CATATAN SEDIH SEORANG B.J HABIBIE

Oleh  Phitagoras Consulting

 

Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ Habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung, Ilham Habibie dan keponakannya, Adri Subono, juragan Java Musikindo.

 

Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh President & CEO, Bapak Emirsyah Satar disertai seluruh Direksi dan para VP serta Area Manager yang sedang berada di Jakarta.

 

Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2015 menuju Quantum Leap.

 

Sebagai “balasan” pak Habibie memutarkan video tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu!).

 

Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini?

 

Video N250 bernama Gatotkaca terlihat roll-out kemudian tinggal landas secara mulus di-escort oleh satu pesawat latih dan sebuah pesawat N235. Pesawat N250 jenis Turboprop dan teknologi glass cockpit dengan kapasitas 50 penumpang terus mengudara di angkasa Bandung.

 

Dalam video tsb, tampak hadirin yang menyaksikan di pelataran parkir, antara lain Presiden RI Bapak Soeharto dan ibu, Wapres RI bapak Soedarmono, para Menteri dan para pejabat teras Indonesia serta para teknisi IPTN.

 

Semua bertepuk tangan dan mengumbar senyum kebanggaan atas keberhasilan kinerja N250. Bapak Presiden kemudian berbincang melalui radio komunikasi dengan pilot N250 yang di udara, terlihat pak Habibie mencoba mendekatkan telinganya di headset yang dipergunakan oleh Presiden Soeharto karena ingin ikut mendengar dengan pilot N250.

 

N250 sang Gatotkaca kembali pangkalan setelah melakukan pendaratan mulus di landasan………………

 

Di hadapan kami, BJ Habibie yang berusia 74 tahun menyampaikan cerita yang lebih kurang sbb:

 

“Dik, anda tahu…………..saya ini lulus SMA tahun 1954!” beliau membuka pembicaraan dengan gayanya yang khas penuh semangat dan memanggil semua hadirin dengan kata “Dik” kemudian secara lancar beliau melanjutkan……………..

 

“Presiden Soekarno, Bapak Proklamator RI, orator paling unggul, …….itu sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang! Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis sebagai Insinyur………Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan Teknologi yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara.

 

Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu teknologi Maritim dan teknologi dirgantara.

 

Saya adalah rombongan kedua diantara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Sejak awal saya hanya tertarik dengan ‘how to build commercial aircraft’ bagi Indonesia.

 

Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga bukan pencetus ide penerapan ‘teknologi’ berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya adalah IPTN”.

 

“Sekarang Dik,…………anda semua lihat sendiri…………..N250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami ‘Dutch Roll’ (istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, tenologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun kedepan, diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi ‘Fly by Wire’ bahkan sampai hari ini.

 

Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara itu.Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri ‘apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?”

 

Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan industri strategis lainnya.

 

“Dik tahu…………….di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri strategisnya, satu Jerman karena trauma dengan Nazi, lalu Cina (?) dan Indonesia………….”

 

“Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari negeri sendiri dan mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di Bazil, Canada, Amerika dan Eropa…………….”

 

“Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua…………………?”

 

“Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan menjadi pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer dll dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun”.

 

“Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!”

 

Pak Habibie menghela nafas…………………..

 

***

 

Ini pandangan saya mengenai cerita pak Habibie di atas;

 

Sekitar tahun 1995, saya ditugaskan oleh Manager Operasi (JKTOF) kala itu, Capt. Susatyawanto untuk masuk sebagai salah satu anggota tim Airline Working Group di IPTN dalam kaitan produksi pesawat jet sekelas B737 yang dikenal sebagai N2130 (kapasitas 130 penumpang).

 

Saya bersyukur, akhirnya ditunjuk sebagai Co-Chairman Preliminary Flight Deck Design N2130 yang langsung bekerja dibawah kepala proyek N2130 adalah Ilham Habibie. Kala itu N250 sedang uji coba terus-menerus oleh penerbang test pilot (almarhum) Erwin.

 

Saya turut mendesain rancang-bangun kokpit N2130 yang serba canggih berdasarkan pengetahuan teknis saat menerbangkan McDonnel Douglas MD11. Kokpit N2130 akan menjadi mirip MD11 dan merupakan kokpit pesawat pertama di dunia yang mempergunakan LCD pada panel instrumen (bukan CRT sebagaimana kita lihat sekarang yang ada di pesawat B737NG).

 

Sebagian besar fungsi tampilan layar di kokpit juga mempergunakan “track ball atau touch pad” sebagaimana kita lihat di laptop.

 

N2130 juga merupakan pesawat jet single aisle dengan head room yang sangat besar yang memungkinkan penumpang memasuki tempat duduk tanpa perlu membungkukkan badan. Selain high speed sub-sonic, N2130 juga sangat efisien bahan bakar karena mempergunakan winglet, jauh sebelum winglet dipergunakan di beberapa pesawat generasi masa kini.

 

Saya juga pernah menguji coba simulator N250 yang masih prototipe pertama……………..

 

N2130 narrow body jet engine dan N250 twin turboprop, keduanya sangat handal dan canggih kala itu………bahkan hingga kini.

 

Lamunan saya ini, berkecamuk di dalam kepala manakala pak Habibie bercerita soal N250, saya memiliki kekecewaan yang yang sama dengan beliau, seandainya N2130 benar-benar lahir………….kita tak perlu susah-susah membeli B737 atau Airbus 320.

 

***

 

Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya………………..

 

“Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines narrow body, itu saya tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena anak Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah khusus mengenai manufakturing pesawat terbang, kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat terbang. Kalau saja N2130 diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari Boeing dan Airbus untuk membangun jembatan udara di Indonesia”.

 

“Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD,

 

Q itu Quality, Dik, anda harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan konsisten? C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produsen sejenis? D itu Delivery, biasakan semua produksi dan outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu!Itu saja!”

 

Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sbb:

 

“Kalau saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D nilainya 1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu Dik………….organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik………………”

 

Tiba-tiba, pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat sesuatu ………………………

 

“Dik, ……….saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ………..ibu Ainun istri saya. Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar.

 

Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya…………saya mau kasih informasi……….. Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu……………………”

 

Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat emosional serta mengalami luka hati yang mendalam…………… seisi ruangan hening dan turut serta larut dalam emosi kepedihan pak Habibie, apalagi aku tanpa terasa air mata mulai menggenang.

 

Dengan suara bergetar dan setengah terisak pak Habibie melanjutkan……………………

 

“Dik, kalian tau……………..2 minggu setelah ditinggalkan ibu…………suatu hari, saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sendirian sambil memanggil-manggil nama ibu……… Ainun……… Ainun …………….. Ainun …………..saya mencari ibu di semua sudut rumah.

 

Para dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu berpendapat ‘Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini…………..’ mereka bilang ‘Kita (para dokter) harus tolong Habibie’.

 

Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya diberinya 3 pilihan;

 

1. Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya dapat mandiri meneruskan hidup. Artinya saya ini gila dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa!

 

2. Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja, artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus……………

 

3. Opsi ketiga, saya disuruh mereka untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun, anggaplah saya bercerita dengan Ainun seolah ibu masih hidup.

 

Saya pilih opsi yang ketiga……………………….”

 

Tiba-tiba, pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita yang biasa mendengarkan beliau juga pasti maklum bahwa gaya bicara pak Habibie seperti meloncat kesana-kemari dan kadang terputus karena proses berpikir beliau sepertinya lebih cepat dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan sesuatu) …………………. ia melanjutkan pembicaraannya;

 

“Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun…………..dan hari ini persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari Jerman ke tanah air Indonesia…….

 

Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat…………. saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya, Adri maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke tanah air bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia”

 

Seluruh hadirin terhenyak dan saya tak kuasa lagi membendung air mata…………………………

 

Setelah jeda beberapa waktu, pak Habibie melanjutkan pembicaraannya;

 

“Dik, sebegitu banyak ungkapan isi hati kepada Ainun, lalu beberapa kerabat menyarankan agar semua tulisan saya dibukukan saja, dan saya menyetujui…………………

 

Buku itu sebenarnya bercerita tentang jalinan kasih antara dua anak manusia. Tak ada unsur kesukuan, agama, atau ras tertentu. Isi buku ini sangat universal, dengan muatan budaya nasional Indonesia. Sekarang buku ini atas permintaan banyak orang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain Inggris, Arab, Jepang….. (saya lupa persisnya, namun pak Habibie menyebut 4 atau 5 bahasa asing).

 

Sayangnya buku ini hanya dijual di satu toko buku (pak Habibie menyebut nama satu toko buku besar), sudah dicetak 75.000 eksemplar dan langsung habis. Banyak orang yang ingin membaca buku ini tapi tak tahu dimana belinya. Beberapa orang di daerah di luar kota besar di Indonesia juga mengeluhkan dimana bisa beli buku ini di kota mereka.

 

Dik, asal you tahu…………semua uang hasil penjualan buku ini tak satu rupiahpun untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Semua uang hasil penjualan buku ini dimasukkan ke rekening Yayasan yang dibentuk oleh saya dan ibu Ainun untuk menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang tuna netra. Kasihan mereka ini sesungguhnya bisa bekerja dengan nyaman jika bisa melihat.

 

Saya berikan diskon 30% bagi pembeli buku yang jumlah besar bahkan saya tambahkan lagi diskon 10% bagi mereka karena saya tahu, mereka membeli banyak buku pasti untuk dijual kembali ke yang lain.

 

Sekali lagi, buku ini kisah kasih universal anak manusia dari sejak tidak punya apa-apa sampai menjadi Presiden Republik Indonesia dan Ibu Negara. Isinya sangat inspiratif……………….”

 

***

Saya menuliskan kembali pertemuan pak BJ Habibie dengan jajaran Garuda Indonesia karena banyak kisah inspiratif dari obrolan tersebut yang barangkali berguna bagi siapapun yang tidak sempat menghadiri pertemuan tsb. Sekaligus mohon maaf jika ada kekurangan penulisan disana-sini karena tulisan ini disusun berdasarkan ingatan tanpa catatan maupun rekaman apapun.

 

Jakarta, 12 Januari 2012

 

Salam,

Capt. Novianto Herupratomo

 

***

Cerita itu saya kutip dari notes facebook disini, sebuah renungan yang seharusnya menjadi perhatian bagi kita. Betapa menyedihkan sebuah bangsa yang tak pernah menghargai orang berilmu! Tak pernah memberi kesempatan kepada anak bangsa untuk menjadikan bangsanya mandiri! Entah ada apa dengan negara ini…! Entah dimana mata dan telinga para penguasa diletakkan!

 

Saya seorang peneliti, yang tahu betul bagaimana kami dilatih untuk bertindak. Bahwa kami harus melakukan segala macam upaya agar output yang dihasilkan adalah output yang QCD!

 

Tak sekali dua kali proposal yang sudah kami susun berhari-hari bahkan berminggu-minggu mengalami pernyempurnaan di segala sisi? Tak sekali dua kali para evaluator selalu menjadi pendamping kami dalam melaksanakan serangkaian percobaan.

 

Tak sedikit pikiran dan tenaga kami habis untuk bagaimana selalu menyempurnakan metode hingga output tercapai. Kami juga kadang tak berontak saat kerja bertahun-tahun tapi gaji yang kami dapat hanya setara dengan goyangan ngebor Inul satu jam! dan yang lebih menyedihkan, karya kami hanya mendapat cibiran, jika tidak akhirnya dipinggirkan!

 

Entah apa yang ada di benak para penguasa negeri ini! sepertinya posisi orang berilmu memang sudah tak lagi mendapat tempat, jadi siapa yang salah jika akhirnya mereka mencari tempat lain?

 

Dan saya perempuan, dan seorang muslimah. Maka apapun profesi saya, saya tetaplah muslimah dan perempuan. Seseorang yang mendapat kehormatan dan kemuliaan menjadi seorang Ummu warobatul bait, Istri sekaligus Ibu dan pengatur rumah tangga.

 

Maka jika aktivitas dan profesi yang kutekuni menjadikanku abai terhadap peranku, aku akan meninggalkannya dan memilih tempat yang lebih memuliakanku, yaitu menjadi Ibu dan pengatur rumah tangga. Bukan seorang Ibu semu, yang hanya berperan melahirkan dan memberi makan, tanpa pernah menjadi teladan, pengajar, pendengar dan teman untuk anak-anaknya…

 

Dan entah apa yang ada di benak para penguasa negeri ini, jika RUU Kesetaraan Gender lalu diketok palu menjadi UU!… bersiaplah menjadi orang-orang yang menggoreskan catatan sedih, dengan kebijakan negeri ini…

 

 

Buah Sirsak Mengandung Antioksidan Tinggi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buah sirsak adalah salah satu bahan baku ekstrak herbal yang memiliki kandungan antioksidan tinggi sebagai pencegah penyakit kronis. 

Hal ini ditegaskan Thomas R Harsono, CEO perusahaan bahan baku PT Tigaka Distrindo Perkasa Rabu (27/3). "Kami yakin bahan baku ekstrak herbal dari buah sirsak ini akan memberikan profil antioksidan yang signifikan." 

Dia menjelaskan, buah sirsak mengandung asam askorbat yang dapat meningkatkan antioksidan di dalam tubuh kita, sehingga dapat membantu untuk melawan radikal bebas yang terdapat di dalam tubuh kita ini.

Selain itu, antioksidan juga diyakini dapat mencegah terjadi penuaan dini khususnya bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan.

"Ini seiring dengan peningkatan ekonomi masyarakat yang ditunjang dengan gaya hidupnya. Masyarakat kini lebih mencari produk yang bisa membuat awet muda atau menunda penuaan. Bahan-bahan aktif untuk anti-agingbanyak digemari karena mengandung antioksidan," katanya.

Apalagi, ujar dia lagi, pihaknya mengamati, masyarakat sekarang lebih senang dengan makanan yang dapat memicu penyakit-penyakit tertentu. "Pendapatan tinggi, gaya hidup juga tinggi, sehingga produk antioksidan dapat menjadi solusi yang sangat baik untuk mencegah datang penyakit tertentu," kata dia lagi.

Produk antioksidan, kata Thomas, bisa meningkatkan daya tahan tubuh seseorang khususnya yang memiliki gaya hidup tidak sehat.

 

 

Have a Meta New Year! - L. Michael Hall

On January first I sat down with a sheet of paper and wrote out a list of my dreams, my goals, my resolutions, my aims, my intentions, and my purposes for 2009.  On that day also I received emails from half a dozen people who sent me their list—the things they wrote down that they were committed to make happen in the new year.  Three other people, Neuro-Semantic trainers and Meta-Coaches also wrote and told me that they reviewed their Matrix Business Plan on January 1st.

 

It's natural that people do these things as a new year begins.  It's even more natural for people committed to the unleashing of their potentials to do this.  It is especially appropriate that people in NLP and Neuro-Semantics do this.  Why?  Because they have been trained in the power and elegance of the Well-Formed Outcome Pattern.   This pattern is generally taught on Day One of NLP Practitioner (and Coaching Essentials) and of course, we also use it on Day One of Coaching Mastery (ACMC) for developing the competency of creating effective KPIs.

 

If you know the SMART goal distinctions, the Well-Formed Outcome expands and enriches those distinctions: Specific (detailed, concise), Measurable (quantifiable), Achievable (realistic, feasible), Relevant (high value, profitable, desirable, practical), Time-based (timely, finite).  I've included the ten criteria of the Well-Formed Outcome at the end of this article.

 

Would you like to have a Happy Meta New Year?  You can.  Begin by accessing your meaning-making powers, and especially your intentionality, to design your life with a robust sense of purpose, direction, and focus.   Now if I were your fierce-conversation coach for a day, here are some of the questions I'd explore with you.

 

1) What results do you want in 2009?

What results do you want in your health and fitness?  In your business and career?  In your skills and competencies?  In your finances and investments?  In your relationships?  In your hobbies and recreations?  In your contributions and legacy?

 

As you consider the results that you want to achieve in this new year, do you experience these results as lofty, noble, challenging, and energizing?  Quality control them in terms of these four attributes.  How lofty are the results that you want?  Are they lofty enough to create an inner excitement?  To enable you to stretch forward and transcend your current life?  How noble are the results you're going after?  Are they noble enough to get your ego out of the way?  Is your goal compelling?   "The greater danger for most of us lies not in setting our aim too high and falling short, but in setting our aim too low and achieving our mark."  (Michelangelo).

 

2) What results are you getting now?

What performance indicators are you using now to evaluate and measure the results you are currently getting?  What have you been doing that has resulted in the current conditions of your life?

 

The fact is—you are getting results now!  You are getting results in your health and fitness, your body weight and strength.  But what?  Look in a mirror and you'll see some of them!  Ask someone who will be honestly candid and you'll discover others.  What relationship results are you now getting?  Communication results?  Love and affection results?  Are you financially independent or are you still working for money?  Are you a slave to monthly bills?  Will this be the year that you begin to create a foundation of wealth so that you can stop serving money?

 

3) Have you assumed complete responsibility for your results?

Who is responsible for your health?  Your financial well-being?  Your sense of love and affection?  Who's responsible for finding your passion and living passionately?

 

If the answer that immediately comes to your lips is not, "I am!"  Or if it does not immediately come with a sense of celebration and excitement, "I am!" then will this be the year that you assume complete response-ability for your inner powers?  Will this be the year that you'll stop passing-the-buck or playing the blame game?  Will you step up to be a fully response-able person?

 

4) Do you have a clear an specific target for the results you want?

How clear and precise are your goals for the new year?  Are they measurable?  How will you measure them?  How will you know that you have achieved the results that you want and that you can now "check them off?"

 

Vague and ambiguous goals without a time-line or a measurable scale masquerade as goals, but are not well-formed goals.  They are more wishes—things you want and hope for, but for which you don't have a well-formed outcome.  Is this the year you'll stop fluffing around in dreamland and come down to reality by making your goals precise and specific?

 

5) Do you have a clear and specific strategy for how you will achieve the results you want?

How will you achieve your goal?  What will you do?  When will you start?  How often will you implement the strategy?  Do you have your action plan written out so that you can use it as a checklist of activities that will bring you the desired results?  Is your goal actionable?  Can you take action on it?

 

Those who are high performers have a strategy.  They have a well-desired plan that they can follow and implement.  They also have it written out.  Trying to keep the strategy in your mind seriously reduces its effectiveness.  The neuro-muscular activity of actually writing it down puts muscle into the goal and enables it to get into your muscles as muscle-memory.  Mark Twain said, "The secret of getting ahead is getting started.  The secret of getting started is breaking your complex overwhelming tasks into small manageable tasks and then starting on the first one."

 

6) Have you identified sabotages that could wreck the success of your desired results?

Are you unstopable?  Could anything stop you from fully and completely achieve your goals?  What?  Do you know the things might seduce you away from the results you want?  What's your plan for dealing with those sabotages?

 

Top performers know that it's unrealistic to assume that merely setting a goal will make it happen.  There's lots of things that can recruit you away from implementing your goal.  Do you know the things that can get your way?  What structures will you put in place so that you will not be taken away from your highest objectives?

 

7) What are the key success factors for you to achieve peak results?

What are the critical pieces in your plan for achieving the highest results?  Do you know them?  What will you have to do to find them?  What are the most important steps?

 

Getting the results you want requires certain actions on your part.  Some are absolutely critical and essential, others are good and supportive.  Do you know the difference?  What are the implementation steps that you cannot skip on?  Have you prioritized the necessary and sufficient steps from those that are extra and add to the execution of your strategy?

 

8) How intense is your focus on your desired results?

If you were to gauge the intensity of your ability to concentrate on the goal, how high is your intensity?  Is it high enough?  What will you need to do to increase that intensity?  Can your focus be broken or interrupted?  What would sabotage your focus?

 

Focus is a matter of intention and purpose and it grows from the meaningfulness of the objective.  It also is a matter of prioritizing so that you know first things.  And it's a matter of competency in being able to step in and out of a highly focused state, a genius state.  Is this the year that you'll get to an APG training to develop a fully functioning genius state?  "Once I am set on a goal, it becomes difficult to deflect me." (Albert Einstein).

 

9) What feedback do you want or need that will support you getting the results you want?

What feedback on your actions would enhance your competency and shape your take skills to the next level?  Who will give you that feedback?  How often will you seek that feedback?  How open are you to that feedback?  How quick will you act on that feedback?

 

You need feedback, all peak performers do.  Feedback is an incredibly important secret ingredient for accelerating your learning and shaping your competencies.  But it takes a lot of ego-strength and a strong sense of self to be able to look at your behaviors straight-on without defensiveness.

 

10) What benchmarks will you use for measuring when you get your desired results and knowing when to check it off?

How will you measure your results?  What measurements will you use?  How will you know to check off the goal as "Achieved!"?

 

This is the whole point of getting a KPI (key performance indicator) and making sure that the KPI is specific, precise, and measurable.

 

11) Who will you need on your team to actualize your desired results?

Who will support you?  Who will hold you accountable?  Who will you work with and through?  Who will be a collaborative partner with you?  Whose help do you need to achieve your goals?

 

Top performers don't go it alone. They are not "lone rangers," but help and are helped by others.  They collaborate with a win/win attitude.

 

 

Criteria for a Well-Formed Outcome

 

1) Stated and represented Positively:

State what you want, not as what you do not want.  Represent what you will be doing and thinking.  Create a movie in your mind of life beyond or after the challenge or problem.

 

2) Sensory-based or empirical:

Stated in sensory based terms in the hear and now so that your internal movie will be close and immediate.  Benchmark the specifics in see-fee-hear actions and behaviors.

 

3) Contextualized:

Describe the contexts of the outcome, when, where, with whom, how often, etc.

 

4) Actions steps and stages:

Represent the outcome in terms of processes, the specific steps and stages, and behaviors which will move you to achieving your goal.  Use verbs rather than nouns and nominalizations.

 

5) Self initiated and maintained:

Describe the processes and behaviors that within your own control, that you can initiate and maintain.

 

6) Resources specified:

Describe the resources you will need to achieve your outcome, how will you do this?

 

7) Compelling:

Describe the outcome in language that you find compelling and motivating.  Use the client's actual words and language.

 

8) Ecologically balanced:

Describe your outcome in a way that you recognize as balanced and ecological for all the contexts and relationships of your life.

 

9) Forecasted in a time frame:

Locate the specific actions of the goal on your time-line and its final achievement.

 

10) Evidence Procedure:

Identify an evidence procedure that will let you know when you have achieved your outcome.

 

 

Menjadi Manusia Baru Di Tahun Baru

The party is over. Pesta tahun baru sudah selesai. Pertanyaannya
sekarang adalah; setelah semua kemeriahan itu, apa yang tersisa untuk
menjadi bekal kita menjalani hari demi hari ditahun yang baru ini?
Dan ngomong-ngomong, adakah hal esensial baru yang sungguh-sungguh
kita miliki sehingga kita layak mengelu-elukan tahun baru itu? Jika
kita masih menjadi pribadi yang tidak ada bedanya dengan tahun lalu,
maka perayaan tahun baru tidak lebih dari sekedar euforia belaka.
Sebab, hanya mereka yang berhasil menjadi manusia baru saja yang
patut mengklaim kemeriahan tahun baru itu. Menjadi manusia barukah
kita, atau sekedar terhanyut oleh kemeriahan semu belaka?

Dikampung saya dulu, ular merupakan binatang yang mudah ditemui.
Tentu ada ular yang berbisa.
Ada juga yang tidak berbisa. Ada ular
pohon. Ular tanah. Dan juga ular air. Tetapi, dari perbedaan-
perbedaan yang dimiliki oleh para ular itu, mereka memiliki satu
kesamaan. Anda tahu persamaan diantara mereka itu? Tepat sekali,
mereka para ular mengganti kulitnya setiap periode waktu tertentu.
Dan disaat menjelang pergantian kulit itu, para ular pergi ketempat-
tempat sunyi. Lalu disana mereka merenung, meninggalkan segala
kenikmatan. Mereka tidak melakukan aktivitas lain selain berdiam
diri, bagaikan para pertapa yang sedang bermeditasi.

Ketika mereka selesai bermeditasi itulah bagian epidermis dari kulit-
kulitnya terkelupas, sedangkan bagian dermis didalam tubuhnya naik
kepermukan menjadi epidermis yang baru. Mengapa ular mengganti kulit?
Ilmu pengetahuan menjelaskan bahwa salah satu fungsi pergantian kulit
bagi ular adalah demi mengakomodasi kebutuhan tubuhnya untuk tumbuh
membesar. Jadi, ular yang berganti kulit itu tengah tumbuh untuk
menjadi ular yang lebih besar, dan lebih matang. Ini berarti bahwa
ular 'merencanakan' sesuatu untuk proses pertumbuhannya selama satu
periode kedepan hingga tiba saatnya bagi dia untuk kembali berganti
kulit.

Pertanda apakah gerangan ini bagi kita? Ini adalah isyarat yang
menjelaskan bahwa pergantian tahun tiada lain adalah saat dimana kita
selayaknya merenung dan merencanakan sesuatu untuk proses pertumbuhan
selama satu periode kedepan hingga tiba saatnya bagi kita untuk
kembali berganti tahun.

Ular tidak sekedar berganti kulit. Melainkan berganti kapasitas diri.
Sebab, setiap periode pergantian kulit merupakan tanda atas 'kenaikan
tingkat' bagi dirinya. Oleh karena itu, setiap ular yang berganti
kulit, pastilah menapaki tingkatan hidup yang lebih tinggi dari
sebelumnya. Apakah kita para manusia juga demikian? Dengan kata lain;
adakah setiap pergantian tahun yang selalu kita elu-elukan itu
menjadi tanda atas 'kenaikan tingkat' bagi kita?

Salah satu bukti dari kenaikan tingkat terlihat dari seberapa besar
bobot 'hal baru' yang kita lakukan. Jika kita mengaku naik tingkat,
namun semua yang kita lakukan tidak ada bedanya dengan apa yang
dilakukan tahun lalu; maka kita patut mempertanyakan klaim itu. Tidak
ada kenaikan tingkat, tanpa sikap yang baru. Jadi, tahun baru tidak
berarti apa-apa bagi kita selain terbuangnya nilai waktu. Lalu, apa
yang kita rayakan waktu itu? Jika ditahun yang baru ini, perilaku
kita, sikap dan tindak tanduk kita tidak lebih baik dibandingkan
tahun lalu; maka itu berarti bahwa kita telah keliru memaknai tahun
baru.

Seperti sang ular yang berganti kulit demi pertumbuhan dirinya, maka
seyogyanya tahun baru menjadi saat dimana kita memperbaharui segenap
tekad dan komitmen penuh untuk menjadi manusia baru yang labih baik.
Mengapa mesti begitu? Karena kita selalu meminta agar Tuhan
menjadikan tahun ini lebih baik dari tahun lalu. Namun, jika kita
tidak mengubah apapun dari kehidupan kita; bagaimana mungkin kita
mendapatkan hasil yang berbeda?

Memang, kadang-kadang kita juga meniru ular merencanakan sesuatu
untuk dicapai ditahun yang baru ini. Kemudian kita menyebutnya
sebagai resolusi. Keren, bukan?. Namun, meskipun setiap tahun kita
membuat resolusi, tetapi kita tidak pernah berani mengevaluasi
seberapa berhasil kita mewujudkan resolusi-resolusi itu? Sebaliknya,
kita sering sok bertoleransi dengan kenyataan yang jauh melenceng
dari resolusi yang kita buat berkali-kali. Ular tidak demikian.
Sebab, sesaat setelah dia membuat komitmen untuk berganti kulit; dia
secara sungguh-sungguh menjalani hidupnya. Dia menanggalkan dan
meninggalkan kulitnya yang lama. Dan menjelma menjadi ular baru.

Sungguh, seolah para ular hendak memberi contoh pada kita untuk
menanggalkan 'baju-baju' lama kita. Yaitu, baju dalam bentuk perilaku-
perilaku lama kita yang tidak bisa menunjang proses pertumbuhan diri
kita untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dengan kata lain, kita
diajak sang ular untuk menanggalkan setiap elemen buruk didalam diri
kita; agar kita bisa menjadi manusia baru, ditahun yang baru ini.
Bisakah kita?


Dadang Kadarusman

 

2-00-9 Smangat !

2009

By Yant Subiyanto,  Jan 31, 2008 16.00 Pacitan

 

The Winner, dalam setiap apapun yang ada baik keadaan, situasi, angka, dll, harus selalu kita maknai dengan positif, sehingga senantiasa positif pula yang akan hadir. Tanggal 1 Januari 2009, kemarin, cukup banyak SMS yang saya kirim, seperti ini "2009, 2=Dunia dan Akhirat, 0-0=Lompatan Besar, 9=Kesempurnaan…dst".

Kok jadi percaya angka ya? Apa bedanya dengan ketik Reg spasi Ramal, dukun, paranormal, dll? He he.. sangat berbeda. So, jangan dulu diarahkan ke syirik musrik. Okey, kita simak satu persatu. Alasan penting tentunya terkait dengan positif thingking, kemudian law attraction. Positif thingking, segala sesuatu pastilah ada hikmah baiknya. Dengan law of attraction, maka kita munculkan harapan sehingga benar-benar makna angka tersebut bisa terealisasi.

 

2 = Dunia dan Akhirat

Tujuan besar kita saat ini, apapun namanya adalah "sukses". Banyak sekali parameter yang ada, dan masing-masing orang pasti berbeda. Kategori sukses, bagi kita yang percaya adanya kehidupan setelah kehidupan saat ini didunia kira-kira sbb :

-          Orang sukses di dunia dan sukses di kehidupan setelah dunia ini.

-          Orang gagal di dunia dan sukses di kehidupan setelah dunia ini.

-          Orang sukses di dunia dan gagal di kehidupan setelah dunia ini.

-          Orang gagal di dunia dan gagal di kehidupan setelah dunia ini.

Kehidupan di dunia banyak diukur dengan harta benda, pangkat jabatan, dll. Kehidupan setelah dunia ini, akan lebih banyak orang mengukur dengan surga. Sedang kriteria yang empat diatas, sudah barang tentu kita memilih yang pertama suskes dunia dan akhirat, bahasa gampangnya. Itu menjadi harapan ditahun ini dan mendatang tentunya. Sedang jalan menuju sukses mau apa saja, ya masing-masing individu punya wayout yang berbeda tentunya.

 

0-0   = Lompatan Besar

Normalnya dalam hitungan 0, 1, 2, 3 dst. 0 ke 1, satu lompatan. 0 ke 2, dua lompatan, melalui angka 1. Nah, kalau 0 – 0 berarti lompatan besar karena harus melewati 1,2,3,4… sampai dengan 9. 0 – 0 bukan saja lompatan, melainkan perputaran yang penuh.

Bukan dalam angka saja mestinya, lompatan ini, tetapi dalam kehidupan. Misalnya kalau tentara dari Kapten langsung Kolonel atau Jendral Bintang 1. Dari staff ke Supervisor yang Senior. Dari untung Rp. 10.000,- per barang menjadi Rp. 100.000,- per barang. Dari jual 1 ton menjadi 50 ton. Itu sebagian bentuk lompatan besar.

Banyak lagi yang bisa dilakukan sebagai bentuk lompatan besar. Apa mungkin ? yah harus optimis mungkin. Kalau kita ragu sejak awal, hasilnya juga "ragu".

 

9 = Kesempurnaan

Sering ada menyampaikan kalau 10 itu nilai sempurna Tuhan. Nilai sempurna manusia berada di angka 9. Entah benar atau tidak, bagi saya angka terbesar dari 10 yang ada tetap saja 9. Sehingga saya maknai angka 9 sempurna. Kita buat semangat baru dan yakini bahwa tahun ini dan mendatang kita akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sehingga kita tidak termasuk orang yang merugi. Lebih hebat lagi, tahun ini kita buat agar diri kita menjadi sempurna. Kita tanamkan dengan kuat bahwa kita berusaha menjadi sempurna.

Apakah hasilnya kita akan mendekati atau masih jauh dari sempurna, tugas kita yang terbesar adalah usaha dengan maksimal dan optimal. Hasil akan mengikuti usaha kita. Kalau toh ada yang seolah menyimpang dari usaha kita, itu berarti bahwa Tuhan memberikan dalam bentuk lain. Hikmah ada didalamnya.

 

Wah semakin percaya pada angka nih? Tidak ! percaya pada Tuhan yang sangat tak terbatas ketika memberikan kepada kita semua yang benar. Kalau peramal itu tepat, semua orang akan sukses. Karena kelahiran, tanggalnya bisa kita majukan dengan operasi. Kalau peramal atau dukun itu hebat, siapa bilang dia mau jadi peramal. Peramal berfikir, lebih baik menjadi Bill Gate, atau jadi Anthony Robins, atau presiden. Kan bisa diramalkan.. he he… maaf bagi yang suka percaya ramalan atau paranormal atau dukun, angka ini tidak ada kaitan sama sekali dengan hal mistis. Dan penulis tidak percaya samasekali tentunya dengan hal-hal tersebut, angka ini merupakan wujud bahwa manusia memiliki potensi untuk berintrepetasi semua hal dengan positif. Sehingga akan berdampak positif pula. Salam sukses….

 

PRINSIP RASA SUKA

Prinsip kelima dari Psikologi Persuasi menurut Robert B. Cialdini dalam bukunya

yang berjudul The Psychologi Influence Of Persuasion adalah apa yang disebut

dengan Prinsip Rasa Suka. Untuk menjelaskan prinsip ini mungkin dapat kita lihat

bagaimana sales kosmetik membuat strategi penjualan nya. Kita sering mendengar

apa yang disebut dengan demo kecantikan. Prinsip kerjanya seperti ini,

seorang sales kosmetik akan menawarkan program demo kecantikan kepada

salah seorang ibu yang cukup berpengaruh di lingkungan nya. Kemudian,

ibu yang berpengaruh ini akan mengundang rekan-rekan nya dan biasanya

yang memiliki hubungan cukup akrab dengan nya. Dalam demo kecantikan itu,

kemudian pada sessi akhir nya akan mempromosikan alat kosmetik yang akan dijualnya.

Kemudian prinsip rasa suka akan bekerja, menurut anda siapa yang akan menjadi

bahan pertimbangan para undangan itu untuk membeli alat kosmetik

yang dijual oleh sang sales..? Apakah sales kosmetik itu..? Ternyata tidak..

Faktor yang paling berpengaruh dari kesuksesan penjualan dengan cara seperti ini

adalah seberapa besar pengaruh ibu yang mengundang rekan-rekan nya,

bukan seberapa pandai sales ini menjelaskan tentang produk yang di jual nya.

Para undangan akan menghubungkan antara produk yang dijual dengan

orang yang mengundang. Di benak mereka, tidak membeli berarti mengecewakan

orang yang mengundang. Prinsip rasa suka terhadap orang yang mengundang,

sangat berpengaruh terhadap kesuksesan penjualan alat kosmetik ini.

Hal ini juga terjadi dalam penjualan alat-alat masak yang di selubung dengan strategi demo masak.

 

Pada strategi yang lain dalam prinsip ini, seorang sales yang mendapatkan

nama referensi dari klien nya akan menggunakan nama orang itu ketika

menghubungi calon klien yang di referensikan oleh klien nya. Efek nya adalah

bukan sales itu yang akan menjadi faktor penentu keputusan untuk membeli,

melainkan kedekatan hubungan antara orang yang direferensikan dengan orang

yang memberikan referensi.

 

Hal lain yang terkait dengan prinsip ini adalah prinsip kemiripan atau kesamaan status.

Pernah mendengar seorang marketing yang menggunakan bahasa daerah yang sama

dengan klien nya saat menawarkan produknya..?? Atau seorang marketing

yang berujar seperti ini; “Ayolah Bu, kita kan sama-sama orang marketing,

pasti ibu mengerti kondisi saya..”. Kemiripan dan kesamaan status diangkat

untuk memperkuat pengaruh persuasi yang dilakukannya.

 

Pada tahun 1970-an pernah diadakan penelitian dengan menggunakan prinsip kemiripan.

Para peneliti menggunakan pakaian yang sama dengan para mahasiswa

yang dijadikan obyek penelitian, kemudian mereka meminta uang sebanyak

10 sen untuk menelpon. Hasil penelitian menunjukkan dua pertiga dari

obyek penelitian mengabulkan permintaan peneliti. Tapi ketika pakaian

yang dikenakan berbeda dengan obyek penelitian, hasilnya keefektifan persuasi

berkurang setengah nya.

 

Prinsip lain yang terkait rasa suka adalah prinsip asosiasi,

dimana seseorang atau sesuatu akan dikaitkan dengan sesuatu atau orang yang lain.

Prinsip ini yang banyak terjadi pada artis-artis film ataupun sinetron.

Mereka diasosiasikan dengan peran-perannya di film ataupun sinetron.

Artis yang banyak memerankan tokoh-tokoh baik akan cenderung disukai,

dan sebaliknya artis yang memerankan tokoh antagonis akan cenderung untuk dibenci.

Prinsip ini juga mengenai para politisi. Para politisi yang dimusuhi penguasa

akan menjadi populer dan disukai jika penguasa yang memusuhinya

memiliki kebijakan yang buruk. Prinsip ini pula yang menginspirasi perusahaan

dalam memasang iklan mereka dengan mengasosiasikan dengan artis terkenal

sebagai bintang iklan nya. Para Fans dari bintang-bintang iklan ini akan

merasa telah mengecewakan idola nya jika tidak membeli produk

yang menjadikannya bintang iklan. Para pengusaha restoran juga berusaha

memasang papan tanda tangan artis terkenal yang pernah datang ke restoran itu,

agar artis itu terasosiasikan dengan restoran milik nya.

 

Prinsip lainnya yang terkait prinsip rasa suka adalah prinsip intensitas kontak

atau seberapa seringnya terjadi kontak. Dimana disebutkan dalam prinsip ini

bahwa orang yang memiliki intensitas kontak lebih tinggi akan cenderung lebih disukai

dibanding yang hanya memiliki intensitas kontak rendah.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang prinsip intensitas kontak ini,

lakukanlah percobaan kecil ini. Ambil negatif film foto diri anda,

kemudian anda cetak menjadi dua buah foto, dimana yang satu dalam posisi terbalik

(sisi kiri dan kanan wajah anda tertukar), dan yang satu lagi dalam posisi

yang sama persis dengan posisi anda. Sekarang lihat hasilnya

mana yang lebih bagus menurut anda? Dan tanyakan kepada rekan-rekan anda.

Jika anda seperti wanita Milwaukee yang menjadi korban metode ini,

maka akan terjadi fenomena yang agak aneh. Anda akan lebih menyukai foto yang terbalik

dan rekan-rekan anda akan lebih menyukai foto yang tidak terbalik.

Mengapa bisa seperti ini? Karena anda dan rekan anda akan merespon wajah yang dianggap lebih familiar.

Rekan anda selalu melihat anda sebagaimana posisi aslinya,

sedangkan anda selalu melihat anda dalam posisi terbalik dalam pantulan cermin.

Karena efek rasa suka, maka keakraban akan memainkan peran yang cukup besar

untuk mengambil keputusan. Salah satu contohnya adalah saat pemilihan umum.

Para pemilih yang belum menentukan pilihan sebelum masuk ke dalam bilik suara,

dan memiliki Informasi yang sangat kurang terhadap kandidat atau partai yang akan dipilih,

kemungkinan besar akan memberikan suara mereka kepada calon kandidat

atau partai yang lebih familiar di mata mereka. Baik itu yang fotonya atau

lambang partainya sering muncul di TV, ataupun yang fotonya atau

lambang partainya banyak tertempel di tempat-tempat umum.

 

 

Catur Suryopriyanto                                  

 

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger