadi?

Nah, karena saya adalah NLPers, maka saya pun memulai perjalanan saya untuk mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas dengan menggunakan khasanah NLP yang ciamik ini.

Apa sih cinta menurut NLP?

Walah, ya ndak tahu.

Kok ndak tahu?

La NLP itu siapa juga saya belum pernah ketemu. Maka bisa saya cerita dia punya pendapat apa tentang cinta?

Maka cara yang saya anggap paling mudah adalah dengan melakukan self modeling terhadap pengalaman cinta yang saya alami. Untuk memulai, saya pilih cinta yang saya rasakan pada mantan pacar saya, yang kini telah memberi saya 1 orang anak. Hehehe...

Saya ingat-ingat, saat saya jatuh cinta, sekarang, ada sebuah sensasi yang aneh dalam diri saya. Campuran dari rasa gembira, cemas, memiliki, semangat, dan lain-lain yang saya tidak bisa jelaskan satu per satu, kecuali bahwa saya mengetahui bahwa ia berbeda dari perasaan-perasaan lain.

Aha! Anda familiar dengan kalimat terakhir di atas, bukan?

Yes, cinta adalah sebuah state of mind. Sebuah kondisi pikiran-perasaan yang sensasinya terasa dalam tubuh sebagai hardware-nya.

Apakah hanya itu?

Mmm...saya pun kemudian mengajukan beberapa pertanyaan dengan kerangka Neurological Level. Dan wuih! Canggih betul! Rupanya cinta yang saya alami bukan sekeder sebuah state of mind yang berada di level behavior atau capability, melainkan jauh tinggi hingga level belief, identity, hingga spirituality.

Di level belief saya meyakini bahwa perasaan cinta yang saya semai bersama istri saya membuat hidup saya lebih hidup. Ia adalah sebuah program yang begitu kokoh, sehingga membuat saya menafikan berbagai hal lain yang memungkinkan saya tidak mencintainya. Semisal, berbagai hal yang kurang saya sukai sangat sulit untuk saya ingat-ingat, sementara hal-hal yang saya sukai begitu mudah saya ingat. Yang belakangan ini saya sering katakan pada teman-teman peserta di kelas Practicing NLP Course, bahwa kalau orang sudah cinta, maka ia seringkali lupa kalau suami/istrinya suka ngupil, bangun siang, malas gosok gigi, dan lain sebagainya. Hehehe...

Sementara itu, saya pun merasakan bahwa cinta memberi saya identitas diri. Saya adalah makhluk suami pecinta. Saking demikian, saya seringkali begitu mudah merasa bersalah ketika melakukan sebuah perilaku yang tidak masuk daftar perilaku seorang pecinta.

Namun demikian, ada lagi yang lebih tinggi. Sebuah level yang baru saya pahami kurang lebih setahun terakhir, saat saya mulai memahami perintah Tuhan yang mengatakan, “Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” Maka cinta saya pada istri saya adalah perwujudan ketundukan saya untuk beribadah kepada-Nya.

Walah, kok kayaknya berat beneeer ya?

Hehe...nggak kok. Ini sederhana saja. Sangat sederhana bahkan. Saya tuh begitu meyakini bahwa Tuhan itu Maha Besar, Maha Kuasa. Maka Dia jelas tidak mungkin iseng atau salah menjodohkan, sehingga saya saat ini menikah dengan istri saya. Dia jelas punya skenario yang mesti saya jalani, saya alami, sampai saat saya dipanggil di usai waktu nanti. Maka jika saya kemudian merasa berat, atau kesal, atau marah, atau hal-hal lain yang kurang nyaman saya alami dalam pernikahan saya, jelas ia disebabkan karena belum mampunya saya memahami skenario yang Dia ciptakan. Maka dari itu perintah-Nya untuk “hanya beribadah tanpa mempertanyakan mengapa” menjadi masuk akal. Sebab bertanya mengapa akan menggiring saya pada jawaban-jawaban yang belum tentu masuk akal dengan kapasitas berpikir saya saat ini. Namun seiring dengan perjalanan waktu, baru lah saya bisa memahaminya.

Eh, kok tiba-tiba sampai sini sih ngomongnya? Jadi caranya gimana donk biar bisa “everyday I love you”?

Tenaaang. Saya baru aja mau mulai nih.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka saya pun sampai pada kesimpulan bahwa cinta adalah sebuah kondisi yang bisa dikendalikan. Sebuah kondisi yang tidak terjadi begitu saja, melainkan kita diberi kemampuan untuk mengontrolnya. Maka apakah kita mencintai atau tidak mencintai bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Ia adalah sebuah state of mind yang sejatinya kita ciptakan sendiri, dan karenanya bisa kita bangkitkan kembali saat ia mulai meredup.

Wah, mulai asyik nih. Gimana tuh caranya?

Mari kita selami sama-sama. Jika Anda mencintai seseorang karena apa yang ia lakukan dan Anda kecewa saat ia kemudian melakukan hal lain yang tidak Anda inginkan, maka cinta Anda berada di level behavior. Sesuai ajaran Om Robert Dilts, sebuah kondisi di satu level biasanya bisa dikendalikan oleh kondisi di minimal satu level di atasnya. Dalam konteks  contoh ini, adalah level belief. Maka Anda perlu mengevaluasi kembali: apa yang Anda yakini tentang cinta? Apa yang cinta berikan pada Anda? Apa yang seharusnya Anda lakukan saat Anda mencintai?

Nah, sebuah pelajaran yang baru-baru ini saya pahami tentang cinta adalah: love is about giving. Meyakini bahwa cinta adalah soal memberi, saya pun jadi lebih mudah menyemai buah cinta saya setiap kali sebuah ujian datang. Sebab saya jadi tidak peduli pada apakah saya akan menerima sesuatu atau tidak. Kenikmatan saya datang dari apa yang saya berusaha berikan. Anehnya, saat saya berlatih melakukan ini, yang saya dapatkan pun jauuuuuh lebih banyak, dan jauuuuuh lebih nikmat!

Lalu, bagaimana donk kalau ternyata ada orang yang memiliki keyakinan tentang cinta yang membuatnya kurang fleksibel dalam mencintai?

Ya naik lagi deh, ke level identity. Silakan evaluasi identitas yang Anda pasang pada diri Anda. Masih terkait dengan pengalaman saya, karena saya mulai meyakini bahwa cinta adalah soal memberi, maka saya sebagai pecinta adalah seorang pemberi. Identitas diri saya adalah seseorang yang memang hanya fokus memberikan, tanpa peduli apa yang saya dapatkan. Saya adalah kantong bocor, yang memang sengaja saya bocorkan, agar saya tidak perlu menghitung-hitung berapa yang saya berikan.

Wuih, berat kah?

Ya, memang perlu latihan. Saya pun belum secara utuh, pun belum dalam semua konteks. Konon, orang-orang yang sudah mencapai level pencerahan sudah memiliki identitas seperti ini dalam semua konteks kehidupannya.

Nah, bagaimana kalau yang “bermasalah” adalah identitas dirinya?

Ya naik lagi, ke level tertinggi, spirituality. Dalam konteks kisah saya, saya pun mulai melatih diri untuk menginstal bahwa saya mencintai istri saya karena saya mencintai Tuhan. Saat Anda mencintai seseorang, bukankah Anda akan menjaga baik-baik sebuah barang yang ia titipkan pada Anda, apapun caranya? Itu baru orang. La kalau Anda mencintai Tuhan, bukankah Anda akan menjaga suami/istri yang Ia amanahkan pada Anda, apapun caranya? Beranikah Anda seenaknya meninggalkan titipan-Nya begitu saja? Apalagi jika Anda meyakini bahwa Ia Maha Mengawasi setiap hal yang Anda lakukan? Apalagi jika Anda juga meyakini bahwa Ia selalu punya maksud baik dengan memasangkan Anda dengan titipan-Nya?

Nah, kalau sudah begini, bukankah cinta adalah sesuatu yang mulia? Cinta bukan sekedar basa basi di lagu atau sinetron yang ujung-ujungnya hubungan fisik semata. Cinta meliputi segala hal yang saat ini ada dalam hidup dan kehidupan, yang merupakan titipan-Nya.

Tuing!!! Jreng!!!

AHA! Saya pun baru paham untaian hikmah dari Buya Hamka yang saya sebutkan tadi, bahwa cinta merupakan sebuah energi yang besar bahkan tak terbatas. Alih-alih loyo, cinta akan membuat seseorang selalu berada dalam state of mind terbaik, peak performance-nya untuk memberi tanpa pernah berharap menerima. Yang anehnya, saat hal ini dilakukan, ia justru tidak pernah berhenti menerima.

 

Ah, bukankah lagu Boyzone yang satu ini memang indah? Saya tidak tahu Anda, yang jelas energi cinta saya seolah mengalir tiada henti saat saya mendengarkannya berulang-ulang dalam diri saya.

Hmmm...



--
Salam Street Smart NLP!

Teddi Prasetya Yuliawan
Author of "NLP: The Art of Enjoying Life"
Founder of Indonesia NLP Society

 

New @ Indonesia NLP Society: Meninjau Kembali NLP

Oleh: Teddi Prasetya Yuliawan

OK. Indonesia NLP Society sudah berdiri hampir 7 tahun. Saya sudah belajar NLP hampir 9 tahun. Lalu apa? Apa yang saya pahami saat ini? Apa itu NLP? Apa manfaatnya? Bagaimana pengembangannya?

Inilah beberapa pertanyaan yang memicu saya untuk meneguhkan niat kembali menulis dan mengembangkan NLP. Niat yang makin kuat sepulang menikmati belajar bersama Michael Hall.

Apa itu NLP?

Ini adalah pertanyaan mendasar. Saya perlu tanyakan ulang pada diri saya dan rekan-rekan semua, sebab bisa jadi kita bicara soal NLP, tapi rupanya membicarakan makhluk yang tak sama. Lagipula, sebagai sebuah nama, NLP adalah sebuah nominalisasi. Ia kata benda, namun bukan benda. Maka kala kita sama-sama bicara NLP, bisa jadi kita sedang membicarakan hal yang berbeda.

Paling mudah menerangkan NLP adalah dari kata pembentuknya: Neuro-Linguistic Programming. Bahasa mudahnya, NLP adalah ilmu tentang pemrograman ulang pola-pola dalam system neurologi kita dengan menggunakan kecapakan berbahasa. Ya, kita memiliki program dalam diri. Dan program ini ada yang bermanfaat, adapula yang tidak. Yang bermanfaat kita bisa teruskan dan tingkatkan. Yang tidak, mungkin bisa kita hapus atau ganti dengan yang lebih baik.

Caranya?

Dengan memahami bagaimana neurologi kita bekerja.

Caranya?

Dengan memahami cara kerja buah dari prosesnya, yaitu pikiran dan perasaan. Maka dalam NLP, banyak dikenal istilah mindstate, dan feeling. Sebab sistem neurologi kita bisa dikatakan merupakan hardware dari pikiran dan perasaan. Sedang kondisi pikiran dan perasaan sendiri—yang biasa disebut dengan state—adalah penggerak perilaku. Menariknya, dari perilaku lah keluar hasil. Maka ada  hubungan penting antara hasil, perilaku, dan state. Jadilah NLP ilmu penting untuk membantu kita mencapai hasil yang kita inginkan.

Lalu bagaimana mengelola pikiran dan perasaan?

Dengan memahami pemicunya, yakni pola-pola bahasa yang kita gunakan, kata-kata yang kita ucapkan. Bicara soal bahasa, tak hanya soal bahasa verbal, melainkan juga bahasa non verbal. Sebab pikiran kita, tidak bisa tidak merespon terhadap apa yang kita dengar. Maka tak heran semua ajaran agama berbentuk verbal, nasihat dan kebijaksanaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Belajar NLP memungkinkan kita menjadi komunikator yang sensitif dan efektif, sebab cermat betul memastikan orang lain memahami pesan yang ingin kita sampaikan.

Nah, sampai di sini, tampak ada 2 hal kala kita belajar NLP. Satu adalah tentang diri kita sendiri. Dua adalah tentang hubungan kita dengan orang lain. Saya sungguh tak ingin membuat rumit. Maka saya berniat menyederhanakan bahasan dengan menggunakan kerangka materi yang biasa saya gunakan dalam kelas-kelas aplikasi NLP saya, yakni Self Leadership Mastery dan Interpersonal Leadership Mastery.

Loh, NLP kok jadi kepemimpinan?

Ya, agar langsung terasa manfaatnya. Belajar NLP, hemat saya, pada dasarnya adalah belajar menjadi tuan bagi diri sendiri. Dalam bahasa lain, menjadi pemimpin atas diri sendiri. Dan belajar NLP, juga pada dasarnya adalah menjadi pemberi pengaruh yang baik bagi orang-orang di sekeliling kita. Dalam bahasa yang senada, menjadi pemimpin atas orang lain. Jadilah saya gunakan istilah Self Leadership dan Interpersonal Leadership. Saat menyoal kepemimpinan, kita tidak hanya bicara konteks pimpinan formal organisasi. Kita bicara memimpin meski tanpa posisi. Karena kita selalu memimpin, dimana pun, kapanpun. Kita tidak bisa tidak memimpin.

Maka dalam artikel berikutnya, saat membahas misalnya soal mind management, saya tidak hanya akan bicara teknik, atau sesuatu yang ngambang seperti emosi positif. Kita akan langsung bicara soal sabar, syukur, ikhlas, dll. Kesemuanya aplikasi, kita gunakan dalam keseharian.

Nah, ditunggu ya.

 

 

--
Salam Street Smart NLP!

Teddi Prasetya Yuliawan

 

Subsidi BBM Sudah Tembus Rp 285 Triliun per Tahun. So What?

Sumber : http://strategimanajemen.net/2014/06/09/sedekah-rp-1-juta-per-bulan-lebih-baik-diberikan-kepada-orang-yang-sudah-kaya-atau-kepada-kaum-dhuafa/#more-1480

 

Jika Anda punya uang dan ingin memberikan sumbangan Rp 1 juta per bulan atau 12 juta per tahun; lebih baik sumbangan itu diberikan kepada orang yang sudah kaya (yang punya mobil) atau kepada kaum dhuafa yang miskin (beli motorpun tidak sanggup)?

Jawaban dengan akal sehat : tentu lebih baik diberikan kepada kaum dhuafa yang lebih membutuhkan (para ustadz juga bilang, sebaiknya sumbangan diberikan kaum yang tak berpunya). Orang akan menganggap Anda gila, jika uang Rp 12 juta setiap tahun diberikan cuma-cuma kepada orang yang sudah kaya (yang sanggup membeli mobil).

Problemnya : yang terjadi di negri ini, uang Rp 12 juta atau Rp 1 juta per bulan itu, selalu diberikan kepada orang yang sudah kaya dan punya mobil. Dalam bentuk subsidi BBM.

Dan mungkin sebagian besar dari Anda menerima uluran sumbangan itu. Tanpa rasa dosa.

Look. Negara ini sudah punya hutang Rp 3000 triliun. Namun dengan santainya, setiap tahun diberikan subsidi BBM yang tahun ini diperkirakan tembus Rp 285 triliun (tahun depan akan tembus Rp 300 triliun). Alamaaak.

Dan sebagian besar, hingga 90%, subsidi bensin itu dinikmati oleh orang kaya (yang punya mobil dan sepeda motor). Dan hanya 10% yang benar-benar dinikmati oleh orang dhuafa (definisinya adalah yang beli sepeda motorpun tidak sanggup).

Ajaibnya, saat subsidi BBM yang tidak adil itu akan dicabut, muncul protes bahwa tindakan itu amat tidak berpihak pada rakyat kecil. Rakyat kecil dari Hongkong?

Dari paparan diatas yang sebenarnya terjadi adalah ini : subsidi BBM justru merupakan bentuk ketidakadilan ekonomi yang cetar membahana.

Mempertahankan subsidi BBM justru merupakan penistaan terhadap hak kaum dhuafa yang tidak pernah sanggup membeli sepeda motor. Sebab, mempertahankan subsidi BBM justru memberikan sumbangan gratis jutaan rupiah per bulan kepada jutaan pemilik mobil yang sudah kaya.

Sumbangan Rp 1 per bulan itu dengan asumsi para pemilik kendaraan bermotor (mobil terutama) menghabiskan 100 liter per bulannya (100 liter x subsidi Rp 5000 = Rp 1 juta).

Terus terang dada saya agak sesak setiap kali di SPBU melihat mobil Avanza, Ertiga, Honda Jazz, bahkan Fortuner dan CRV dengan tanpa dosa membeli bensin premium atau solar subsidi (saya sendiri sejak 7 tahun lalu selalu membeli pertamax. Malu saja wong sanggup beli mobil kok masih beli bensin subsidi.)

Jutaan pemilik mobil dan juga sepeda motor itu lalu secara kolektif menenggak subsidi bensin dan solar senilai Rp 285 triliun per tahun. Angka yang fantastis.

Kalau saja uang subsidi Rp 285 triliun itu dihentikan; dan lalu dialokasikan ke sektor lain, maka ini yang bisa dibangun :

Rp 285 triliun bisa buat membangun ruas jalan tol Lintas Sumatra, Lintas Kalimantan dan Lintas Papua sekaligus (bayangkan efeknya bagi kemakmuran bangsa, dibanding diberikan secara gratis kepada orang kaya pemilik Fortuner dan Pajero).

Rp 285 triliun bisa buat membangun 10 MRT sekaligus di semua kota besar di Indonesia (seketika layanan transportasi publik Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali dan kota lainnya akan bisa sebagus di Tokyo atau Singapore).

Rp 285 triliun bisa buat membangun 28 ribu gedung sekolah terpadu di pelosok Nusantara (bayangkan dampak dashyatnya bagi kemajuan warga Nusantara, dibanding dibuang percuma kepada jutaan pemilik mobil yang mayoritas ada di Jawa, lebih khusus lagi kota Jakarta yang rakus).

Maka amat aneh jika penghentian subsidi BBM (dan mengalihkan ke sektor lain yang jauh lebih produktif seperti contoh diatas) disebut mengabaikan hak rakyat kecil. Kecuali jika definisi rakyat kecil itu adalah pemilik mobil Avanza, atau Pajero atau Fortuner.

Melihat besaran angka subsidi yang amat fantastik (tahun depan tembus Rp 300 T), maka soal ini sejatinya amat krusial untuk segera diselesaikan (dan jauh lebih mudah diatasi bila dibanding masalah korupsi). Yang diperlukan hanya ketegasan dan keberanian.

Menaikkan harga bensin dan solar (melalui penghentian subsidi BBM) juga akan memaksa penghematan energi minyak bumi. Dan ini soal penting, sebab cadangan minyak bumi dan gas Indonesia juga kian menipis. Padahal kita tahu, bensin plus solar BUKAN energi yang bisa diperbaharui (non-renewable energy).

Pakar energi juga menulis, pengembangan bahan bakar alternatif yang renewable (seperti bio etanol) hanya akan tumbuh jika harga BBM tidak lagi disubsidi.

Dengan harga BBM yang terkesan murah karena subsidi, maka para entrepreneur di bidang bio fuel TIDAK akan pernah termotivasi untuk mengembangkan bahan bakar alternatif karena harga pasti akan kalah bersaing dengan harga subsidi BBM. Karena ketidak-adilan harga yang semu itu, maka inisiatif mengembangkan bisnis energi terbarukan (green energy) hanya akan terus menjadi ilusi.

Melihat semua paparan diatas, maka siapapun presiden yang akan terpilih, soal penghapusan subsidi BBM ini merupakan PR pertama yang langsung harus diatasi pada bulan pertama setelah pelantikan (Oktober mendatang).

Seperti dalam tulisan saya sebelumnya, team Jokowi – JK sudah dengan tegas akan melakukan penghapusan subsidi BBM yang tidak rasional ini secara bertahap (dan mengalihkan dananya untuk membangun jalan raya, pelabuhan, listrik dan sekolah – yang jauh lebih produktif).

Kita menunggu sikap ketegasan serupa dari team Prabowo – Hatta (yang memang hingga minggu ini belum secara eksplisit memperlihatkan ketegasan dan keberanian untuk mengatakan Subsidi BBM akan dialihkan).

Kita layak mengenang ungkapan yang pernah disampaikan Deng Xiaoping (arsitek utama kebangkitan mencengangkan ekonimi China). Ia bilang, yang dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa itu bukan visi dan misi. Tapi jalan raya, pelabuhan, listrik dan sekolah.

Dan percayalah, uang subsidi Rp 285 triliun itu memang jauh lebih bagus digunakan untuk membangun jalan raya, pelabuhan, serta gedung sekolah.

Dan bukan diberikan secara gratis kepada jutaan pemilik Avanza dan Fortuner yang melenggang tanpa dosa.

 

__._,_.___


Posted by: vmc_value@yahoo.co.id

 

 

SEKILAS NLP (Neuro Linguistic Programming)

NLP (Neuro Linguistic Programming) bukan sesuatu yang baru. Sejak 2005 saya menggunakan NLP sebagai pendekatan dalam pelatihan-pelatihan,
banyak peserta yang merasa “ngeh” bahwa mereka sudah menerapkan NLP dalam keseharian mereka. Wajar kalau salah satu penemu NLP, Richard Bandler, mengatakan bahwa NLP adalah The Study Of Subjective Experience, karena memang NLP didedikasikan untuk melakukan studi atas cara subjektif seseorang
dalam mengelola pengalaman.

NLP singkatan dari Neuro Linuistic Programming. NLP adalah paduan yang unik antara beberapa disiplin ilmu: neurologi, psikologi, linguistik, cybernetics, dan teori-teori tentang system. Komponen kata-kata pembentuk istilah Neuro Lnguistik Programming ini dijelaskan secara sebagai berikut. Menggunakan istilah Neuro (syaraf) karena semua pengalaman kita baik yang kita sadari maupun tidak (conscious maupun subconscious), adalah masuk dengan melibatkan syaraf indera dan sistem emosi kita. Linguistic atau (tata bahasa) karena proses-proses mental kita adalah juga dibentuk, disusun, dikodekan dan makna-makna dijelmakan melalui bahasa.

Programming karena manusia berhubungan satu sama lain adalah dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang sudah dibentuk sebelumnya. Kebiasaan-kebiasaan itu kita bentuk menjadi pola-pola (program-program) dalam menghadapi kejadian-kejadian yang masuk dalam hidup kita. Maka Programming bisa diartikan sebagai membentuk pola kebiasaan.

NLP mengajarkan kepada kita cara memodel (mencontoh) atau meg-copy keistimewaan seseorang terkait dengan apa yang membuat orang itu menonjol kemampuannya dan mengambil keistimewannya itu untuk anda atau untuk anda ajarkan pada orang lain. NLP bisa membantu anda menjadi mahir dalam bidang apapun. Apakah itu berarti membuat anda makin bahagia bersama keluarga dan anak-anak atau menjadi lebih efektif dalam pekerjaan anda.

Pada bidang apa saja NLP bisa diimplementasikan. NLP sangat berharga bagi orang membutuhkan ketrampilan komunikasi, sangat bermanfaat untuk konsultasi bisnis, manajemen, negosiasi, edukasi, konseling, terapi, hubungan relationship, pola asuh, keharmonisan keluarga, pembicara publik, olahraga prestasi, dan lain-lain. Misalnya berguna bagi therapist untuk mengurangi bahkan menghilangkan trauma akibat pengalaman buruk masa lalu. Berguna bagi seorang guru yang ingin memperbaiki kualitas komunikasi dalam mengajar, pebisnis atau sales team untuk memperkuat kemampuan rapport (keakraban) non verbal, seorang menajer untuk meningkatkan leadershipnya dan menjalakan meeting-meetingnya lebih efisien, seorang atlit untuk menambah konsentrasi dan motivasi pencapaian ...

Apakah NLP bisa untuk terapi? Dalam terapi NLP tidak hanya memperbaiki orang yang bermasalah menjadi lebih baik atau sembuh akan tetapi NLP juga sangat baik untuk terapi orang yang sudah OK menjadi dahsyat.Jadi penggunaannya sangat luas.

--

Regards,
Diana Novia
Corporate Business Training Development
Associate Consultant for Trainers

 

Kutipan (quotes) inspiratif untuk presentasi anda

By. Harsa Consulting

 

Berikut ini adalah beberapa kutipan (quotes) mengenai komunikasi/presentasi yang bisa anda gunakan pada presentasi anda. Bisa juga sebagai ide dan inspirasi untuk memperbaiki presentasi anda.

Sekalipun bersumber orang terkenal dan cukup berkompeten dalam bidang komunikasi, ini hanyalah pendapat manusia, sehingga anda bebas untuk setuju atau tak setuju. Dan sebagaimana sering dianjurkan, jadilah diri anda sendiri (Be yourself) .......

 

“A wise man speaks because he has something to say, a fool speaks because he has to say something.” (Plato)

“It is better to say nothing and be thought a fool than to open your mouth and remove all doubt” (Mark Twain)

“There is no such thing as presentation talent, it is called Presentation Skills” (David JP Phillips)

“It takes one hour of preparation for each minute of presentation time.” (Wayne Burgraff)

“A theme is a memory aid, it helps you through the presentation just as it also provides the thread of continuity for your audience.” (Dave Carey)

“There are always three speeches, for every one you actually gave. The one you practiced, the one you gave, and the one you wish you gave.” (Dale Carnegie)

“No one can remember more than three points.” (Philip Crosby)

“The audience only pays attention as long as you know where you are going.” (Philip Crosby)

“Ask yourself, ‘If I had only sixty seconds on the stage, what would I absolutely have to say to get my message across.” (Jeff Dewar)

“No one ever complains about a speech being too short!” (Ira Hayes)

“The simplest way to customize is to phone members of the audience in advance and ask them what they expect from your session and why they expect it. Then use their quotes throughout your presentation.” (Alan Pease)

“Public speaking is not a talent – it is a skill.” (Unknown)

 “If you present yourself as perfect – we will not believe you and we will hate you. We like you when we see that you are imperfect like we are.” (Unknown)

“We love to hear stories. We don’t need another lecture. Just ask your kids.” (Unknown)

 “The only person who listens to every word of your speech is you.” (Unknown)

“Don’t sell what you don’t believe in – we will see through it. If you don’t believe in your message don’t attempt to sell it.” (Unknown)

 “The very best financial presentation is one that’s well thought out and anticipates any questions… answering them in advance.” (Arthur Helps)

“We’ve drifted into this presentation mode without realizing the cost to the content and the audience in the process.” (Edward Tufte)

“Rhetoric is the art of ruling the minds of men.” (Plato)

“He steps on stage and draws the sword of rhetoric, and when he is through, someone is lying wounded and thousands of others are either angry or consoled.” (Pete Hamill)

“A theme is a memory aid, it helps you through the presentation just as it also provides the thread of continuity for your audience.” (Dave Carey)

“Top presenters have total control of their fears. They make fear their slave, not the master.” (Doug Malouf)

“I never use notes, they interfere with me.” (Ken Blanchard)

“The success of your presentation will be judged not by the knowledge you send but by what the listener receives.” (Lily Walters)

 “Of those who say nothing, few are silent.” (Thomas Neiel)

 “Well-timed silence hath more eloquence than speech.” (Martin Farquhar Tupper)

“Mere words are cheap and plenty enough, but ideas that rouse and set multitudes thinking come as gold from the mines.” (A. Owen)

“Talk low, talk slow, and don’t talk too much.” (John Wayne)

 “The real art of conversation is not only to say the right thing at the right place but to leave unsaid the wrong thing at the tempting moment.” (Dorothy Nevill)

“The will to win is important. But the will to prepare is vital.” (Joe Paterno)

“They may forget what you said, but they will never forget how you made them feel.” (Carl W. Buechner)

“Many attempts to communicate are nullified by saying too much.” (Robert Greenleaf)

“Words are, of course, the most powerful drug used by mankind.” (Rudyard Kipling)

 “Make sure you have finished speaking before your audience has finished listening.” (Dorothy Sarnoff)

“There are only two types of speakers in the world. 1. The nervous and 2. Liars.” (Mark Twain)

“Broadly speaking, the short words are the best, and the old words best of all.” (Sir Winston Churchill)

Lebih banyak kutipan dapat dibaca di http://www.thepresentationskills.com/a-page-with-quotes-about-presentation-skills/

 

 

Jalan Membentang ke Jepang

“Kiamat” ternyata masih bisa diolah menjadi rahmat dan berkat.

Pengalaman Susi Pudjiastuti disekap dalam kamar gelap selama berhari-hari oleh Petugas Laksusda (Pelaksana Khusus Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Daerah) dan kegagalan untuk mendapatkan surat kelakuan baik telah membuatnya memilih untuk berhenti sekolah. Waktu itu, tahun 1982, perempuan yang lahir 15 Januari 1965 ini, baru duduk di kelas dua SMAN I Yogyakarta. Ia dinyatakan drop out, dan sebuah perjalanan hidup yang unik pun dimulai.

Sekitar delapan tahun Susi pontang-panting bekerja serabutan dan menghabiskan hidupnya di jalanan. Ia pernah berkejar-kejaran dengan petugas keamanan, bergulat dengan ombak dan karang, ikut mencari harta karun di Nusakambangan. Ganti usaha, ia keliling menembus belantara hutan Sumatera mencari sarang burung. Kadang kala dalam pencarian itu ia menyetir sendiri truknya.

Tahun 1983, dengan modal Rp 100.000,00 ia membeli ikan di Pangandaran dan menjualnya sendiri ke mana-mana. Keuntungan dari modal awal itu ditambah untuk dari kerja serabutan lainnya terus diputar dan berkembang hingga bisa membeli ikan dalam jumlah banyak. Dalam kurun waktu tersebut, hampir setiap subuh ia menunggui nelayan-nelayan yang pulang melaut, membeli ikan dan membawanya ke Jakarta dengan menyetir sendiri truknya. Reny Sri Ayu Arman, yang pernah mewawancarainya, menulis, “Bahkan  hal itu dilakukannya saat dia hamil hingga kandungannya usia tujuh bulan” (Kompas, 16 Agustus 1998).

Perempuan tomboy yang tampil sederhana ini (bercelana jeans atau celana pendek, kaos oblong, kemeja, jam tangan plastik murahan, topi pandan atau rajut, dan wajah yang nyaris polos tanpa make up dan perhiasan) adalah Presiden Direktur PT. Andhika Samudra Internasional (ASI), pemegang merk Susi Brand. Lewat ASI ia mengekspor ikan, udang, lobster, dan produk-produk laut lainnya ke Jepang, Singapura dan Hong Kong. Bahkan khusus lobster untuk Jepang, 46 persen impornya dilakukan ASI.
Itulah sebabnya ketika Letter of Credit (LC) Indonesia banyak ditolak di luar negeri, bulan April 1998, ASI justru dengan mudah mendapatkan 200.000 dolar AS dari pemesannya di Jepang dalam bentuk red close LC. Bulan Oktober sebelumnya ia telah mendapatkan pinjaman tanpa syarat sebesar 30 juta yen. Hal ini menunjukkan bahwa ASI sangat mandiri dan tidak didikte oleh pemesannya. Ia justru lebih berperan dalam menentukan aturan main yang harus diikuti pemesannya.

Prestasi lain menyangkut kiprahnya untuk produk non chemical treatment. Semua produk yang diekspor (ikan, udang, lobster, dan beberapa jenis ikan lainnya) hanya diolah secara tradisional: dicuci dengan air garam, disterilkan lalu dibekukan. Untuk peralatan hanya dicuci dengan air panas. Jepang yang terkenal sangat ketat dalam soal ini, semula menolak cara yang demikian. Namun ia berjuang untuk meyakinkan konsumennya dengan membawa mereka meninjau pabriknya dan memberikan berbagai penjelasan argumentatif. Ia berhasil. Pengakuan internasional terhadap cara yang dilakukannya dipublikasikan berbagai media asing, di antaranya majalah perikanan terbesar di Negeri Kangguru, Austasia Aquaculture edisi 1996/1997. Puluhan kontainer yang dikirimnya ke Jepang tidak satu pun ditolak.

Susi adalah srikandi yang memiliki visi bisnis yang jelas, cinta lingkungan dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Untuk menciptakan industri yang environment friendly, Susi sedang membuat pembangkit tenaga listrik bertenaga matahari, yang tidak merusak lapisan ozon. Pepohonan, pabrik beratap rumbia, sebagian lantainya terbuat dari kayu, dan kolam ikan merupakan bukti komitmennya untuk membangun industri hijau. Setiap hari limbah pabriknya (kepala dan tulang sisa ikan) ditampung tukang kerupuk dan bakso. Di setiap ruangan terdapat tiga tempat sampah untuk sampah kering, basah dan plastik. Setiap petang sampah yang bisa dibakar akan dibakar, sisanya dijadikan kompos. Sementara tanah-tanah kosong di sekitar rumah dan pabriknya dijadikan hutan bakau.

Kepedulian sosialnya dinyatakan dengan sesekali menyetir sendiri truknya bolak-balik mengangkut orang-orang kampung yang turun dari gunung sekali setahun dan ingin menikmati keindahan pantai Pangandaran. Karena mereka tak punya uang, tiket masuk mereka ia yang bayar. Di samping itu para janda dan yatim piatu di sekitar PT. ASI selalu mendapat “hadiah Lebaran” berupa beras dan uang tunai sesuai jumlah anggota keluarga.

Susi memang “tak Mampu” menyelesaikan sekolah menengah atasnya di Yogya. Tetapi ia mampu membuat pabriknya di Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat, bergerak tanpa henti 24 jam sehari, 30 hari sebulan setahun penuh. Mungkin untuk banyak orang, tidak tamat sekolah menengah berarti kiamat. Tetapi bagi Susi, “kiamat” itu masih bisa diolah menjadi rahmat dan berkat. Susi, maukah engkau menjadi guru bagi putri-putri pertiwi?

*) Andrias Harefa
Author: 40 Best-selling Books; Speaker-Trainer-Coach: 22 Years Plus
Alamat
www.andriasharefa.com – Twitter @ aharefa

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger