Dahsyatnya cinta

By. Hendry Risjawan

Pernahkan Anda merenung, kekuatan apa kira-kira yang menyebabkan Anda memiliki energi yang luar biasa, tidak mengenal lelah, dan capek, bosan dan pantang menyerah, sehingga Anda menjadi orang sukses seperti sekarang ini? Jika Anda renungkan dalam-dalam, ternyata kekuatan itu berasal dari energi Cinta yang Allah tanamkan pada diri kita.

Ya, orang yang dikaruniai Allah perasaan Cinta yang besar, akan mempunyai energi yang sangat besar. Cinta disini bukan berarti sempit, Cinta antara laki-laki dan perempuan. Namun Cinta yang mempunyai arti yang sangat luas, Cinta pada diri sendiri, Cinta pada kekasih hati, Cinta kepada istri dan anak, Cinta pada kedua orang tua, Cinta pada keluarga, masyarakat dan lingkungannya, bahkan Cinta terhadap Tuhan.

Jika Anda membaca biografinya Bung Karno, Anda akan menemukan kebesaran Cintanya Bung Karno kepada bumi pertiwi. Dengan kekuatan Cinta tersebut, bung Karno akhirnya mampu menjadi Presiden RI pertama. Begitu pula jika Anda mengingat sejarah nabi Muhammad SAW, Anda akan menemukan Cintanya Sang Nabi kepada ummatnya. Sampai sampai diakhir hayatnya pun, ummatnya masih disebut-sebut. Karena Cinta beliau kepada ummatnya, beliau sanggup menerima berbagai macam rintangan, cemoohan, cacian , hinaan,penderitaan,bahkan ancaman pembunuhan.

Energi Cinta memang sangat dahsyat. Perasaan Cinta yang besar akan menumbuhkan kemampuan kepada pemiliknya daya tahan terhadap rasa malu dan penderitaan, tidak mudah menyerah dan rasa tanggung jawab yang besar. Jika Anda menCintai diri Anda, maka Anda tidak ingin diri Anda hanya sebagai seonggok daging yang mampu berjalan atau mayat hidup. Jika Anda menCintai diri Anda, maka Anda akan berusaha dengan sekuat tenaga dan sepenuh hati, tanpa mengenal lelah, untuk menjadikan diri Anda orang yang terpAndang dan berguna. Jika Anda menCintai keluarga, tentu Anda akan berusaha menjaga nama baik, memastikan mereka bahagia tidak terlantar dan bersedih hati, dan menjadikan mereka dipAndang oleh masyarakat disekitarnya.

Sebaliknya orang yang tidak mempunyai perasaan Cinta yang besar pada diri, tidak akan memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menanggung derita, cemoohan, rasa malu, hinaan dan daya juang yang tinggi. Karena mereka tidak tahu, kenapa saya harus menderita, kenapa saya harus berjuang terus tanpa mengenal lelah.

Dengan demikian jika Anda ingin menjadi orang sukses, pertama yang harus Anda miliki adalah PERASAAN CINTA. Tumbuh dan kembangkan perasaan Cinta kepada diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Maka akan tumbuh pada diri Anda kekuatan untuk bertindak berbuat sesuatu. Tumbuh dan kembangkan terus perasaan Cinta Anda. Maka Anda akan mampu menahan setiap derita yang Anda temui ditengah jalan.

Sebagai anugerah Ilahi, Cinta mempunyai potensi dan energi mengendalikan hati untuk memperjuangkan kebenaran dan prinsip moral (truth and morality principle). Cinta mampu memotivasi seseorang untuk meraih semangat hidup, sensitivitas, kedewasaan, dan pencerahan, Cinta mampu membuat orang yang sedang bermasalah pada kesehatan (sakit) menjadi sehat dalam waktu cepat, Cinta mampu melakukan percepatan terhadap apa yang menjadi niat Anda.

 

Cinta: Ketulusan dan Pengorbanan

Cinta termasuk hal yang “misterius”. Ia tak dapat diukur, apalagi diformalkan, misalnya dalam bentuk biro jodoh, valentine day, dan lain-lain. Sesuatu yang bersifat biologis, fisikal, dan sebatas kulit, tak mungkin bisa dipakai untuk mengukur dan mengidentifikasi kedalaman makna Cinta.

Aktualisasi Cinta akan tampak dalam beberapa indikasi nilai-nilai yang baik, indah, dan positif, seperti ketulusan, pengorbanan, dan dedikasi. Jika indikasi itu tidak tampak, maka Cinta tidak lebih hanya sebuah sandiwara kebohongan dan komoditi nafsu yang tersembunyi.

Cinta seharusnya mewujud dalam bentuk ketulusan yang mendalam, yakni kenikmatan “memberi” tanpa diembel-embeli pamrih apa pun yang bersifat duniawi. Mengabadikan ketulusan dalam Cinta juga perlu dibarengi penanaman akhlak dan disiplin.

 

Cinta: Merawat dan Memekarkan Kehidupan

Cinta pada hakikatnya adalah kekuatan untuk merawat dan memekarkan kehidupan. Dalam Cinta, seseorang mendampingi orang lain untuk tumbuh positif dan menjadi “dirinya sendiri, bukan menjadi sorang lain atau siapa pun.

Justru karena Cinta merupakan energi untuk menyayangi dan memekarkan kehidupan tanpa memAndang baju primordialnya, maka Cinta mampu mengatasi dan melampaui apa pun. Dalam puisi-puisinya yang indah dan abadi, Jalaluddin Rumi bahkan memproklamirkan apa yang disebutnya sebagai “Agama Cinta” yang melampaui sekat-sekat primordial dan sektarianisme yang picik dan sempit.

Cinta adalah energi sekaligus substansi kehidupan yang memekikkan persaudaraan dan perdamaian tulus pada semua manusia tanpa memAndang baju primordialnya, baik itu berupa agama, ras, jenis kelamin, keyakinan, ideologi, afiliasi politik, dan lain-lain. Cinta bahkan bisa mengatasi dan melampaui agama-agama yang kadang terdangkalkan karena faktor institusionalisasi dan lembagaisasi.

 

Cinta: Perdamaian dan Kasih Sejati

Dengan energi Cinta yang menggelegak, seseorang tak pernah merasa jera dan putus asa untuk menyuarakan perdamaian dan kasih sejati di tengah kekerasan dan perang yang terus terjadi dalam sejarah umat manusia dari waktu ke waktu.

Cinta kadang juga diwarnai dengan pengorbanan untuk mewujudkan kebaikan dan keindahan hidup. Pengorbanan adalah gelora samudera yang selalu memunculkan orkestra zikir ketulusan, pelayanan, dan kerinduan untuk membahagiakan Sang Kekasih dengan Cinta sejati. Sang Kekasih ini bisa berupa sesama manusia dan makhluk ciptaan Tuhan, atau bahkan Tuhan itu sendiri.

Dedikasi dan tanggung jawab sebagai bagian dari nilai-nilai Cinta harus selalu menjiwai seseorang sehingga tidak terjadi benturan, baik dengan kepentingan pribadi, keluarga, masyarakat, dan yang lebih penting adalah dengan akidahnya.

Dalam konteks itu, seseorang kadang perlu merasionalisasikan Cinta agar tidak terseret pada penderitaan lahir dan batin, kehilangan masa depan, tercampak di hadapan keluarga dan masyarakat, serta mengalami kehancuran akidah.

Cinta juga merupakan kawasan perebutan makna hidup yang tak pernah usai. Untuk itu, bagi Sang PeCinta yang “berumah” pada suatu keyakinan, akidah, dan agama tertentu, maka menyinta merupakan medan pertarungan yang terus-menerus tapi juga menggairahkan antara nilai-nilai agamawi dengan nilai-nilai umum pengetahuan sekular? yang bergerak terus, acapkali dari arah yang tak terduga.

 

Cinta: Keajaiban Dalam Penyembuhan

Cinta kita semua berpengaruh besar kepada kehidupan orang lain selama kita menggunakannya dengan baik dan benar. Stephen Covey mengatakan bahwa cinta adalah kata kerja bukan kata sifat. Artinya cinta bukan sekedar kata-kata atau rasa tapi cinta adalah sebuah sikap yang harus dilakukan guna mewujudkan rasa cinta kita. Ini filosofinya sangat dalam, dengan cinta apa aja bisa kita lakukan, dan sering miracle/keajaiban terjadi disini karena kita menaruh emosi kita dengan cinta dan kita healing orang lain dengan cinta, atas ijin Tuhan, keajaiban pun terjadi. That’s true. It happens!!!!!

Dengan cinta kita bisa menjalani hidup, dengan cinta kita bisa menikmati kehidupan ini, kita bisa menghayati kehidupan ini, dengan cinta kita bisa berjuang, jika orang yang kita cintai disakiti orang lain, kita pasti akan melawan  orang tersebut, dengan cinta juga kita mempunyai spiritualitas yang tinggi, hubungan antara hamba Tuhan dan Tuhan menjadi hubungan antara kekasih Tuhan. Kita jadikan Tuhan sebagai kekasih kita, kalau kekasih itu kita bisa cerita apa adanya, lepas, jika hamba Tuhan itu seperti ada jarak kita dengan Tuhan kita. Kita ini maunya ada jarak atau tidak… ya tidak ada jarak kan… tetapi kadang kala Tuhannya mau dekat dengan kita, malah kitanya menjauh dari Tuhan… itulah manusia.

Dengan cinta, orang yang sakit atas ijin Tuhan bisa sembuh dari penyakitnya. Ribuan kasus dilaporkan orang bebas dari kanker, orang bebas dari tumor, orang bebas dari penyakit yang dokter saja sudah lepas tangan, orang lumpuh bisa berjalan kembali dan kisah-kisah ajaib lainnya itu semua bermula hanya karena orang tsb merasa dicintai, karena orang tsb merasa dicintai tiba-tiba orang tsb mempunyai energi yang luar biasa untuk melawan penyakitnya dan mereka menjadi pemenang dan hidup sehat sesudahnya.

 

Kesimpulan

Ia laksana dawai, agar suaranya merdu, kau harus pAndai memetik senarnya. Ia bagaikan bunga, agar tetap segar dan bersemi, kau harus pAndai merawatnya.

Ia bisa mengamuk bagaikan badai, jika kau tak mampu mengendalikannya. Terombang-ambing oleh gelombang muslihatnya, lalu karam tenggelam dalam lautan duka dan penderitaan tak berkesudahan. Namun, ia juga bisa menghantarkanmu menuju mahligai singgasana bahagia, memenuhi relung-relung hatimu dengan aroma wewangian misik dari taman-taman surga. Itulah Cinta.

Begitulah Cinta mewarnai kehidupan manusia. Cinta tak sekedar ungkapan rasa, namun lebih dari itu Cinta adalah seni dalam memberi. Sifat Cinta adalah memberi. Bukan saja ia memberikan apa saja yang dimiliki oleh sang penCintanya secara fisik dan materi, lebih dari itu sang peCinta akan memberikan sepenuh hatinya, segenap jiwanya apa saja yang bisa ia berikan kepada orang yang diCintainya diberikan atas nama CINTA!

Tumbuh dan kembangkan terus perasaan Cinta Anda, maka semua yang berat-berat akan menjadi ringan, semua yang sulit dan susah akan menjadi mudah, semua yang sakit menjadi sehat. Tumbuh dan kembangkan terus perasaan Cinta Anda, maka Anda akan menemukan betapa indahnya hidup didunia ini. Tumbuh dan kembangkan terus perasaan Cinta Anda. Maka Anda akan menjadi orang yang di Cintai dan dikenang. Itulah puncak dari kenikmatan hidup. Bahagia karena menCintai dan diCintai.

 

 

Kisah Xin Shi yang Cantik

Pada zaman Chun Qiu ada seorang wanita yang terkenal dengan kecantikannya, namanya Xin Shi. Xin Shi diakui sebagai salah satu dari empat wanita tercantik sepanjang perjalanan sejarah bangsa China. Karena itu, jika kita berjalan-jalan ke negeri China, ada eksesori dengan gambar empat wanita tercantik di China, salah satu di antaranya Xin Shi. Sayangnya Xin Shi yang cantik saat itu sakit-sakitan. Wajahnya pucat dan ia sering mengeluh sakit di bagian dadanya.

Akan tetapi, saat ia meringis kesakitan, orang yang melihatnya masih mengatakan bahwa dia tetaplah cantik. Tak mengherankan ada orang-orang saat itu mengatakan, “Meskipun sakit dan wajahnya pucat, Xin Shi masih tetap kelihatan cantik.”

Xin Shi mempunyai tetangga yang juga adalah seorang gadis, namanya Dong Shi. Ketika makin lama makin banyak orang yang memuji Xin Shi, Dong Shi merasa tidak suka dan iri hati. Karena itu kepada orang banyak ia berbicara, “Apa lebihnya Xin Shi, apalagi wajahnya yang sering pucat dan meringis menahan sakit. Sebenarnya kecantikanku tidak jauh beda dengan Xin Shi.” Tetapi setiap orang yang mendengar ucapannya selalu tertawa sinis sambil berlalu. Hal itu membuat Dong Shi semakin membenci Xin Shi. Ia selalu berpikir, “Aku harus bagaimana supaya orang memujiku dan tidak terus menerus memuji Xin Shi?”

Suatu hari penyakit Xin Shi kumat lagi, tetapi saat itu ia tidak bisa istirahat. Ia harus pergi ke sungai untuk mencuci kain tenun. Karena itu, satu tangannya memegang keranjang berisi kain tenun dan satu tangan lagi memegang dadanya yang sakit. Ia pun tidak bisa berjalan cepat menuju sungai. Di tengah perjalanan ia berpapasan dengan Dong Shi. Dong Shi melihat wajah Xin Shi pucat pasi dan meringis kesakitan. Awalnya Dong Shi sangat marah dan berkata lirih, “Orang ini yang dibilang ‘walaupun kesakitan tetapi tetap cantik’, tetapi pada pemandangan saya tidaklah demikian!” Lalu Dong Shi sungguh-sungguh melihat wajah Xin Shi yang sedang menahan sakit tersebut dan dalam hati ia berkata, “Wah, ternyata memang pendapat banyak orang benar bahwa walau menahan sakit, Xin Shi tetap terlihat cantik! Aku tidak boleh terus-menerus iri dan membencinya. Orang akan semakin tidak suka kepadaku. Sebenarnya aku harus bagaimana?”

Ia menyaksikan Xin Shi makin lama berjalan menjauhinya. Ia terus berpikir dan berpikir dan akhirnya mendapat ide, “Xin Shi dengan wajahnya yang tampak sakit terlihat cantik oleh orang-orang , pasti baik jika aku berjalan di belakangnya dan berpura-pura sakit juga seperti dia. Mungkin hanya dengan cara ini orang juga bisa melihat kecantikanku.” Lalu, ia tersenyum gembira dan berlari supaya tidak terlalu jauh dari Xin Shi. Ketika ia berjalan mengikuti Xin Shi, ada seorang nenek tua. Lalu Dong Shi segera berpura-pura sakit.

Waktu nenek itu memperhatikan orang yang berjalan di belakang Xin Shi, dan ternyata adalah Dong Shi, nenek tua itu ingin menolongnya. “Nona Dong Shi kamu sakit apa?” tanya nenek itu. Dong Shi pun balik bertanya kepada nenek tua itu, “Nenek, jika penampilanku seperti ini apakah aku tambah cantik seperti Xin Shi?”

Waktu nenek itu mendengar pertanyaan itu, ia jadi mengerti bahwa Dong Shi cuma berpura-pura sakit. Nenek tua itu pun tidak dapat menahan tawanya, dan ia tertawa lepas sekali. Setiap kali bertemu orang, Dong Shi selalu mendapat respon yang sama, orang pada tertawa. Dong Shi berpikir orang-orang mulai memuji dan menyukainya, tetapi lama-kelamaan ia paham bahwa orang-orang mengejeknya. Akibatnya, dengan marah ia bertanya kepada orang-orang banyak yang kebetulan berkumpul di suatu tempat, “Kenapa kalian menertawakanku? Bukankah kalian berpendapat wajah Xin Shi yang sakit juga terlihat cantik. Kenapa waktu wajahku tampaknya sakit kalian tidak menyebutku cantik?” Ketika mendengar ucapan Dong Shi mereka pun berhenti tertawa.

Di antara orang tersebut ada yang menyahutnya, “Gadis bodoh, Xin Shi pada dasarnya memang sangat cantik. Jadi, walaupun dia tampak pucat dan kesakitan ia tetap kelihatan cantik. Kamu bukanlah Xin Shi. Kalau kamu berpura-pura sakit seperti ini bukan tambah cantik, tetapi tambah jelek!”

Wajah Dong Shi merah padam saat mendengar perkataan orang itu. Dong Shi malu dan akhirnya mengetahui bahwa perkataan dan tanggapan orang yang ditemuinya itu benar. Akhirnya ia berlari dengan cepat pulang ke rumah. Mulai saat itu ia tidak lagi ingin meniru wajah Xin Shi yang tampak kesakitan karena ia sudah tahu dengan pasti Dong Shi bukanlah Xin Shi.

Sejak saat itu orang di negeri China selalu mengatakan orang yang suka meniru orang lain dengan sebutan Dong Shi Xiao Pin.

Mutiara Hikmat :

Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri. tidak perlu merasa iri karena orang memuji penampilan orang lain dan tidak terlalu memuji penampilan diri kita. belajar mengakui kelebihan orang lain dan memperbaiki kekurangan diri sendiri itu sering membuat hidup akan lebih baik ketimbang iri terhadap kelebihan orang lain dan berusaha untuk menjadi orang lain atau bahkan menjelekan orang lain.

Diri kita di ciptakan sama berharganya dengan orang lain, kita pasti punya kelebihan tersendiri. Oleh karena itu, Kelebihan yang ada yang kita miliki perlu kita asah dan kembangkan dengan baik. Jika kita mencoba meniru-niru supaya mirip dengan orang lain maka hasilnya kemungkinan besar adalah orang menertawakan kita karena kita akan tampak mengelikan.

 

Terima kasih

Life Excellent Ceter

 

 

Mengelola Energi, Waktu, adalah Pembaruan Kunci Kinerja Tinggi dan Pribadi

The Power of Full Engagement:

Mengelola Energi, Waktu, adalah Pembaruan Kunci Kinerja Tinggi dan Pribadi

 

Source : http://www.leadershipnow.com

 

 

Kita hidup dalam waktu yang digital. Kecepatan kami dituntut untuk cepat dan tak kenal lelah. Menghadapi beban kerja, kami mencoba untuk menjejalkan sebanyak mungkin aktivitas ke dalam hitungan hari. Kita seperti kabel, cepat menghantar panas tapi kami sedang meleleh. Manajemen waktu tidak lagi menjadi solusi yang layak. Penulis buku laris Jim Loehr dan Tony Schwartz menunjukkan dalam bukunya untuk mengelola energi, bukan waktu, adalah kunci untuk kinerja tinggi abadi serta keseimbangan kesehatan, kebahagiaan, dan kehidupan.

 

Jumlah jam dalam sehari adalah tetap, tetapi kuantitas dan kualitas energi yang tersedia bagi kita tidak tetap. Ini pemahaman mendasar  yang memiliki kekuatan untuk merevolusi cara Anda menjalani hidup. Pendekatan The Power of Engagement Full, sangat praktis dan berbasis ilmiah untuk mengelola energi Anda lebih terampil baik di dalam dan di luar pekerjaan.

 

Pendekatan ini memberikan analogi Corporate Athlete® Training System. Hal ini didasarkan pada pengalaman penulis selama dua puluh lima tahun bekerja dengan beberapa atlet terhebat di dunia untuk membantu mereka tampil lebih efektif di bawah tekanan persaingan brutal. Penulis memasukkan Jim Courier, Monica Seles, dan Arantxa Sanchez-Vicario di tenis, Mark O'Meara dan Ernie Els dalam golf, Eric Lindros dan Mike Richter di hoki, Nick Anderson dan Grant Hill di basket, dan peraih medali emas Dan Jansen dalam kecepatan skating.

 

Selama dekade terakhir, puluhan perusahaan membayar ribuan dolar untuk mempelajari Corporate Athlete® Training System ini. Jadi memiliki FBI swat tim, dokter perawatan kritis dan perawat, salesman, dan tinggal di rumah ibu. The Power of Full Engagement menjabarkan prinsip-prinsip utama dan menyediakan langkah-demi-langkah program yang akan membantu Anda untuk:

·         Memobilisasi empat sumber utama energi

·         Saldo pengeluaran energi dengan pembaruan energi intermiten

·         Memperluas kapasitas dalam cara sistematis seperti yang dilakukan para atlet elite

·         Buat yang sangat spesifik, ritual manajemen energi positif

 

Above all, this book provides a life-changing road map to becoming more fully engaged on and off the job, meaning physically energized, emotionally connected, mentally focused, and spiritually aligned.

 

Cara ini memberikan peta yang akan mengubah jalan hidup untuk menjadi lebih terlibat penuh pada pekerjaan ataupun di luar pekerjaan, memaknai energy dari fisik, terhubung secara emosional, mental fokus, dan spiritual yang selaras.

 

 

TIM YANG EFEKTIF ITU TAK SEKEDAR KENAL

Pada suatu kesempatan, penulis pernah menyaksikan simulasi bisnis di acara training para manager suatu perusahaan. Pada simulasi tersebut, setiap tim yang mengelola satu perusahaan diharapkan mampu menun- jukkan performance perusa- haan yang dikelolanya secara baik selama beberapa periode simulasi. Setiap tim terdiri dari beberapa orang dari berbagai latar belakang pendidikan, pengetahuan dan unit bisnis yang berbeda-beda (tetapi masih dalam satu group perusahaan). Jelas terlihat bahwa, selain harus mampu mengelola perusahaan yang digunakan dalam simulasi tersebut mereka juga dituntut harus mampu bekerjasama secara tim.

 

Ketika pertama kali dilakukan pembentukan kelompok, terlihat ada kelompok-kelompok yang senang  dan ada juga kelompok-kelompok yang kecewa. Kelompok  yang dikelompokkan dengan orang-orang yang cocok/serasi dan sudah saling kenal terlihat begitu senang. Sementara itu, kelompok yang dikelompokkan dengan orang-orang yang dirasa kurang cocok/serasi dan belum saling mengenal dengan baik terlihat diam, kecewa dan mengeluh-mengapa dikelompok- kan dengan orang-orang tersebut? Di awal pembentukan kelompok, kelompok yang merasa senang merasa di atas angin dan yakin akan menjadi tim pemenang. Sebaliknya, kelompok yang kecewa merasa pesimis untuk menjadi tim pemenang.

 

Apa yang terjadi selama simulasi bisnis berlangsung? Kelompok yang di awal pembentukan kelompok merasa senang tadi ternyata terus ribut, berdebat tanpa mau saling mendengarkan pendapat rekan-rekannya satu tim. Pendapat rekan satu tim sering diremehkan dan bahkan sering dijadikan bahan lelucon di dalam kelompok. Beda halnya dengan kelompok yang tadinya kecewa. Meskipun sedikit kecewa, mereka terpaksa harus mengikuti simulasi dan tetap beranggotakan kelompok yang sudah ditentukan. Di awal simulasi, mereka mencoba untuk saling mengenal sesama anggota kelompok (bukan hanya sekedar kenal nama, tetapi sikap, perilaku dan trust). Pada awal simulai terlihat mereka mulai mencoba saling menyatukan nilai-nilai, saling menjaga perasaan, mau mendengarkan dan menghargai pendapat rekannya. Tidak ada yang mencoba untuk mendominasi pembicaraan. Apa yang terjadi di akhir simulasi? Kelompok yang tadi sempat merasa kecewa inilah yang menjadi pemenang. Apa yang menarik untuk diamati dari cerita di atas? Ternyata, suatu tim yang efektif bukanlah semata disebabkan oleh karena para anggota tim sudah saling mengenal dan cocok saja. Banyak faktor-faktor lain yang harus diperhatikan untuk dapat menghasilkan suatu tim yang efektif.

 

Di akhir sesi simulasi, penulis sempat berbincang-bincang dengan para peserta yang mayoritas adalah para manager dari suatu unit bisnis yang berbeda-beda. Dari hasil pembicaraan terdengar komentar “pada awal pembentukan kelompok, kami memang sudah pesimis untuk menjadi pemenang. Tetapi, tanpa disadari, secara alamiah kami merasakan ada suatu kelemahan di tim kami yaitu belum saling mengenal dengan baik diantara sesama anggota tim dan merasa disepelekan oleh tim lain. Dari situasi ini, muncullah sikap dan perilaku kami yang saling menghargai dan mendengar- kan pendapat rekan satu tim. Tidak ada yang merasa lebih tahu, lebih pintar dari yang lain”. Beda lagi halnya dengan komentar kelompok yang tadinya sudah merasa saling kenal, cocok dan merasa akan menjadi tim pemenang, mengatakan: “Di awal kami merasa senang karena bisa berkumpul dengan orang-orang yang memang sebelumnya kami sudah saling mengenal, sehingga kami berpikir bahwa kami adalah tim yang serasi dan akan menjadi pemenang. Ternyata selama beberapa kali sesi simulasi, yang terjadi pada tim kami adalah saling olok-mengolok, menertawakan pendapat rekan dan berdebat tentang hal-hal yang mestinya tidak perlu diperdebatkan. Lebih banyak ha-ha-hi-hi dari pada menghargai, memper- hatikan pendapat rekan dalam satu tim”. Pada akhirnya bukan kemenangan yang dicapai, tapi hanya sebatas bisa meramaikan kelas,terlihat seru membahas kasus dan melakukan simulasi (karena lebih ramai dengan perdebatan). Tidak fokus dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Lupa bahwa dalam simulasi tersebut juga sangat perlu memper- hatikan sisi-sisi kemanusiaan dan kerjasama tim. Kerjasama tim (teamwork) bukanlah berarti kita masuk dalam team dan membiarkan rekan-rekan lain yang work (bekerja) atau bukan pula menyamartikan “kerja sama” dengan “sama-sama kerja”.

 

Tim yang efektif bukanlah sekedar persoalan saling kenal dan bisa ha-ha-hi-hi. Tim yang efektif membutuhkan saling pengertian, saling menghargai pendapat orang lain. Mengurangi dominasi dalam tim dan sadar akan kelemahan dan keterbatasan masing-masing. Kesadaran akan kelemahan-kelemahan ini kemudian memunculkan semangat kesa- tuan; merasa senasib dan sepenanggungan. Saling menguatkan, bukannya saling memojokkan apalagi mener- tawakan pendapat rekannya (karena merasa sudah akrab).

 

Dalam kerjasama tim, perhatian juga bukan semata-mata berkaitan dengan persoalan perhitungan angka-angka yang akan diselesaikan/dipecahkan. Lebih dari itu, kerjasama tim membutuhkan perhatian terhadap sisi-sisi hubungan antar manusia di antara anggota tim yang ada. Tanpa hal ini, makayang sering muncul adalah perdebatan destruktif, beradu pengetahuan, pengalaman dan pendidikan. Jika ini yang terjadi, bukannya masalah akan terselesaikan dengan baik, justru akan membuat masalah semakin sulit. Dampaknya lebih jauh adalah rusaknya hubungan yang selama ini sudah akrab dan harmonis. 

 

Hal lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kejasama tim adalah suatu tim sering terkecoh dengan pesaing-pesaing yang ada di luar timnya. Pikiran dan fokus lebih sering ditujukan pada menyalahkan, memusuhi dan menghancurkan pesaing. Aktivitas pesaing sering menjadi momok yang menakutkan dan membuat tim kita sendiri seperti orang “kebakaran jenggot”. Padahal, visi dan misi masing-masing tim belum tentu sama. Bahkan, tidak selamanya pesaing di luar sana adalah benar-benar pesaing, bahkan sebenarnya kita bisa bersinergi dan bekerjasama untuk mendapatkan win-win situation. Kesalahan yang juga sering terjadi pada suatu tim adalah bukannya berusaha untuk membenahi diri, memperkuat diri dari dalam tim dan fokus dengan tujuan tim, tetapi asyik sibuk untuk mengalahkan kelompok lain. Mereka lupa bahwa dengan memperbaiki diri/tim dari dalam akan berdampak besar pada daya saing tim itu sendiri.

 

Herdianto Purba

 

 

Makna Kompetensi dan Persaingan Bagi Anak

Akhir-akhir ini topik tawuran sedang menjadi topik yang hot. Berbagai pihak ikut meramaikan masalah ini dengan memberi komentar, yang positif maupun yang negatif, malah banyak yang menuding kesalahan ini terjadi akibat kelalaian pihak tertentu, dalam hal ini sekolah dan guru sebagai pihak otoriter karena yang tawuran itu murid sekolah! Akar dari semua itu bisa saya simpulkan berangkat dari adanya persaingan (sehat tidak sehat). Lantas muncul banyak pihak mempersalahkan kurikulum kita, menyalahkan mengapa sampai terjadi persaingan. Pro dan kontra terus bergulir: apakah persaingan itu sendiri tidak baik dan hanya merusak mental pelajar? Kalau persaingan ditiadakan apakah kemudian para pelajar tidak termotivasi untuk melenjitkan potensi diri melebihi potensi orang lain?

 

Kata kompetensi dan persaingan berasal dari akar kata COMPETE, yang berarti bersaingan, berlomba atau usaha untuk mengalahkan pihak lain. Kata COMPETE setelah mendapat akhiran menjadi kata COMPETENCE, makna keduanya menjadi berbeda sama sekali. Competence atau kompetensi berarti mempunyai kemampuan, skill, keahlian di bidang tertentu. Contoh makna kompetensi misalnya:

·        Uji kompetensi guru berarti menguji kemampuan seorang guru untuk mengajar di bidangnya. Ujian ini yang akhir-akhir ini juga sedang marak menghiasi media cetak kita di tanah air.

·      Murid perlu menunjukkan kompetensinya di mata studi tertentu untuk menunjukkan bahwa ia telah memahami, menguasai apa yang telah ia pelajari. Salah satu barometer yang digunakan (atau mungkin satu-satunya!) adalah melalui ujian atau ulangan, sidang skripsi.

·       Uji Kompetensi Hakim (UKH) berarti menguji kelayakan seseorang menjadi hakim yang adil, bijak agar mampu mengemban tugas berat yang diberikan karena menyangkut nasib orang lain.

Di artikel ini saya membatasi bahasan kompetensi hanya di dunia pendidikan dan anak didik. Ada hubungan yang sangat relevan antara persaingan dan kompetensi anak. Anak bersaing merupakan suatu perilaku. Para psikolog mengatakan bahwa perilaku bisa merupakan bawaan (nature) dan hasil didikan (nurture).

 

Perilaku Alamiah (Nature)

Ketika seorang anak dilahirkan, secara alamiah instink dia untuk mempertahankan kelangsungan hidup, kenyamanan dan keamanan dia telah ada. Ini bisa kita lihat saat anak ini mendapat adik baru atau adanya kehadiran anak lain yang seusia ia atau lebih kecil/besar dan orang tuanya memuji, memperhatikan atau menggendong anak tersebut. Secara naluri dia akan merasa terancam dengan kehadiran anak baru itu dan tingkah laku yang diperlihatkan pada saat itu bisa berupa: ngambek, mencakar, menjambak, memukul, cemberut diam seribu bahasa atau menangis. Hal ini ia lakukan karena ia ingin perhatian orang tuanya murni tercurah kembali kepadanya.

 

Perilaku Hasil Didikan (Nurture)

Seorang teman saya mengatakan anak adalah video recorder terbaik di dunia. Anak akan merekam semua ucapan yang Anda ucapkan, perbuatan yang Anda lakukan, perasaan yang dia rasakan dan memutar kembali semuanya tanpa salah sedikitpun. Dan sejalan dengan perkembangan umur dan kemampuan berpikirnya, ia akan mengembangkan apa yang telah ia rekam: apa yang ia dengar, lihat dari Anda dan apa yang ia rasakan saat itu! Ia akan mempunyai persepsi, nilai yang dibentuk di benaknya sendiri dan semua itu akan tertuang kembali dalam bentuk perilaku. Ada orang tua yang kemudian berkata: “Dari mana ya dia belajar itu semua? Tidak mungkin kami mengajarkan yang jelek-jelek kepadanya.” Lebih parah lagi bila orang tua tersebut tidak mau introspeksi diri dan kemudian melemparkannya kepada baby-sitter, orang tua/mertua atau orang yang membantu mengasuh anak tersebut.

 

Sudahlah, itu mengenai perilaku. Mari kita fokuskan kepada kompetensi. Kompetensi penting sekali bagi seorang anak karena kompetensi adalah barometer ia berhasil mempelajari sesuatu yang berguna bagi masa depannya, meningkatkan harkat - martabat dan kemandiriannya kelak. Tapi apa cara pengukuran yang paling efektif? Apa barometer yang benar-benar akurat?

 

Orang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahan yang ada. Selama ini barometer yang digunakan adalah nilai! Bila seorang anak mencapai nilai tinggi atau ranking pertama di kelas, dia dianggap kompeten. Maka para orang tua berlomba memberikan anak-anak mereka pelayanan pendidikan yang baik. Nursery dan playgroup sampai dengan Taman kanak-kanak, juga tingkat selanjutannya pun berdiri dengan berbagai rupa, di kota hingga ke desa. Jenis tawaran bentuk pendidikan pun beraneka ragam. Mulai dari yang puluhan ribu hingga jutaan rupiah per bulannya, ada yang menggunakan Rupiah, ada yang menggunakan US dollar. Kursus-kursus kilat untuk anak-anak pun juga bertaburan di berbagai tempat. Dari kursus yang berjanji dapat membuat otak anak cerdas, menggunakan otak kiri-kanan-tengah, pintar berhitung, cakap cas cis cus dalam berbagai bahasa, hingga fisik kuat dan sehat melalui kegiatan menari, main musik dan berenang. Dunia pendidikan saat ini betul-betul memasuki era penuh kegairahan. Penuh tawaran yang menggiurkan yang terkadang menguras isi kantung orangtua...namun orang tua tidak keberatan. Kata mereka: “Demi masa depan anak.” …. “Untuk siapa lagi kita cari uang kalo bukan untuk mereka.”

 

Ya, orang tua jaman sekarang memang gampang merogoh saku mereka bila itu untuk putera puteri mereka. Berbeda dengan beberapa dekade yang lalu. Ada beberapa hal yang mendasari tindakan orang tua. Satu, karena anak-anak dalam suatu keluarga jauh berkurang dibanding dengan keluarga di era 1950-60an di mana dalam satu keluarga bisa ada 10-15 anak dari satu ayah dan satu ibu. Keluarga sekarang hanya ada satu atau dua anak. Jaman sekarang juga kebanyakan suami isteri berperan sebagai pencari nafkah sehingga kesejahteraan keluarga di bidang materi terjamin. Keluarga-keluarga ini mampu membiayai pendidikan anak-anaknya, formal maupun informal.

 

Hal kedua lebih bersifat psikologis. Pasangan orang tua yang mencari nafkah merasa ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk putera-puteri mereka. Untuk itu berapapun biayanya mereka akan berusaha memenuhi, sebagai pengganti kehadiran mereka dalam peranan mendidik anak. Di jaman sekarang iklan dalam berbagai bentuk berusaha mencapai orang tua seperti ini, mereka tidak segan-segan menjanjikan hasil yang amat menakjubkan dengan menggunakan berbagai metode pendidikan.

 

Hal lainnya adalah keinginan orang tua agar putera-puteri mereka menjadi anak super. Anak-anak dipaksa menjadi lebih cepat matang, lebih cepat dewasa dari pada umur mereka. Kadng saya terenyuh melihat orang tua yang demikian. Mereka tidak segan-segan mendaftarkan anaknya pada nursery yang berjanji bisa mengajar anak mereka yang berusia 1 tahun untuk mampu membaca. Tanyalah pada dokter-dokter, apakah mata bayi berumur satu tahun sudah waktunya dipaksa fokus untuk mngenal alphabet dan membaca. Mungkin hanya di Indonesia hal ini terjadi, namun program ini laris manis untuk ditawarkan kepada orang tua.

 

Perilaku orang tua yang berlomba-lomba untuk membentuk anaknya menjadi anak super, tidak mau kalah dengan temannya yang anaknya mampu ini dan itu, ditafsirkan anak sebagai persaingan. Mereka belajar persaingan dari orang tua mereka. Mereka mencerna bahwa bila ingin diakui, dihormati dan disegani seseorang perlu punya kelebihan yang bisa dilihat, didengar, diperlihatkan dan dibuktikan. Mereka memaknai kompeten sebagai kompetensi!

Anak-anak yang dipaksa matang sebelum waktunya akan berdampak pada perkembangan emosi dan psikisnya. Mungkin secara intelektual tidak bisa diragukan. Terbukti sering kita dengar: “Anak-anak sekarang pintar-pintar ya?” Namun emosi mereka belum berkembang sejalan dengan intelektualnya. Mereka labil, dan hal itu muncul dengan sikap mereka yang acuh, pembangkang, tidak mau bergaul dan sejumlah permasalahan. Semua itu muncul sebagai keinginan batin mereka untuk berkominaksi keada orang tua mereka: “Saya ingin didengarkan, diperhatikan dan saya belum siap dengan pengetahuan yang saya pelajari dan ketahui!”

 

Saat ini pemerintah, para tenaga pendidik, pemerhati pendidikan sedang merencanakan menyusun kurikulum baru yang lebih bersahabat dengan siswa di setiap jenjangnya.  Apa yang diharapkan dari kurikulum baru? Kurikulum baru idealnya memperhatikan minimal kebutuhan dan dunia anak zaman sekarang. Semoga kurikulum pendidikan yang baru tidak lagi terlalu menekankan segi kognitif. Para siswa tidak hanya terbatas pada mencari nilai angka, namun lebih mengajarkan mereka kemampuan menganalisis secara kritis dan mendalam suatu bahan, mampu berpikir kreatif dan mempunyai nilai karakter yang kuat.  Anak-anak, terutama di usia muda, amat membutuhkan nilai karakter yang kuat agar mereka kelak menjadi manusia Indonesia yang mandiri, bermartabat, cinta tanah air dan penuh kasih sayang kepada sesame, serta mampu menerima perbedaan, mengingat kaya dan beragamnya budaya bangsa Indonesia.

 

Kita perlu memperjelas tujuan pendidikan pada jenjang masing-masing SD, SMP, SMA. Harapan yang ingin dicapai bila anak lulus SD, SMP, dan SMA harus jelas dan realistis? Kita boleh saja tetap menuntut kompetensi dari mereka sebagai bukti bahwa mereka telah paham dan menguasai apa yang telah dipelajari di setiap jenjang pendidikan.  Yang sangat perlu ditekankan adalah mereka memahami kompetensi itu berbeda dengan bersaing. Boleh saja mereka ingin lebih baik, itu semangat yang sangat bagus. Tugas orang tua, pendidik dan edukator ada baiknya sedari dini mengubah paradigma mereka. Menjadi lebih baik itu tidak berarti lebih kuat, lebih pintar, lebih kaya, lebih dari pada orang lain.

 

Semoga kurikulum yang baru membuat mereka mengerti arti kompetensi Saya Lebih Baik (I AM BETTER) itu berarti saya hari ini lebih baik, lebih sehat, lebih pintar dari pada saya yang kemarin! Mulailah sedari dini menanamkan kepada mereka arti konsep ‘lebih baik’ itu. Dengan begitu secara otomatis mereka juga akan berusaha menjadi lebih baik setiap harinya. Tanpa perlu mengalahkan orang lain secara menggebu-gebu bukan? Tujuan sekunder lain yang bisa tercapai antara lain: anak paham nilai sehat jasmani dan rohani, anak mau berempati dan mengakui kelebihan orang lain secara lapang dada, anak temotivasi memperbaiki diri sendiri dengan mengubah perilaku diri sendiri yang kurang baik.

 

Semoga para penyusun kurikulum yang baru untuk tahun 2013 bersedia mempertimbangkan usul ini. Tanggung jawab mendidik anak Indonesia tidak hanya merupakan tugas Menteri Pendidikan, kaum guru, para edukator, orang tua dan pemuka agama. Kita tidak bisa membebankannya hanya kepada sekolah dan guru. Alangkah tidak adilnya bila status suatu sekolah harus diturunkan bila ada murid dari sekolah itu tawuran. Pemerintah lepas tangan. Orang tua menganggap selama anak ada di jam sekolah maka tugas dan tanggung jawab mendidik adalah tugas guru dan sekolah. Kita tidak boleh lupa bahwa perlaku seorang anak tercipta dari berbagai unsur.

 

Proses pendidikan adalah suatu proses yang berlangsung seumur hidup, dimulai pada saat ia dilahirkan. Hal ini berarti keberhasilan seorang anak terbentuk dari pendidikan yang diterimanya, yakni dari: keluarga, sekolah dan lingkungan atau komunitas di mana anak tersebut tumbuh (dibesarkan). Dan sifatnya adalah jangka panjang dan berkelanjutan. Anak-anak hanya akan tumbuh menjadi pribadi yang matang bila dibesarkan di lingkungan yang berkarakter, sehingga hakekat setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal. Dan karakter yang ini terbentuk dari suatu kebiasaan (habit) yang terus menerus dipraktekkan. Mari kita sadari bahwa semuanya punya andil dalam mendidik, agar bisa menghasilkan insan Indonesia yang lebih baik, yang tidak kalah derajatnya dengan warga Singapura, Amerika Serikat, Australia dsb.  Anak Indonesia juga penuh potensi yang bisa dikembangkan!

 

Penulis: Ling Majaya

 

 

Leveling Dalam Bisnis

Jika anda berfikir membangun bisnis dan mempertahankannya adalah hal yang sulit, anda benar. namun pengusaha yang sukses berfikir bahwa membangun bisnis dan mempertahankannya adalah hal yang mudah, mereka hanya perlu tau trik bagaimana melakukaannya mereka menggunakan jasa Business Coach atau Business Consultant untuk membantu mensistematikakan bisnisnya hingga usaha yang dijalankannya terotomatisasi. Jika tidak maka apa bedanya usaha yang anda jalankan dengan usaha warung di pinggir jalan? Tentu ini bukan keinginan anda bukan?

Seperti kita semua pebisnis ketahui tingkatan membangun usaha pada umumnya adalah sebagai berikut

 

1.       Employee

Ini adalah tingkatan dimana anda masih sepenuhnya bekerja dengan orang lain. Mungkin saat ini anda mulai berfikir untuk segera keluar dan mulai membangun usaha anda sendiri namun belum tau caranya. Di Group Coaching Business Rich anda akan diajarkan bagaimana untuk memulainya anda akan dipandu pula untuk menjalani langkah-langkah yang tersitematis dan mudah sehingga anda siap untuk berwirausaha 

 

2.       Amphibi

Saat ini anda sudah mulai memiliki bisnis sendiri, hanya saja bisnis anda masih belum stabil dan masih rentan untuk dijadikan satu satunya sumber penghasilan. Oleh karenanya anda memutuskan  menjadi amphibi atau masih berstatus sebagai karyawan di sebuah perusahaan namun sudah mulai mengembangkan bisnis.  Sayangnya banyak orang yang menjadi amphibi namun tidak kunjung juga beranjak menjadi full wirausaha karena bisnis yang digelutinya tidak menunjukkan kemajuan dan masih tidak stabil untuk dijadikan sumber income. Hal ini disebakan oleh beberapa hal, salah satunya anda belum memiliki arah dan fokus bisnis yang jelas dan belum tau bagaimana caranya. Daftar Group Coaching Business Rich sekarang. dalam 3 bulan sesi group coaching anda akan melakukan percepatan untuk keluar di jalur amphibi dan masuk ke jalur wirausaha yang sebenarnya.

 

3.       Self Employee

Di fase ini anda sudah tidak lagi menjadi karyawan. Anda bekerja untuk diri anda sendiri penghasilan anda ditentukan oleh kreatifitas anda sendiri. Ini adalah kondisi yang menyenangkan sekaligus mengkhawatirkan. Karena bisnis anda masih tidak stabil kadang anda dapat untung besar sekali namun juga kadang mendapat hasil yang kurang menggembirakan.  Jika bisnis anda saat ini pun masih perlu kehadiran anda agar operasional bisnis anda bisa jalan dan tidak ada orang yang dapat menggantikan kehadiran anda di bisnis ini maka anda masih dala fase bekerja untuk diri anda sendiri. Tidak ada bedanya dengan orang yang membuka toko sembako dan anda sendiri yang masih harus menjaga tokonya. Jika ada tidak ada maka toko anda tutup atau karyawan anda bingung dan selalu menelpon anda. Dan jika waktu anda habis untuk operasional bisnis sehingga tidak sempat melakukan pembenahan bisnis anda berada di fase self employee. Hal ini tidak lebih baik dibandingkan dengan anda menjadi karyawan.

Di level 2 group coaching business standarize anda akan dibimbing bagaimana caranya untuk menstandarisasi bisnis anda sehingga operasional bisnis anda bisa berjalan dengan pengawasan minimal. Bisnis bisa berjalan dengan sendirinya. Tugas anda hanya menjaga arah bisnis anda sesuai dengan  yang anda inginkan. Daftar Group Coaching Sekarang

 

4.       Manager

Di level ini dalam bisnis anda sudah ada pembagian tugas yang jelas, setiap karyawan anda sudah menjalankan tugasnya masing-masing. SOP bisnis sudah dijalankan dengan baik, namun anda masih harus memimpin bisnis anda sendiri. Walaupun dengan pengawasan 40-60 persen bisnis anda. Tugas anda di level ini hanya mengatur dan memastikan semua fungsi bisnis anda sesuai dengan yang direncanakan. Oleh karenanya level ini disebut juga sebagai manager. Di level ini bisnis sudah bisa berjalan tanda kehadiran penuh anda. Bisnis anda sudah siap anda waralabakan tentu dibawah pengawasan anda. Daftar Group Coaching Sekarang anda akan mendapatkan tools Bisnis yang sudah teruji efektif

 

5.       Business Owner

Di level ini bisnis anda sudah sepenuhnya dijalankan oleh orang lain. Anda mempekerjakan seorang CEO atau seorang General manager. Posisi anda adalah pemilik bisnis atau pemegang saham terbesar dan operasional bisnis anda di atur oleh orang lain. Anda hanya memastikan di ahir tahun perusahaan anda untung dan berkembang. Daftar Group Coaching Sekarang

 

6.       Entrepreneurship

Disebut juga dengan konglomerasi, bisnia anda sudah berkembang sedemikian besar sehingga sudah ada beberapa bisnis yang anda miliki, anda menguasai bisnis anda dari hulu sampai ke hilir, bahkan bisnis lanjutan lainnya.  jika anda tau MNC Group, Astra International, Chairul Tanjung Corporation dan perusahaan konglomerasi besar lainnya ini adalah salah contoh bisnis yang sudah memasuki level entrepreneurship. Apakah binis UKM bisa masuk ke level ini? Tentu bisa.  Contohnya usaha Boneka, usaha yang awanya adalah level UKM, namun jika anda juga menguasai pembuatan atau pabrik boneka, anda juga yang memiliki pabrik pembuatan bahan-bahan pembuat boneka, anda juga memiliki perusahaan distribusi, sampai dengan retail toko boneka yang langsung ke konsumen anda, anda sudah memasuki level entrepreneurship di bisnis anda. Daftar Group Coaching Sekarang dan selamat datang di jalur percepatan bisnis 

 

 

Salam 

 

Adang Adha 

 

 

Para Ilmuwan Berhasil Ungkap Rahasia Otak Jenius Einstein

Albert Einstein yang lahir di Jerman, pada tanggal 14 Maret 1879 dan wafat di New Jersey, Amerika Serikat pada tanggal 18 April 1966 (dalam usia 76 tahun) adalah merupakan seorang Ilmuwan fisika teoretis yang dipandang sangat luas sebagai ilmuwan terbesar di abad ke-20.

 

Melalui studi terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Florida State University, mengungkapkan tentang bagian otak Albert Einstein yang berbeda dengan kebanyakan otak manusia lainnya. Ini terkait dengan kemampuan kognitifnya yang luar biasa.

Para Ilmuwan dan tim nya untuk pertama kali mendeskripsikan mengenai keseluruhan bagian cortex otak Einstein dari pemeriksaan 14 foto yang baru ditemukan.

Seperti yang di kutip melalui Machineslikeus, pada hari Jumat (16/11/2012) kemarin, para peneliti telah membandingkan otak Einstein dengan 85 otak manusia “normal” dalam studi pencitraan fungsional. “Meskipun ukuran keseluruhan dan bentuk asimetris otak Einstein adalah normal, namun prefrontal, somatosensory, primary motor, parietal, temporal serta occipital cortices adalah luar biasa,” dan berbeda dengan yang dimiliki oleh orang kebanyakan.

 

Ilmuwan tersebut mengatakan, dengan keunikan tersebut, bisa jadi inilah faktor yang telah memberikan dasar-dasar neurologis untuk beberapa k emampuan visuospatial dan matematika Einstein. Studi yang dilaporkan dalam The Cerebral Cortex of Albert Einstein: A Description and Preliminary Analysis of Unpublished Photographs ini akan diterbitkan pada tanggal 16 November 2012 di jurnal Brain.

Setelah kematian Einstein pada tahun 1955, otak Beliau telah difoto dari berbagai sudut atas izin dari keluarga. Selanjutnya, foto otak sang pencetus teori relativitas umum ini dibagi menjadi 240 blok.

Einstein yang mengemukakan teori relativitas ini telah banyak menyumbangkan hasil ide dan fikirannya bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistika, dan kosmologi yang masih di gunakan hingga sekarang. Tak salah apabila dahulunya Einstein juga pernah dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotolistrik dan pengabdiannya bagi ilmu Fisika Teoritis.

 

Regards, Life for Success

Hendry Risjawan

 

 

Seberapa Pentingnya Tujuan Bagi Kita ?

Hidup menyodorkan terlalu banyak pertanyaan yang tak terjawab, tak  sedikit orang termasuk diri kita mencari tahu apa tujuan hidup ini. Sebagian memikirkannya keras-keras, namun jawaban yang dirumuskan tak jua menentramkan hati. Sebagian yang lain merenungkannya dalam nurani dalam-dalam, namun sang pikiran masih penuh berjuta tanya.

 

Ada orang yang mengaku telah  menemukan dalam akal dan budi hatinya, namun mereka kehilangan itu saat harus melewati hidup sehari-hari. Benarkah tujuan hidup ini bisa ditemukan dengan memikirkannya keras-keras, atau merenungkannya dalam-dalam? Bukankah begitu banyak orang merasa tak perlu sibuk mencari tahu apa jawabannya. Bagi mereka, menjalani hidup
sebaik-baiknya, menikmati setiap detik dengan ketentraman pikiran dan kerendahan hati adalah lebih dari cukup ketimbang setumpuk kalimat jawaban dan pernyataan. Tujuan hidup tak berada di balik kata-kata - seindah apapun kata itu digoreskan - melainkan dalam hidup itu sendiri yang kita temukan sewaktu kita sungguh-sungguh menjalaninya.

 

Terbetik pertanyaan, seberapa penting arti tujuan dalam kehidupan kita? Pabila kita pahami lebih dalam sebenarnya tujuan bukan hanya agar kita memperoleh apa yang kita inginkan,
tujuanpun akan membentuk diri kita. Dan lebih dari itu, tujuan akan mengisi hidup kita dengan makna-makna.
Perpaduan antara harapan dan semangat untuk meraihnya itulah nilai sebuah tujuan. Rangkaian perjalanan sebuah tujuan adalah niat kita untuk menggapai sesuatu bersemilah harapan-harapan, harapan akan menghasilkan keyakinan dan kekuatan yang dasyat dari dalam diri. Kekuatan yang dasyat pastilah berbuah benih ketekunan, benih keberanian, dan benih kedaya-tahanan.

 

Mulailah untuk hargailah setiap detak waktu yang berputar, tanamlah bibit-bibit tujuan disetiap lahan harapan dan berilah ia pupuk benih-benih yang dihasilkan oleh harapan hingga
suatu saat kita kan memperoleh buah manis atas hasil jerih upaya yang telah kita perbuat. Karena memang tujuan yang kita semai akan memberikan segala yang kita inginkan. Ibarat mengendarai sebuah kendaraan, tujuan adalah bagaikan peta yang memberikan arah kemana kita mesti melangkah dengan tujuan akhir yang pasti. Oleh karena itu, tak salah bila kita mulai untuk menata dan menjalin kembali dengan erat teman yang memang memiliki tujuan yang pasti dan membantu kita menggapai keberhasilan dan  kebahagiaan yang kita inginkan.

 

Ketika dikiaskan dalam sebuah ilustrasi, dalam bermain hokey atau sepak bola, kita membutuhkan gol untuk menentukan sebuah kemenangan. Gol adalah upaya yang berhasil. Tanpa gol, tak ada kemenangan dan kejayaan. Dalam hidup pun demikian. Kita harus menetapkan tujuan untuk diri kita sendiri entah apapun pekerjaan yang kita tekuni, apakah itu sebagai praktisi HRD, Terapis, Trainer, Akuntan, Sales, Marketer, Dokter, Psikolog, atau bahkan sebagai kepala rumah tangga dan Perusahaan sekalipun tentunya masing-masing memiliki tujuan yang beragam. Buku-buku manajemen waktu mengingatkan kita  bahwa penentuan tujuan adalah langkah pertama mendapatkan kontrol seiring dengan berjalannya proses. Termasuk banyak buku agama yang kita yakini menjabarkan begitu luas arti kata sebuah tujuan di kehidupan alam dunia ini.

 

Tujuan membentuk rencana kita.  Tujuan mengerahkan energi kita  dan memfokuskan sumber daya kita. Kita perlu menggagendakan tujuan kita dalam catatan. Paling tidak, kita harus menetapkan dua perangkat tujuan: satu untuk karier bisnis kita, dan satu untuk lagi untuk kehidupan kita. Tujuan kita harus mencakup 25, 10, 5 dan 1 tahun jadwal waktu. Tujuan satu tahun
harus dipecah ke dalam langkah-langkah selama 12 bulan. Langkah bulanan harus dirinci ke dalam langkah mingguan. Ciptakan daftar tugas tahunan, bulanan, mingguan, dan harian.
Tuliskan dalam daftar tugas kita berbagai hal yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan. Cantumkan dalam daftar tugas harian kita tindakan tertentu yang mendekatkan kita kepada tujuan jangka panjang. Hal ini membuat kita bisa memiliki target. Jika kita tidak memiliki tujuan, kita takkan mampu meraih apapun. Tujuan mengharuskan adanya target.

 

Seperti Pak Covey pernah berkata, ”Mulailah dengan tujuan akhir” artinya mari kita siapkan catatan-catatan  tujuan, sasaran, serta target kita dahulu sebelum pikiran dan langkah kaki

menelurusi aktivitas  di segala arah tanpa tujuan akhirnya. Evaluasi apa yang telah kita kerjakan dan perbaikilah dengan cermat dan efektif tujuan2 yang ingin dicapai di tahun berikut. Dan

berusaha tuk selalu hadirkan passion, love, spirit, patience, sincerity, and pray to GOD di setiap singsingan lengan dan derap langkap mencapai tujuan. Selamat membuat catatan tujuan serta

Sasaran Anda...... dan sukses! (catatan : Mohamad Yunus)

 

Have a positive day!


Salam Inspirasi,
Mohamad Yunus, CPHR, CHT, MNLP

 

 

Kenali Gaya Kerja Anda

Di tempat kerja, hubungan dengan lingkungan sedikit banyak berpengaruh terhadap prestasi kerja. Hubungan dengan lingkungan dipengaruhi dengan bagaimana bentuk interaksi ketika menyelesaikan pekerjaan, maupun hal yang terkait dengan persoalan di luar pekerja.

Bentuk interaksi ketika menyelesaikan pekerjaan dengan atasan, rekan kerja maupun bawahan dikenal dengan istilah gaya kerja.

Gaya kerja dibedakan menjadi 5 tipe yaitu commanding, marginal, indifferent, humanistic dan enlighting.

Seseorang dapat mengetahui kecenderungan gaya kerja yang dominan melalui kuesioner sebagai alat ukur. Dengan mengetahui gaya kerja, seseorang dapat menggunakan kelebihan dan memperbaiki kelemahan.

Commanding
- Gaya kerja commanding atau dikenal juga dengan gaya kerja memerintah. Gaya kerja ini berorientasi pada kekuasaan.
Hubungan kerja didasarkan pada pola atasan dan bawahan.

- Orang dengan gaya kerja ini cenderung merasa benar sendiri. Gaya kerja ini biasanya diperlukan pada saat keadaan kritis yang memerlukan pengambilan keputusan secara cepat.


Marginal
Gaya kerja marginal berorientasi pada aturan yang harus dipatuhi dan perintah dari atasan. Orang dengan gaya kerja ini biasanya hanya mengikuti perintah dan tidak kreatif. Gaya kerja ini diperlukan pada tempat kerja yang memerlukan orang tipe hanya do-er atau pelaksana.

Indiffirent
- Gaya kerja indifferent atau masa bodoh hanya berorientasi pada tugas sendiri. Seseorang dengan gaya kerja dominan indifferent hanya fokus untuk menyelesaikan kewajibannya tanpa peduli pada keadaan sistem secara keseluruhan.
- Gaya kerja ini akan tepat diterapkan pada tempat kerja dengan tipikal pekerjaan tak saling bergantung satu dengan lainnya.

Humanistic
- Gaya kerja humanistic adalah gaya kerja yang berorientasi pada perasaan. Seseorang dengan gaya kerja ini cenderung untuk menghindari keributan di tempat kerja akibat konflik. Berbeda pendapat adalah sesuatu yang sangat dihindarkan.
- Kekurangan dari gaya kerja ini adalah tidak bisanya diambil keputusan secara tegas, apalagi bila waktunya mendesak. Sedangkan kelebihannya adalah membina hubungan yang baik dan kekompakan personil di tempat kerja.

Enlighting
- Gaya kerja enlighting merupakan gaya kerja yang dipandang paling ideal untuk diterapkan secara umum. Gaya kerja ini berorientasi pada prestasi atau keberhasilan bersama.
- Kelebihan gaya kerja ini pada diskusi, proses sharing ide, evaluasi bersama, dan teamwork yang kuat. Gaya kerja ini akan sesuai dengan tipikal pekerjaan yang melibatkan banyak personil dengan peranan sejajar.
- Penerapan gaya kerja sangat ditentukan juga oleh tempat kerja dan tipikal pekerjaan. Tidak ada gaya kerja yang paling baik, tetapi hanya ada gaya kerja yang paling sesuai.

 

HENDRY RISJAWAN

 

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger