PERUBAHAN itu bikin STRESSSssSSS!

 

 

 

 

 

By: Hari SUbagya

 

Anda pernah mendengar lagu Stress Karya Bang H. Rhoma Irama? Walau Anda bukan penggemar dangdut, atau penggemar namun masih malu malu, saya yakin sudah pernah mendengar lagu ini, baik sengaja maupun tidak sengaja. Saya mencermati lirik lagu ini justru ketika lagu ini "dinyanyikan" oleh kelompok musik Rock Metallica. Anda mungkin heran, namun kalau tidak percaya boleh buka link ini :

 http://www.youtube.com/watch?v=vhcJIQ5WmDg&feature=results_main&playnext=1&list=PL76641D413ECDB3DD

Saya kemudian mencermati lirik lagu itu dan menemukan penyebab stress versi Bang Haji. Apa penyebab stress? Menurut beliau penyebabnya adalah:

  •  Persoalan Kehidupan
  •   Persoalan Keuangan
  •   Terlalu Sibuk kerja
  •   NGANGGUR terlalu lama
  •   Kekasih main Gila
  •   Kenakalan remaja

 

Coba simak liriknya:

  • Stress... (stress...)
  • Kerap melanda manusia
  • Tak peduli miskin ataupun kaya
  • Banyak orang yang stress
  •  
  • Stress... (stress...)
  • Seakan tengah mewabah
  • Tak peduli tua ataupun muda
  • Banyak orang yang stress
  •  
  • Pertumbuhan penduduk semakin padat
  • Dan persaingan hidup semakin ketat
  • Dan kemajuan jaman semakin pesat
  • Akhirnya kebutuhan semakin meningkat
  •  
  • Bukan hanya persoalan kehidupan
  • Bukan hanya persoalan keuangan
  •  
  • Terlalu sibuk kerja bisa bikin stress
  • Nganggur terlalu lama juga bikin stress
  • Kekasih main gila, bisa, bisa stress
  • Kenakalan remaja bisa bikin stress
  •  
  • Lapangkan dada benahi masalah kepada Tuhan
  • Panjatkan doa, tawakkallah dan sabarlah
  •  
  • Stress... (stress...)
  • Obatnya iman dan taqwa
  • Serta mensyukuri apa adanya
  • Pasti tak akan stress

Apakah Benar yang dinyatakan Bang Haji? Sepertinya masuk akal, namun keingintahuan saya tidak berhenti kemudian saya mencari buku buku yang berhubungan dengan masalah stress ini, begitu juga dengan sumber sumber lain termasuk hasil survey dan riset dari para pakar yang fokus dan serius menekuni masalah ini secara akademis bisa dipertanggung jawabkan.

Menarik!

Akirnya saya menemukan temuan yang sangat lengkap dari  Holmes and Rahe yang membuat skala penyebab penyebab stress.Memang apa yang direnungkan Bang Haji tidak salah dan cenderung sama walau dengan bahasa yang bersajak rima dan indah didengar. Tidak sama persis namun erat hubunganya dengan penyebab penyebab yang di survey dari riset Holmes & Rahe.

Kemudian Saya menelusuri satu demi satu penyebab stress dari puluhan penyebab stress. Wow! Ternyata memang benar CHANGE adalah penyebab stress terbanyak. Kata CHANGE berderet disana sebagai penyebab stress termasuk kata yang mirip yaitu revision dan sejenisnya. (perhatikan gambar)

Inilah sebabnya CHANGE banyak yang ogah ogahan, males malesan, tunda tundaan sampai ada yang mendengar kata CHANGE langsung batuk pileknya kambuh. Bayangkan saja bila seorang staff purchasing sudah 25 tahun bekerja dalam posisi yang sama? Perubahan sedikit saja sudah akan membuatnya stress.

Paling tidak ada dua hal yang membuat CHANGE menjadi penyebab stress. Pertama: Ketidak Pastian. Ketidak pastian ini telah menjadi hantu yang mengerikan, padahal besok atau dua jam lagi juga semuanya masih misteri. Penuh ketidak pastian. Kita tidak akan tahu apa yang akan  terjadi di depan. Justru sebaiknya kita berusaha meng-create apa yang seharusnya terjadi untuk diri kita, perusahaan kita ke depan.

Yang kedua: masalah POLA. Kebiasaan kebiasaan membentuk pola dan akhirnya menjadi terlalu fokus seakan akan tidak ada cara lain, tidak ada tempat lain, tidak ada jalan lain, kecuali pola pola yang sudah dan selalu dilakukannya. Tentu layaknya sebuah habit, terlalu sering dan terlalu lama akan semakin kuat.

Perubahan benar benar bisa membuat stress! Namun demikian PERUBAHAN itu Pasti, karena tanpa kita berinisiatif membuat perubahan, kitalah yang terseret dan diubah oleh perubahan itu sendiri. Lalu apa pilihan kita? Tentu saja tetap melakukan PERUBAHAN namun meminimalisir STRESS.

Bagaimana caranya?

Kita belajar dari Tuhan memberi inspirasi kita. Kalau makan duren ingin hilang baunya, maka cucilah dengan air yg ditampung dikulitnya. Kalau diabetes kebanyakan Gula, ternyata daun tebu yang direbus diperccaya mengobati diabetes. Saya punya tetangga yang terbukti dengan resep ini. Bahkan Kalau Air teh kita tercemplung lalat, maka jangan dibuang nanti mubazir, tenggelamkan saja lalat itu, kemudian akan aman, karena ada penawarnya di tubuh lalat atas racun  atau penyakit yg kita kawatirkan. Bahkan dalam meeting saya sore tadi dengan Indofood dan KSE, Bapak Jarwo dari Indofood sempat mengatakan kalau digigit ular, maka obatnya adalah minta ular itu menggigit lagi. (Kalau tidak percaya coba saja, karena ilmu itu memang mahal. Hahahaha. Kalau yang ini Pak Jarwo yang bertanggung jawab) Nah, kita juga akan mengobatinya dengan penyebabnya. yaitu Ketidak pastian dan pola.

Sebaiknya disadari ketidak pastian itu hal yang wajar, bahkan sebuah seni tersendiri untuk mengatasi. Ketidak pastian itu ada ancaman namun juga ada peluang. Yang tidak siap menjadi ancaman, yang siap dan proactive akan menjadi peluang. Justru mindset kita adalah memanfaatkan ketidak pastian ini sebagai senjata kesuksesan diri maupun organisasi.

Yang kedua dengan pola. Sering merubah pola itu juga sebuah pola, namun sudah lebih fleksible dan siap menghadapi dan menyikapi perubahan. Ya latihan ubah pola! Berangkat kantor melalui jalur yang beda, makan siang pindah tempat, mencari hiburan yang beda, mencari komunitas baru, pergi ke lain kebiasaan, kalau selama ini ke Mall terus, cobalah berekreasi ke tempat pembuangan limbah, bahkan kalau anda naik kendaraan pribadi terus, ada bagusnya mencoba kendaraan umum sesekali, dan seterusnya dan seterusnya termasuk didalam sebuah organisasi bisa merotasi karyawan, dan memberi stimuli stimuli berbeda dari tahun ketahun.

Ya itulah penyebab stress! dan PERUBAHAN itu memang membuat stress, namun skalanya tidak masuk dalam top ten, jadi masih stress yang sehat dan menarik untuk selalu dilakukan.

Semoga artikel ini bermanfaat dan semoga Bang Haji akan membuat lagu Stress II dan memasukan PERUBAHAN dalam penyebab stres stress yang terjadi.

"Karena PERUBAHAN..... bisa bikin stress...."   Jreng jreng!

 

 

The Green Thing--Something to think about

Sender: kioesengtongbogor@yahoogroups.com

 

In the line at the store, the cashier told an older woman that she should bring her own grocery bags because plastic bags weren't good for the environment. 

The woman apologized to him and explained, "We didn't have the green thing back in my day." 

The clerk responded, "That's our problem today. Your generation did not care enough to save our environment." 

He was right -- our generation didn't have the green thing in its day. 

Back then, we returned milk bottles, soda bottles and beer bottles to the store. The store sent them back to the plant to be washed and sterilized and refilled, so it could use the same bottles over and over. So they really were recycled. 

But we didn't have the green thing back in our day. 

We walked up stairs, because we didn't have an escalator in every store and office building. We walked to the grocery store and didn't climb into a 300-horsepower machine every time we had to go two blocks. 

But she was right. We didn't have the green thing in our day. 

Back then, we washed the baby's diapers because we didn't have the throw-away kind. We dried clothes on a line, not in an energy gobbling machine burning up 220 volts -- wind and solar power really did dry the clothes. Kids got hand-me-down clothes from their brothers or sisters, not always brand-new clothing. But that old lady is right; we didn't have the green thing back in our day. 

Back then, we had one TV, or radio, in the house -- not a TV in every room. And the TV had a small screen the size of a handkerchief (remember them?), not a screen the size of the state of Montana. 

In the kitchen, we blended and stirred by hand because we didn't have electric machines to do everything for us. 

When we packaged a fragile item to send in the mail, we used a wadded up old newspaper to cushion it, not Styrofoam or plastic bubble wrap. 

Back then, we didn't fire up an engine and burn gasoline just to cut the lawn. We used a push mower that ran on human power. We exercised by working so we didn't need to go to a health club to run on treadmills that operate on electricity. 

But she's right; we didn't have the green thing back then. 

We drank from a fountain when we were thirsty instead of using a cup or a plastic bottle every time we had a drink of water. 

We refilled writing pens with ink instead of buying a new pen, and we replaced the razor blades in a razor instead of throwing away the whole razor just because the blade got dull. 

But we didn't have the green thing back then. 

Back then, people took the streetcar or a bus and kids rode their bikes to school or walked instead of turning their moms into a 24-hour taxi service. 

 

We had one electrical outlet in a room, not an entire bank of sockets to power a dozen appliances. And we didn't need a computerized gadget to receive a signal beamed from satellites 2,000 miles out in space in order to find the nearest pizza joint. 

But isn't it sad the current generation laments how wasteful we old folks were just because we didn't have the green thing back then? 
Please forward this on to another selfish old person who needs a lesson in conservation from a smart ass young person. 

The Green Thing 

 

Sebuah kisah nyata yg berlangsung dlm penerbangan British Airways antara. Johannesburg dan London

Alkisah dlm sebuah perjalanan Penerbangan..

Seorng wanita kulit putih berusia sekitar 50 tahunan

duduk di samping seorang pria berkulit hitam.

Hal ini agaknya mengganggu wanita ini sehingga dia memanggil pramugari.

"Nyonya, ada masalah apa?", tanya pramugari .

"Anda tidak melihat apa yang terjadi?" tanya wanita itu.

"Anda menempatkan saya di samping pria berkulit hitam, saya keberatan duduk di samping orang yang tergolong menjijikan seperti itu.

Berikan saya kursi pengganti."

"Tolong tenang dulu," jawab sang pramugari.

"Hampir semua kursi dalam pesawat ini telah terisi, akan saya lihat dulu kalau2 masih ada kursi yang kosong"

Pramugari itu pun berlalu dan kembali lagi bbrpa menit kemudian,

"Nyonya, seperti yang telah saya perkirakan, tidak ada lagi kursi kosong di kelas ekonomi, saya sudah berbicara dgn kapten dan dia bilang kalau masih ada satu kursi kosong di kelas bisnis, dan juga ada satu kursi kosong di kelas utama "

Sebelum wanita itu berkata apa-apa, pramugari itu pun melanjutkan kata-katanya: "Perusahaan kami biasanya tidak memperbolehkan penumpang dari kelas ekonomi untuk duduk di kelas utama. Namun, dalam situasi semacam ini, kapten merasa bahwa akan sangat memalukan membiarkan seorang penumpang duduk di samping penumpang lain yang begitu menjijikan."

Pramugari itu lalu berpaling kepada pria berkulit hitam itu, dan berkata,

"Karena itu Pak, jika Anda berkenan, silakan kemasi bawaan Anda, dan pindahlah ke bagian kelas utama"

Seketika itu juga, penumpang lain yang masih terkejut oleh apa yang baru saja terjadi, serentak berdiri dan memberi tepuk tangan penghormatan.. :)

 

-> Sebuah cara jitu untuk memerangi rasialisme baru saja ditunjukkan oleh British Airways..

 

Sebuah kisah nyata yg berlangsung dlm penerbangan British Airways antara. Johannesburg dan London.

 

By. christian_gonz@yahoo.com

 

 

Amazing Socrates

Di Yunani kuno, Socrates terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat terhormat. Suatu hari seorang kenalannya bertemu denga filsuf besar itu dan berkata, "Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?"

 

"Tunggu beberapa menit," Socrates menjawab. "Sebelum Anda menceritakan apapun pada saya, saya akan meberikan suatu test sederhana. Ini disebut Triple Filter Test."

 

"Triple filter Test?"

 

"Benar," kata Socrates. "Sebelum kita bicara tentang teman saya, saya kira bagus kalau kita mengambil waktu beberapa saat dan menyaring apa yang akan Anda katakan. Itulah sebabnya saya menyebutnya triple filter test."

 

Filter petama adalah KEBENARAN. "Apakah Anda yakin sepenuhnya bahwa yang akan Anda katakan pada saya benar?"

 

"Tidak," jawab orang itu, "Sebenarnya saya hanya mendengar tentang itu."

 

"Baik," kata socrates. "Jadi Anda tidak yakin bila itu benar. Baiklah sekarang saya berikan filter yang kedua, filter KEBAIKAN. Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatu yang baik?"

 

"Tidak, malah sebaliknya..."

 

"Jadi," Socrates melanjutkan, "Anda akan berbicara tentang sesuatu yang buruk tentang dia, tetapi Anda tidak yakin apakah itu benar. Anda masih memiliki satu kesempatan lagi karena masih ada sattu filter lagi, yaitu filter KEGUNAAN. Apakah yang akan Anda katakan pada saya tentang teman saya itu berguna bagi saya?"

 

"Tidak, sama sekali tidak."

 

"Jadi," Socrates menyimpulkannya, "bila Anda ingin mengatakan sesuatu yang belum tentu benar , buruk dan bahkan tidak berguna, mengapa Anda harus mengatakannya kepada saya?"

 

Itulah mengapa Socrates adalah filsuf besar dan sangat terhormat. Kawan-kawan, gunakan triple filter test setiap kali Anda mendengar sesuatu tentang kawan dekat atau kawan yang Anda kasihi.

 

 

KEBENARAN, KEBAIKAN, KEGUNAAN

 

By. christian_gonz@yahoo.com

 

 

 

Memburu Agen Perubahan

Oleh: A.M. Lilik Agung

 

 

            Paris Hilton tentu lebih terkenal ketimbang Dieter Huckestein. Apalagi dibanding dengan Daniel Dinell. Paris Hilton, tak salah dialah si cantik cucu pendiri hotel Hilton yang jaringannya tersebar di seantero bumi. Dengan ulahnya yang nyaris 'bengal' Paris Hilton tak pelak menjadi salah satu selebritis paling dibicarakan di atas planet ini.

            Lalu siapakah Dieter Huckestein? Siapa pula Daniel Dinell? Apa hubungannya dengan Paris Hilton? Dieter Huckestein sangat dekat dengan Paris Hilton. Bahkan Paris Hilton sangat menaruh hormat kepada Dieter Huckestein. Hormatnya Paris Hilton kepada Dieter Huckestein tidak salah lantaran Dieter Huckestein yang menjadi juru mudi jaringan hotel milik kakeknya, alias CEO Hilton Hotel Group.

            Walaupun saya tidak tahu persis, namun ada keyakinan hubungan Paris Hilton dengan Daniel Dinell tidak seakrab hubungannya dengan Dieter Huckestein. Namun antara Dieter Huckestein dengan Daniel Dinell ada hubungan yang jauh lebih akrab ketimbang hubungannya Dieter Huckestein dengan Paris Hilton. Mengapa demikian? Sebab Daniel Dinell adalah change agent (agen perubahan) dari Hilton Hotel Group. Segala rancangan bisnis Dieter Huckestein, entah bernama transformasi bisnis, change management, corporate turn around atau apapun namanya diterjemahkan menjadi operasional oleh Daniel Dinell.

            Sebagai seorang agen perubahan, Daniel Dinell telah memerankan tanggung jawabnya dengan paripurna. Transformasi bisnis yang dilakukan oleh Hilton Hotel Group dikawal dengan sukses oleh Daniel Dinell. Peran paripurna Daniel Dinell sebagai agen perubahan mirip dengan apa yang dilakukan oleh Tom Valerio dari Cigna P & C, Ed Lewis dengan Mobil, Renato Discenza melalui AT & T Canada, Paul Kalicky bersama DuPont EP dan Paul Melter lewat Saatchi & Saatchi. Mereka ini para agen perubahan yang sukses mengantar perusahaannya melakukan transformasi bisnis. (Balanced Scorecard Report, May-June 2002).

            Posisi agen perubahan memang tidak semegah posisi CEO. Bahkan tidak jarang nama-nama para agen perubahan tidak nampak dipermukaan lantaran terbenam oleh kebesaran nama sang CEO. Bahkan dalam banyak kasus, posisi resmi agen perubahan pada hirarki perusahaan berada pada satu – dua tingkat dibawah direksi. Mereka ini bergelar vice president atau manager.  Namun harus diakui ketika perusahaan melakukan proses transformasi bisnis bahkan turn around bisnis, agen perubahan berada pada garda paling depan dalam proses ini.

            Berkaca pada para kampiun agen perubahan ini, dapat ditarik benang merah mengapa mereka begitu penting dalam proses transformasi bisnis. Pertama, seperti telah banyak disinggung, para agen perubahan ini merupakan pelaksana dari seluruh strategi bisnis baru perusahaan. Namun mereka tidak sekedar pelaksana semata. Mereka juga menyelaraskan antara strategi bisnis dengan kenyataan di lapangan. Penyelarasan strategi ini memerlukan kecerdasan dan kecermatan yang belum tentu dimiliki koleganya selevel mereka. Dalam bahasa lain, para agen perubahan ini orang-orang cerdas secara konsep dan cermat dalam aplikasi.

            Kedua, para agen perubahan adalah orang yang berhubungan langsung dengan para sasaran perubahan. Ada dua sasaran perubahan ini; individu dan organisasi. Individu sasaran perubahan biasanya adalah para manajer, supervisor dan staf. (Tentu saja juga para direksi, yang tidak lagi sebagai sasaran namun berkomitmen untuk menyukseskan perubahan). Para agen perubahan ini yang setiap hari memotivasi, memberi arah, memberi jaminan dan memonitor para sasaran perubahan. Individu yang lambat atau cepat, menolak atau mendukung terhadap transformasi dan perubahan, para agen perubahan ini yang paling tahu dan paling tanggap terhadap kondisi ini.

            Sedangkan organisasi sebagai sasaran perubahan akan bermain pada wilayah visi dan budaya perusahaan, struktur organisasi dan proses, serta  kerjasama tim. Menterjemahkan visi dan budaya perusahaan menjadi operasional sehari-hari perlu panduan dan contoh dari para agen perubahan. Demikian pula pelaksaaan dari struktur organisasi baru dan proses bisnis, perlu dukungan dan panduan para agen perubahan. Apalagi membentuk tim yang sama visinya untuk mencapai sasaran perubahan. Peran agen perubahan tidak dapat dielakkan lagi.

            Ketiga, para agen perubahan merupakan juru bicara  internal terhadap proses perubahan. Mereka menjadi juru bicara CEO dan direksi terhadap segala hal yang berhubungan dengan perubahan, mulai dari konsep (strategi), implementasi dan monitoring kepada para individu sasaran perubahan. Pada sisi lain, para agen perubahan merupakan juru bicara dari sasaran perubahan kepada CEO yang mayoritas bertanya tentang kepastian perubahan dan hasil perubahan terhadap posisi maupun masa depan mereka.

            Keempat, para agen perubahan menjadi konsultan sekaligus pelatih (coach) perubahan, terutama bagi individu sasaran perubahan. Tak dapat dipungkiri, perubahan bagi banyak orang menakutkan, bahkan kalau perlu dihindari. Sementara bagi perusahaan, perubahan merupakan keharusan. Penyelarasan perbedaan antara karyawan dan perusahaan ini akhirnya menjadi tanggung jawab para agen perubahan. Bagi para karyawan, alhasil agen perubahan ditempatkan sebagai konsultan sekaligus pelatih terhadap semua aktivitas yang berhubungan dengan perubahan. Peran ini tidak mudah karena syarat pertama adalah menjadi modeling (contoh).

            Begitu pentingnya peran agen perubahan pada proses transformasi bisnis, sayang tidak ditemukan jejaknya untuk konteks Indonesia. Para agen perubahan macam Daniel Dinell,  Tom Valerio, Ed Lewis, Renato Discenza, Paul Kalicky dan Paul Melter yang sering membagi ilmu pada banyak kesempatan, tidak diikuti oleh para agen perubahan di tanah air. Padahal untuk era kekinian dimana banyak perusahaan di tanah air melakukan proses transformasi bisnis, kemunculan para agen perubahan yang cerdas dan cermat sangat dinantikan.

            Jangan-jangan ada dua alasan yang mengemuka untuk kasus ini. Pertama, para CEO di tanah air yang sukses melakukan transformasi bisnis 'besar kepala' dan 'sombong' sehingga mengklaim seluruh proses ini merupakan hasil karyanya tanpa campur tangan agen perubahan. Kedua, memang tidak ditemukan agen perubahan yang mumpuni. Mana yang benar? Mari kita renungkan sambil menyeruput secangkir cappuccino.

 

lilik@lalearning.biz; lilik@lalearning.co

__._,_.___

 

 

Hubungan Cara dengan Materi dari Sasaran Komunikasi

Jika materi dan sasaran komunikasi berbeda, maka cara atau tehnik komunikasi juga akan berbeda. Tentu akan berbeda caranya antara Memberi Teguran kepada anak buah dengan Memberi Training (pelatihan) kepada mereka.

            Yang tersebut pertama sasarannya adalah membuat anak buah sadar akan kekurangannya, untuk kemudian bertekat memperbaiki kinerjanya, sedang Memberi Training membuat anak buah memiliki pengetahuan & keterampilan, sehingga mampu mengerjakan tugas & kewajibannya secara baik.

            Saya sering diminta melakukan Presentasi oleh beberapa perusahaan, sebelum mereka memberi persetujuan untuk pelaksanaan sebuah Pelatihan (In-House Program).

            Tehnik melakukan presentasi dan tehnik memberi pelatihan jelas sangat berbeda, karena baik materi maupun sasaran berbeda.

            Kalau presentasi materi yang disajikan adalah program, sistem, gagasan, rencana kerja, produk dan sejenisnya, sedangkan pelatihan adalah pengetahuan & keterampilan. Kalau presentasi sasarannya adalah membuat peserta mengenal, memahami, menerima, tertarik, untuk kemudian menyetujui, ikut serta, membeli, dan sebagainya, sedangkan pelatihan, sasarannya adalah setelah selesai mengikuti pelatihan para peserta diharapkan memiliki kemampuan atau pengetahuan dan keterampilan yang berhuungan dengan materi yang dipelajari. Aktivitas pelatihan adalah proses belajar mengajar, sedangkan presentasi adalah menjelaskan dan memperkenalkan, ditambah tanya jawab.

            Dari segi harfiah arti kata Presentasi berasal dari kata kerja to present yang berarti menyajikan. Tapi dalam hal ini, yang dimaksud adalah presentasi sebagai istilah, untuk membedakan dengan Training (memberi Pelatihan). Karena memberi pelatihan sasarannya membuat peserta menjadi mampu, maka tehnik penyampaiannya di samping dengan tehnik perkuliahan (telling atau lecturing), maka harus diikuti dengan memberi contoh (showing), dan akhirnya untuk setiap keterampilan yang dipelajari, meminta setiap peserta praktek melakukan sesuai dengan contoh (doing atau practicing). Tehnik dan metode ini biasa disebut dengan TSD (Tell, Show, Do) Method. Kalau dalam proses menerangkan materi di dalam sebuah program Training, harus memancing partisipasi peserta dalam proses belajar mengajar dengan mengajukan pertanyaan sebanyak banyaknya untuk mengecek pemahaman mereka atas materi yang diajarkan, serta melempar pendapat peserta satu kepada peserta lainnya untuk memancing diskusi kelas maka dalam Presentasi, yang dilakukan sebaiknya, yaitu bukan mengajukan pertanyaan kepada peserta, tapi memancing peserta untuk bertanya sebanyak banyaknya dan memberi komentar tentang materi yang dipresentasikan.

            Sewaktu saya memberi pelatohan tentang Effective Business Presentation di sebuah perusahaan, ada seorang peserta justru senang dengan tidak adanya peserta yang mengajukan pertanyaan sewakti praktek di depan kelas, padahal yang benar adalah pertanyaan dan komentar peserta harus dikuras sebanyak mungkin sampai tidak tersisa, dan jika peserta sudah kehabisan pertanyaan, maka dapat diartikan bahwa mereka sudah puas dengan jawaban-jawaban yang disampaikan, yang berarti dapat dipastikan persetujuan akan diperoleh. Untuk melakukan ini diperlukan keterampilan tentang tehnik memancing pertanyaan dan komentar peserta.

 

Sumber: Your Words, Your Power. Berkata Baik dan Benar atau Diam_._,_.___


by: "C&G TRAINING NETWORK" <cg8@cg-learning.com>

 

 

PIGURA PIKIRAN ANDA

may 18, 2016 BY NLP LEADERSHIP INDONESIA

Dalam Neuro linguistic Programing ( NLP ) ada disebut Frame atau Pigura. Yes, pigura untuk menaruh foto anda. Dalam kehidupan kita, apapun tingkah laku kita  yang akan keluar tergantung dari frame atau pigura apa yang anda taruh dalam pikiran anda. Anda bisa berpikir positif maupun negative juga tergantung apa pigura apa yang anda gunakan.

Alfred Korzybski seorang ahli semantic yang dimodel oleh Dr Richard Bandler dan John Grinder pernah mengatakan "Tidak ada 2 orang atau situasi atau proses tahapan akan sama dalam semua detailnya" Beliau melanjutkan bahwa pengetahuan dan pengalaman manusia dibatasi oleh Human Nervous system dan bahasa yang digunakan dalam diri mereka. Dan tidak ada seorang pun dapat mengakses sebuah pengalaman yang sama dan hasilnya sama. Karena mereka di batasi oleh filter di otak kita yang akan merespon sebuah kenyataan. Inilah yang disebut The Map is not the territory.

Dan saya tidak akan membahas tentang The Map is not the territory disini, tapi saya lebih menitik beratkan bahwa siapapun orangnya dapat pengertian atau membuat arti yang berbeda dari semua kejadian dan apa respon yang akan kita lakukan.

Bila Anda melihat sebuah foto singa yang galak dan membuat Anda sedikit mengerikan. Apalagi bila anda berikan pigura yang kaku dan angker maka kesan angkernya akan lebih menonjol dari singa itu, betulkan?

Tapi bila anda ganti pigura yang sedikit angker tersebut dengan pigura bercat pink dan ada bulat-bulatan totol hitam, apakah menjadi angker atau lucu? Betul pasti berubah pikiran kita ketika melihat hal tersebut. Singa tadi berubah menjadi hal yang lucu. Padahal hanya menganti pigura saja. Aneh juga yakan? Inilah yang disebut FRAME of Mind.

 

 

Hubungan Cara dan Kepada Siapa Komunikasi Dilakukan

Mitra komunikasi atau kepada siapa kita berkomunikasi mempengaruhi bahkan menentukan tehnik dan cara kita berkomunikasi. Berbicara dengan orang yang tertutup, sensitif dan cepat tersinggung, tentu berbeda jika kita berbicara dengan orang terbuka dan periang.

            Jika kita sebagai seorang Manager yang membawahi tujuh anak buah yang berbeda sifat dan karakternya, maka untuk bisa mempengaruhi mereka agar peran kita sebagai Manager yang bekerja dengan dan melalui orang lain berhasil, maka kita harus berkomunikasi dengan tujuh cara yang berbeda pula.

            Berbicara di depan para Manager yang semuanya berpendidikan tinggi, tentu akan berbeda jika kita berbicara di depan operator pabrik yang sebagian besar paling tinggi berpendidikan menengah atas.

            Saya pernah mengikuti perjalanan seorang Direktur Operasi dari perusahaan di mana saya bekerja sebelumnya. Puluhan Salesman dan Helper berkumpul di sebuah Kantor Pusat Penjualan (di daerah di luar jawa) untuk mengikuti briefing dari Bapak Direktur. Para Salesman dan Helper membentuk barisan panjang di bagian depan, dan para Manager duduk di kursi menghadap ke arah mereka. Saya memilih duduk paling belakang. Setelah memakan waktu kurang lebih empat puluh lima menit, briefing dari Bapak Direktur selesai. Saya lalu mengamati apa yang saya telah tulis. Di situ ada kurang lebih lima puluh kata yang saya yakin tidak dimengerti oleh para salesman dan helper tersebut. Kata-kata itu antara lain: revenue, KPU, self confidence, qualified, substansi, strategi, goals dan banyak lagi. Mungkin Bapak Direktur lupa bahwa yang di depannya bukan Manager yang bisa ia ajak meeting di kantor, tapi adalah pelaksana/orang lapangan yang berpendidikan rendang. Briefing semacam ini, yang merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam praktek, tentu tidak akan mencapai hasil yang maksimal, karena tehnik interaksi dan komunikasi yang diterapkan tidak sesuai dengan kebutuhan dari orang kepada siapa komunikasi dilakukan (Salesman dan Helper), karena membuat mereka tidak sepenuhnya mengerti tentang apa yang disampaikan.

            Dalam program Effective Business Presentation kita pelajari bahwa sebelum presentasi dilakukan kita perlu melakukan Audience Analysis, yaitu mengenal siapa yang bakal menjadi audience kita, kepada siapa kita akan berbicara, yang menyangkut jabatan dan latar belakang pekerjaannya, tingkat pendidikannya, rata-rata usia, dan sebagainya.

            Hal ini dilakukan agar kita bisa mempersiapkan diri untuk menerapkan cara dan tehnik presentasi yang sesuai dengan kebutuhan audience.

            Seorang presenter akan lebih mudah menghadapi audience yang sifatnya homogen, misalnya semua audience Salesman, atau semua audience berpendidikan strata satu karena mereka semua dalah Management Trainee misalnya, tapi lain halnya jika komposisi audience yang heterogen, yang bervariasi baik dari aspek jabatan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya, yang mana tidak mudah bagi presenter untuk memuaskan semua pihak, lebih-lebih dalam hal memberi contoh pada saat menjelaskan sesuatu.

            Ada sebuah petunjuk dalam presentasi yang menyebutkan bahwa jika kita menjelaskan sesuatu kepada audience usahakan disertai contoh, dan contoh tersebut sedapat mungkin yang dialami oleh audience.

            Kalau audience ada yang dari pabrik abaj, dealer mobil, pabrik roti, pabrik minuman, asuransi, bank dan sebagainya?, contoh mana yang akan kita berikan, yaitu mencari contoh yang sifatnya umum yang kiri-kira dialami oleh sebagian besar audience. 

            Seorang Manager yang memberikan perintah kerja kepada anak buahnya, sebelum memberi petunjuk cara melaksanakan tugas yang diperintahkan, harus bertanya terlebih dahulu apakah karyawan yang bersangkutan sudah pernah dengar, atau sudah pernah tahu, atau bahkan sudah pernah mengerjakan pekerjaan tersebut sebelumnya. Jika sudah pernah maka cara dan tehnik menjelaskan tidak terlalu rinci, tapi jika karyawan yang bersangkutan sama sekali belum pernah mengerjakan, bahkan belum pernah mendengar sama sekali tentang pekerjaan tersebut sebelumnya, maka proses mengerjakan pekerjaan (Operating Procedures – SOP) harus dijelaskan secara pelan dan rinci.

            Jadi cara dan tehnik memberi perintah kepada orang yang berpengalaman dan kepada orang yang belum berpengalaman tentu berbeda.     

            Dalam sebuah program pelatihan yang tentunya diikuti oleh banyak peserta, kita biasanya menghadapi banyak dan bermacam-macam polah tingkah peserta yang berbeda, yang harus kita hadapi dengan vara yang berbeda pula. Ada peserta yang super aktif, dan jika ada pertanyaan, ia selalu mengacungkan tangan. Ada pula perserta yang diam dan tidak bergembing walau ada halilintar menyambar. Sebagai Trainer tentu kita harus memiliki cara dan tahnik interaksi dan komunikasi yang efektif dalam menangani dua sikap ekstrim ini.

            Yang pertama yang harus kita ketahui adalah apa sebenarnya yang menyebabkan peserta tersebut bersikap demikian. Katakanlah yang super aktif, mungkin karena ingin pengakuan (recognition seeker), sedangkan yang diam, karena tidak memiliki rasa percaya diri (self confidence). Yang sering dilakukan jika menemui kasus seperti ini adalah memberikan pertanyaan yang relatif mudah dan pasti bisa dijawab kepada peserta yang diam dan pemalu, dengan harapan rasa percaya dirinya akan timbul setelah ia ternyata bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, yang selanjutnya mendorongnya untuk berpatisipasi aktif. Sedangkan untuk yang super aktif, kita cukup melihat dan meliriknya (karena ia hanya ingin pengakuan), yang berarti dkita sudah tahu kalau ia mengacungkan tangan, tapi bukan dia yang disuruh menjawab. Guna menghindari terkonsentrasinya orang yang aktif pada orang atau kelompok yang sama, maka kurangi melempar pertanyaan ke semua peserta (dengan mengatakan: Siapa yang bisa?), tapi tunjuk satu peserta untuk menjawab dan ini harus dilakukan sama rata ke peserta lainnya.

 

Sumber: Your Words, Your Power. Berkata Baik dan Benar atau Diam

 

 

Memilih Medsos

Menjamurnya media sosial menjadi keuntungan tersendiri bagi para pembuat konten kreatif dalam memasarkan hasil karyanya. Namun tetap, harus pilih-pilih dulu sosial media mana yang menjadi prioritas.

Dari sekian banyak nama media sosial di Indonesia, ada top tiga besar yang kerap dipakai oleh masyarakat Indonesia. Dari data yang dipaparkan oleh Dennis Adhiswara, CEO Layaria.com di acara Ngopi detikINETbersama IM3 Ooredoo, disebutnya bahwa Facebook menempati urutan nomor satu dengan persentase 87,45%.

Disusul posisi ke dua ditempati oleh Twitter dengan persentase 41,3% dan ketiga diisi oleh Path dengan persentase 36,29%. Meski Facebook menempati porsi terbesar, Dennis justru lebih memilih Path sebagai langkah pertama dalam mempromosikan konten kreativitas bikinannya.

"Kenapa Path? Karena biasanya Path itu menjadi sosial media yang isinya orang-orang terdekat atau kasarnya ling karan lingkungan terdekat, bisa keluarga atau kerabat. Dan kerabat atau keluarga itu biasanya menjadi cara ampuh untuk berpromosi," tutur Dennis di acara Ngopi di Brewerkz, Senayan City, Jakarta, Kamis (25/2/2016).

Setelah Path, lanjut Dennis, baru bisa berlanjut ke arah yang lebih luas, yakni melalui video Facebook atau Twitter. Penyanyi cantik Rini Wulandari juga membeberkan pengalaman yang sama tentang berpromosi lewat media sosial.

Ketika mempromosikan single berjudul 'Oh Baby', diakui Rini single tersebut lebih dulu terkenal melalui media sosial. "Aku kan sekarang sudah tidak sama label, jadi urusan promosi apa-apa sendiri. Akhirnya aku memilih media sosial sebagai media penyebaran promosi. Dan berasil," papar Rini.

 Sumber: detikNET

 

 

5 tips naik MRT di Singapura

Singapura - MRT jadi salah satu transportasi paling bersahabat di Singapura. Eits, ada tips dan info penting untuk naik transportasi umum yang satu ini lho!

Menjangkau banyak tempat, harga yang terjangkau dan hemat waktu jadi alasan kenapa banyak traveler memilih MRT (Mass Rapid Transit) untuk keliling Singapura. Namun ada beberapa tips penting yang bisa kamu intip agar keliling dengan MRT bisa lebih mulus.

Diterima detikTravel, Selasa (31/6/2016) dari Singapore Tourism Board, berikut tips mantap untuk naik MRT di Singapura:

1. Jam operasi MRT saat musim liburan bisa diperpanjang

Biasanya, MRT beroperasi setiap hari dari pukul 05.30 sampai tengah malam. Asyiknya, jam operasional transportasi umum ini bisa diperpanjang terutama saat musim liburan. Sehingga traveler pun bisa lebih nyaman liburan keliling kota. Ada beberapa jam sibuk yang harus kamu perhatikan. Yaitu saat pukul 07.00-09.00 dan 17.00-19.00 waktu setempat. Nah, pada saat jam sibuk tersebut, MRT tiba setiap dua atau tiga menit sekali.

2. Pecahan uang terbesar untuk beli tiket adalah 5 SGD

Saat ingin membeli tiket MRT, kamu harus ke General Ticket Machine. Mesin ini akan mengeluarkan tiket tujuan kamu. Hanya saja, mesin ini hanya menerima pecahan paling besar yaitu 5 SGD. Di atas itu, mesin ini tak mau memproses pembelian tiket. Tapi tak perlu kuatir. Karena ada loket Passenger Service yang bisa didatangi jika kamu tak punya pecahan kecil. Di sana, kamu bisa menukar uang ke pecahan yang lebih kecil.

3. Belajar rute MRT

Karena stasiun MRT yang biasanya padat dan sibuk, ada baiknya kamu mempelajari rute MRT terlebih dahulu. Ini penting agar kamu bisa tepat membeli tiket dan tahu di mana stasiun tujuan. Sehingga kamu tak terlalu lama berada di mesin pembelian tiket dan membuat antrean makin panjang. Peta MRT ada di setiap stasiun. Kamu bisa mengintip ke sana sebelum memastikan beli tiket ke mana.

4. Ingin ringkas, beli saja Singapore Tourist Pass

Mungkin satu hari itu kamu tak hanya naik MRT saja. Mungkin ingin naik bus juga. Untuk itu, tersedia pilihan Singapore Tourist Pass. Kartu ini bisa digunakan untuk naik kereta atau bus. Ada 3 pilihan harga yaitu SGD 18 untuk sehari, SGD 26 untuk 2 hari dan SGD 34 untuk 3 hari. Di mana harga tersebut termasuk deposit SGD 8 atau 10 yang akan dikembalikan di akhir pemakaian.

5. Tidak boleh makan atau minum

Demi keamanan dan kenyamanan sesama, tidak diperbolehkan makan atau minum selama berada di MRT. Peraturan ini ketat. Sehingga kamu tak bisa main-main dengan peraturan yang satu ini. Di setiap stasiun tersedia vending machine yang bisa digunakan traveler. Kamu bisa membeli minuman atau camilan yang bisa disimpan di tas selama berada di MRT.

(Sumber: detikTravel)

 

Customers Make It Possible To Pay Our Salary

Pelangganlah yang memungkinkan dibayarnya gaji kita

 

Dalam melakukan kegiatan kerja sehari-hari, sering kita amati bahwa para karyawan terutama di frontliners pada suatu perusahaan lupa bahwa "Pelangganlah yang memungkinkan dibayarnya gaji kita".

Hal tsb tampak bagaimana para frontliners tersebut pada waktu melayani / berinteraksi dengan pelanggan, ada yang cuwek, ogah2an, menunjukkan mimik wajah yang cemberut dsb, Mereka tidak menyadari peran mereka sebagai fronliners yang amat penting, wajah perusahaan ada  pada wajah dan sikap mereka pada waktu melayani. Bahkan mereka lupa bahwa sebenarnya pelangganlah yang membayar gaji kita. Gaji kita berasal dari uang pelanggan yang membeli produk/ jasa kita, masuk ke perusahaan, digunakan untuk membiayai operasional termasuk membayar gaji seluruh karyawan termasuk para frontliners ( Satpam, doorman, front desk,  customer service s/d  petugas di back office hingga ke manajemen). Customer yang membayar makan kita, transport, membelikan pakaian, biaya rumah dan menghidupi keluarga kita.

 

Untuk itu, marilah kita "ingat lagi" bahwa tugas utama para karyawan semua baik di back office maupun di garis depan adalah untuk memberikan "pelayanan prima" kepada para pelanggan, tampakkan wajah ceria dengan senyum yang tulus, pandangan mata yang ramah, gesture yang menunjukkan respect, ucapan yang enak di dengar, greeting dan sebut nama pelanggan pada waktu mereka masuk area Layanan kita.  Layani dengan sikap professional yang datangnya dari hati, dengan cepat dan tepat sesuai kebutuhan setiap pelanggan. Bahkan berikan Layanan yang "extra miles" melebihi harapannya dengan sentuhan "personal touch"sehingga mereka terkesan dengan pelayanan kita, mereka kembali lagi dan membeli produk/ jasa kita lebih banyak dan lebih sering lagi, menjadi pelanggan yang setia bahkan menjadi "advocate" yang mempromosikan dan membela nama baik perusahaan kita.

Terimakasih, salam "Pelayanan Prima".

__._,_.___


by: Cerah Iskradono <cerahisk@gmail.com>

 

 

Hubungan Cara dan Kepada Siapa Komunikasi Dilakukan

           Tempat dan waktu berkomunikasi akan menentukan cara dan tehnik komunikasi, malah bisa terjadi kita terpaksa membatalkan komunikasi yang telah kita rencanakan karena waktunya ternyata tidak tepat. Kita membatalkan rencana untuk menemui atasan guna mendiskusikan sesuatu, karena kelihatannya ia sedang tidak dalam keadaan fit dan tidak siap untuk berkomunikasi dengan orang lain.

            Pernah seorang peserta pelatihan saya bertanya mengenai hal ini, bahwa apa yang harus dilakukan dalam keadaan seperti tersebut di atas, sedangkan masalah yang akan didiskusikan adalah sesuatu yang penting dan mendesak, yang harus di selesaikan saat itu juga. Menanggapi pertanyaan tersebut, saya katakan bahwa ada dua kemungkinan langkah yang bisa diambil, dan itu tergantung tingkat risiko yang diperkirakan terjadi, dengan risiko masalah yang penting dan mendesak tidak terpecahkan, atau meneruskan rencana untuk berkomunikasi, dengan risiko tidak berhasil.

            Untuk mengambil keputusan, risiko mana yang mau di tempuh, perlu diberikan score dengan angka antara 1 – 10, dan tentunya risiko yang lebih kecil yang akan ditempuh.

            Jika seandainya risiko menunda komunikasi yang lebih besar, maka berarti rencana komunikasi dengan atasan diteruskan (walau disadari bahwa bukanlah pada waktu yang tepat), dan untuk mengurangi risiko kegagalan, yang perlu dilakukan adalah:

1.    Hindari pembicaraan langsung ke inti permasalahan

2.    Perlu basa-basi yang lebih lama, seperti dengan menanyakan keadaan atasan, seperti mengatakan "sehat pak?"

3.    Nyatakan sikap empati terhadap keadaan yang dialami atasan

4.    Baru menyampaikan permasalahn dengan menonjolkan terlebih dahulu risiko yang akan terjadi jika masalah tersebut tidak dibicarakan hari ini

 

Pengaruh waktu terhadap cara dan tehnik komunikasi lainnya, dapat kita lihat dalam penetapan agenda sebuah program pelatihan. Karena waktu yang tersedia dan dialokasikan oleh client hanya sehari padahal materi pelatihan adalah untuk waktu dua hari, makan untuk mencakup semua materi, tehnik & metode belajar mengajar terpaksa disesuaikan dengan waktu yang tersedia, yaitu lebih banyak metode perkuliahan (lecturing), daripada praktek peserta.

            Juga kita bisa lihat hubungan antara cara berkomunikasi dengan waktu komunikasi berlangsung, seperti pertengkaran yang tak terhindarkan antara suami istri dalam sebuah rumah tangga, dilakukan dengan berbisik-bisik di sudut kamar, jika anak-anak sedang berada di rumah, tapi akan berteriak keras jika tidak ada orang di rumah, atau jika anak-anak kebetulan sedang di luar rumah.

            Cara menegur Sales Supervisor yang kebetulan berada di dekat beberapa salesman, juga memperlihatkan hubungan antara cara berkomunikasi dengan waktu dan tempat berkomunikasi. Untuk menghindari agar teguran tidak didengar oleh anak buah dari Supervisor tersebut, maka teguran disampaikan secara pelan atau berbisik.

      Jika teguran tersebut bukanlah sesuatu yang mendesak yang harus dilakukan saat itu juga, maka sebaiknya ditunda, menunggu waktu dan tempat yang tepat, karena jika dipaksakan, tidak akan memperoleh asil yang diharapkan, malah memiliki dampak yang tidak diharapkan, yaitu menghilangkan kewibawaan Supervisor sebagai atasan dari Salesman.

            Dari contoh-contoh tersebut di atas terlihat jelas keterkaitan antara cara dan tehnik komunikasi dengan materi dan sasaran komunikasi, kepada siapa kita berkomunikasi, serta bilamana dan di mana komunikasi dilakukan.

      Unsur-unsur utama dari komunikasi dengan Cara yang Tepat adalah: Sikap selama berkomunikasi berlangsung, Ucapan, dalam arti pemilihan kata-kata dan cara menyampaikannya, serta Proses tahap demi tahap dalam melakukannya.

      Agar kita memiliki keterampilan tentang cara & tehnik komunikasi dari beberapa bentuk komunikasi dalam praktek seperti diutarakan sebelumnya, maka dalam bab-bab berikut, kita akan temui secara rinci tentang cara & tehnik komunikasi dari beberapa bentuk komunikasi tersebut, yang diberikan sebagai contoh dari konsep-konsep komunikasi yang akan dibahas.

 

Sumber: Your Words, Your Power. Berkata Baik dan Benar atau Diam

 

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger