# ATAU yang Spesial!

Seringkah kita mendengar kata ATAU?
Sering banget donk Pak..

Sadarkah Anda sering bertemu salesman mobil, asuransi, ataupun bisnis lainnya saat membuat janji temu dengan Anda mengatakan Atau?

Ya... Yaa..

"Ketemu senin atau selasa Pak?"
"Jam 10 atau jam 1 Pak?"

Apa sih yg Spesial dengan kata ATAU?

Ternyata kata ATAU adalah kata untuk membuat pilihan yang sebenarnya mengarahkan.

Mengarahkan untuk tetap iya dengan pilihan yang diinginkan penanya.

Nah, coba kalo ga pakai kata atau, jadi ketemu besok ga Pak? Wah bisa-bisa jawabannya "Ga Jadi".

So, mulai gunakan kata ATAU ya.

Mau belajar banyak kata yang dapat merubah hidup Anda??

Belajarlah Neuro Lingustic Programming (NLP) @ 28-29 November 2015.


Sukses Bahagia untuk kita bersama!
Best Regards,


Sobri Al Majid, S.Si, CHt, CT.NNLP, CPS
_._,_.___


by: "Sobri Al Majid" <sobri_am@yahoo.com>

 

 

Departemen Non-SDM Sebagai Penentu

Sudah sering saya mendengar keluhan para profesional yang bekerja di departemen SDM (sumber daya manusia) bahwa mereka harus "membersihkan" masalah-masalah seputar SDM di departemen lain. Sebaliknya, saya pun sering mendengar keluhan para profesional di departemen non-SDM bahwa mereka harus "membersihkan" masalah-masalah seputar SDM yang seharusnya dilakukan oleh departemen SDM. Saya pun menjadi penasaran apa sih persisnya yang dikeluhkan oleh departemen SDM dan non-SDM? Siapa harus melakukan apa?

 

Mari kita inventarisir masalah-masalah klasik seputar SDM di banyak perusahaan. Mulai dari keterlambatan karyawan, absensi, moral dan semangat kerja yang rendah, reaktif ketimbang proaktif, sulit menyumbang ide-ide, lebih banyak menuntut ketimbang bekerja sebaik-baiknya, dan lainnya. Masalah-masalah ini menjadi momok para manajer dan tim kerja. Nanti penanganan masalah-masalah ini akan kami petakan menurut fungsi dan kewenangan departemen SDM dan non-SDM.

 

Sebelumnya   mari   kita   lihat   posisi   departemen   SDM   di   perusahaan. Departemen  SDM  merupakan  departemen  pelayanan.  Melayani  departemen  non- SDM seputar akuisisi, pengelolaan dan pemberdayaan SDM serta mempertahankan SDM berkualitas bagus di perusahaan. Termasuk juga pengembangan organisasi dan budaya kerja yang tepat. Apa persisnya produk layanan departemen SDM?

 

Departemen  SDM  "bermain"  di  tingkat  kebijakan  dan  berperan  sebagai internal consultant  bagi  departemen  non-SDM.  Kebijakan-kebijakan  ini  di  susun mengacu   pada   strategi   bisnis   dan   strategi   masing-masing   departemen.   Ada keselarasan  antara  tujuan-tujuan  bisnis  dan  unit  kerja  dengan  sistem  manajemen SDM. Departemen SDM menyusun sistem manajemen SDM dan kebijakan atas input dari departemen non-SDM.

 

"Produk"  dan  layanan  departemen  SDM  di  bidang  rekrutmen  &  seleksi, pelatihan & pengembangan SDM, kompensasi & penggajian, hubungan industrial, manajemen karir & suksesi harus mampu mendukung aktivitas bisnis departemen non-SDM.  Ada  hubungan  yang  terukur  antara  sistem  manajemen  SDM  dengan kinerja bisnis dan departemen. Departemen SDM harus menjalin komunikasi & hubungan  mendalam  dengan  departemen  non-SDM  untuk  memperoleh  insight tentang  TOWS  (threath-opportunity-weakness-strength)  departemen  bersangkutan dan tantangan-tantangan yang dihadapi yang menghambat target kinerja. Nah, semua insight yang diperoleh kemudian dihubungkan dengan sistem manajemen SDM yang mendukung kinerja departemen.

 

Bagaimana posisi dan peran departemen non-SDM dalam sistem manajemen SDM di perusahaan? Bila departemen SDM adalah pembuat dan penyusun sistem manajemen dan kebijakan SDM, pengembangan organisasi dan budaya kerja, maka departemen  non-SDM  memainkan  posisi  dan  peran  sebaliknya.  Departemen  non- SDM memposisikan dirinya sebagai pemberi input bagi sistem manajemen SDM dan implementor dari sistem.

 

Input ini  berupa  strategi  unit  kerja  untuk  mencapai  target  kinerja,  proses bisnis, indikator  kinerja utama, tantangan tehnis dan non-tehnis yang dihadapi unit kerja, kriteria SDM untuk menghadapi tantangan-tantangan ini. Seluruh informasi ini harus diketahui dan dipahami oleh departemen SDM. Informasi-informasi ini bukan hanya terkini namun juga asumsi-asumsi atas situasi di masa depan.

 

Peran lain yang dimainkan departemen non-SDM adalah sebagai pelaksana dari sistem manajemen SDM dan kebijakan-kebijakannya. Terutama dalam perencanaan SDM, penyusunan analisis jabatan hingga job description, rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan SDM, manajemen karir dan suksesi, pengembangan   organisasi,   dan   budaya   kerja.   Beberapa   diantaranya   dilakukan bersama-sama dengan departemen SDM. Sebagai pelaksana, manajer non-SDM harus memastikan sistem manajemen dan kebijakan-kebijakan SDM dijalankan sebaik- baiknya di unit kerjanya.

 

Apa yang dibutuhkan manajer non-SDM dan timnya agar mampu menentukan sistem manajemen dan kebijakan SDM yang tepat di unit kerjanya? Apa yang dibutuhkan manajer non-SDM agar bisa melaksanakan dengan sebaik-baiknya sistem manajemen dan kebijakan SDM di unit kerjanya? Apa yang dibutuhkan manajer non- SDM untuk mengelola dan mempertahankan SDM-SDM yang terbaik di unit kerjanya? Nantikan tulisan saya yang ke-2.

Salam SDM !

 

Rezi A. Soripada

Management Educator, Consultant & Author

__._,_.___


by: Sarah Proaktif <proaktifsarah@yahoo.co.id>

 

 

Kekuatan VS Kelemahan

Saat memberikan konseling dan program pelatihan (coach), kami sering mendapat pertanyaan sbb:
Apa itu kelemahan saya?
Apakah benar kelemahan harus diperbaiki?
Mengapa kekuatan sulit kita kenali dan menggunakannya?
Bagaimana cerita keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin karena "kekuatan dan kelemahan"-nya?

Untuk menjawab hal tersebut, kami memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai apa itu kekuatan seseorang yang bisa dideteksi dengan beberapa alat psychology dan terutama dengan metode Behavioral Styles Management/Manajemen Perilaku. Kami menggunakan istilah kendaraan utama/paling cepat ybs dengan istilah "mobil" dan kendaraan paling lambat dengan istilah "becak". Bisa saja seseorang memiliki beberapa "mobil" tetapi pasti memiliki "becak". Demikian pula, walau seseorang memiliki beberapa "becak" pasti juga memiliki "mobil". Hal ini merupakan rahasia yang sangat luar biasa saat kita memikirkan bagaimana Tuhan memberikan begitu banyak kesempatan kita dibalik kesempitan. Memang tidak semua orang mampu melihat kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan orang lain secara obyektif dan menggunakannya untuk sesuatu yang berguna.

Kekuatan seseorang tersebut bisa dikatakan "modal" apabila ybs bisa mengenali-nya dan menggunakannya atau melipatgandakannya sehingga bisa disebut "potent". Sebaliknya kekuatan seseorang tersebut bisa juga menjadi perangkap atau racun sehingga membuat ybs menjadi "impotent".

Kekuatan seseorang tersebut belum bisa dikenali karena kalau diumpamakan, ibarat tubuh dan mulut seseorang secara fisik perlu untuk dirawat. Apabila tidak dirawat, kemungkinan besar ybs belum merasakan masalah dengan "bau badan dan bau mulutnya" tetapi tidak perlu lama-lama bagi orang lain untuk mengenali seseorang yang jarang mandi dan gosok giginya bukan? Oleh karena itu dalam tulisan kami sebelumnya tentang "Bangun Tidur Kuterus Mandi..." (Lihat di http://bestcharacters.blogspot.com/2010/10/bangun-pagi-kuterus-mandi-tidak-lupa.html ) untuk mengerti persoalan karakter seumpama demikian lama mengajarkan seorang anak MANDIRI (mandi sendiri dan gosok gigi) selama 6-7 tahun untuk sebuah kegiatan yang cuma 10-15 menit.

Kembali soal kekuatan yang sebenarnya memiliki 2 akibat: Potential atau Impotential, Modal atau Racun. Kekuatan seorang pemimpin saat dia gunakan Wibawa-nya akan menghasilkan kekuatan yang bisa kita lihat dalam sejarah. Mereka menjadi dikenang dengan kata-kata mutiaranya seperti: Vini Vidi Vici, Time is Money, No Pain No Gain, All by Myself, I've Got The Power dsb... Tulisan ini tidak mencoba menghakimi baik atau jahat-nya seseorang apalagi dari hasil buah karyanya karena kita belajar bagaimana keberhasilan tersebut dilihat orang lain dan memang sejarah mencatatnya. Kita lihat juga keberhasilan dari salah satu kekuatan yang menjadi sikap: WIBAWA ini juga hancur bukan karena kelemahannya tetapi karena "jigong" atau "bau badan dan bau mulut" karakternya itu sendiri. Sudah sering kita lihat para pemimpin dan pembuat sejarah cerita sedih dari masa kejayaannya ternyata bersumber dari kekuatan karakternya ybs itu sendiri yang sekaligus juga membuka celah masuknya para musuh termasuk musuh dalam selimut. Nama lain dari "jigong" kekuatan Wibawa contohnya bisa kita sebut adalah "Premanisme", "Brutalisme", "Kesewenang-wenangan" dsb. Hal ini bisa terjadi karena bisa saja dari reaksi berantai dari seseorang yang tidak tahu bahwa berkat pasti datang kepada semua orang seperti hujan dan sinar matahari, tetapi bagaimana membuatnya berlipat-ganda diperlukan kesadaran obyektif bahwa "mengapa kita dipercaya lebih dituntut tanggung jawab yang lebih".

Contohnya, Bill Gates menulis kata sbb: Bila Anda terlahir miskin itu bukan kesalahan Anda, tetapi bila Anda mati dalam kemiskinan itu adalah kesalahan Anda. Coba kita renungkan dengan sikap yang positif dan benar, berarti ada kemungkinan seseorang bisa saja terlahir kaya, tetapi bila ybs belum mati saja sudah menjadi tidak kaya berarti ada yang salah dalam mengelolanya bukan?

Berdasarkan hasil pengamatan kami, sumber terjadinya masalah tersebut selalu dari kekuatan seseorang misalnya sikap Wibawa tadi tidak diperdalam dan dipelajari dengan teman kerjanya. Yang terjadi "jigong" mulai muncul yaitu mulai menabrak wewenang yang seharusnya di perbaharui, kemudian teman kerja mulai dikurangi tetapi teman main (termasuk main perasaan) makin banyak. Maka tidak heran proses yang terjadi adalah pembusukan yang bila tidak dicegah mengakibatkan habisnya sumber daya, waktu dan kesempatan.

Kami tidak sependapat bahwa contoh kelemahan seorang pria adalah 3 Ta: Wanita, Tahta dan Harta. Tetapi Jigong Kekuatan seseorang tersebut yang menjadi celah dan dibaca oleh musuh seorang pria tersebut dengan obyek 3 Ta tadi maka sudah pasti mangsa akan mudah dicaplok.

Cukup mengherankan, secara fakta ironis keberhasilan seseorang/kelompok menjebak karakter atau membunuh karakter dilakukan dan diekspose lebih banyak dari pada keberhasilah seseorang/kelompok dalam mengembangkan dan membangkitkan banyak orang. Untungnya masyarakat masih bisa sangat merindukan sikap positif (WIBAWA) seorang pemimpin seperti yang kita lihat dalam kasus Penyelamatan 33 petambang yang terperangkap dalam tambang dikedalaman hampir 700 meter selama 66 hari oleh karena inisiatif Wibawa Presiden Cile Sebastian Pinera, karena belum pernah terjadi kalau korban bisa bertahan hidup selama itu dan sekaligus Presiden sampai turun tangan! Dunia masih menulis di banyak surat kabar selama 1 minggu mengenai drama yang luar biasa tersebut bisa mengalahkan semua sinetron dalam negeri yang bersifat sebaliknya mengagung-agungkan "jigong" karakter sehingga bisa berseri-seri baik di TV maupun panggung politik negara kita.

Dengan tulisan singkat ini, penulis mau mencoba memberikan peran serta kepada seluruh teman-teman yang budiman, jangan berprasangka dengan yang namanya kekuatan yang ada di dalam diri kita dan dalam orang lain. Manfaatkanlah maka otomatis PeDe kita akan meningkat dengan signifikan seyakin kita yang baru mandi dan gosok gigi untuk ketemu dengan orang lain. Demikian pula bila kekuatan tersebut tidak kita pakai, maka pasti bersifat "racun" baik untuk diri sendiri maupun orang lain.Jadi bagaimana kalau kita masih ditanya dan memang masih punya yang namanya kelemahan (becak) itu indikasi bahwa kita butuh teman. Oleh karena itu segeralah cari mereka yang punya kekuatan untuk mengatasi kelemahan kita tentunya secara obyektif bukan?

 

Salam Karakter,

Ir. William Wiguna, CPHR., CBA., CPI.

 

Selling to Today's Customers

By: Brian Tracy


What is selling? In its simplest terms, selling is the process of helping a person to conclude that your product or service is of greater value to him than the price you are asking for.


How Markets Work

Our market society is based on the principles of freedom and mutual benefit. Each party to a transaction only enters into it when he feels that he will be better off as a result of the transaction than he would be without it.


The Three Options

In a free market, the customer always has three options with any purchase decision. First, the customer can buy your product or service. Second, the customer can buy the product or service from someone else. Third, the customer can decide to buy nothing at all.


Convincing the Customer

For the customer to buy your particular product or service, he or she must be convinced that it is not only the best choice available but he must also be persuaded that there is no better way for him to spend the equivalent amount of money. Your job as a salesperson is to convince the customer that all these conditions exist and then to elicit a commitment from him to take action on your offer.

 

Customize Your Sales Presentation

The field of professional selling has changed dramatically since World War II. In a way, selling methodologies are merely responses to customer requirements. At one time, customers were relatively unsophisticated and poorly informed about their choices. Salespeople catered to this customer with carefully planned and memorized sales presentations, loads of enthusiasm and a bag full of techniques designed to crush resistance and get the order at virtually any cost.


Treat Them With Respect

But the customer of the 1950s has matured into the customer of the 21st century. Customers are now more intelligent and knowledgeable than ever before. They are experienced buyers and they have interacted with hundreds of salespeople. They are extremely sophisticated and aware of the incredible variety of products and services that are available to them, as well as their relative strengths and weaknesses of those products. Many of them are smarter and better educated than most salespeople and they are far more careful about making a buying decision of any kind.

The Need For Speed

In addition, they are overwhelmed with work and under-supplied with time. Because of the rapidly increasing pace of change, down-sizing, restructuring and the competitive pressures surrounding them, customers today are harried and hassled. They are swamped with responsibilities, impatient, suspicious, critical, demanding, and spoiled. To sell to today's customer requires a higher caliber of sales professional than has ever before been required. And it is only going to become tougher and more complicated in the months and years ahead.


Action Exercises

Here are two things you can do immediately to put these ideas into action.

First, think continually about how you can convince your customer that your product or service is the very best available. Why does he buy, or refuse to buy?

Second, upgrade your knowledge and skills every day so you can sell more effectively. Remember, your customers only get better when you get better.

 

 

Krilangkun

Oleh: Andrias Harefa

 


Deffy Lisa Hardjono, Cibubur, bertanya, "Setiap kali saya membaca aktivitas Prof yang berjuang untuk pendidikan, terutama untuk anak-anak yang tidak mampu namun berbakat tinggi, saya selalu bertanya dari mana Prof sendiri mendapat segala energi dan motivasi untuk perjuangan itu ".

 

Yang ditanya, Profesor Yohanes Surya pun menjawab, "Motivasi itu berasal dari keyakinan bahwa kalau kita menginginkan sesuatu (kita berada dalam kondisi kritis) dan kita melangkah dan melangkah dengan tekun, maka terjadilah mestakung (semesta mendukung) dimana lingkungan sekitar kita (termasuk sel-sel tubuh kita) mengatur diri, mendukung agar apa yang kita inginkan itu akan terpenuhi."

Begitulah kutipan dari tanya jawab dengan tokoh pilihan KOMPAS edisi Kamis, 27 Mei 2010 silam. Profesor Yohanes Surya sangat yakin bahwa Indonesia bisa me njadi salah satu negara terbaik dalam pengembangan sains dan teknologi kalau sebuah critical mass sudah terpenuhi, yakni sekitar 30.000 PhD. Itulah sasaran tembaknya. Lalu ia melangkah dan bertekun dalam bidang tersebut.

Tidak perlu dibahas prestasi dan reputasi yang telah dimiliki oleh Prof. Yo sebagai tokoh sentral, motivator ulung, pelatih sukses nomor wahid, yang membawa sejumlah siswa Indonesia merebut posisi terhormat dalam Olimpiade Fisika dan sekarang menjadi Penasihat Tim Olimpiade Fisika. Memang, tidak kurang kritik pedas yang dilontarkan berbagai pihak yang berbeda pandangan dengan Prof. Yo dalam soal apa yang harus diperjuangkan untuk memperbaiki pendidikan di negeri ini. Bagaimana pun, yang mau kita bicarakan dalam artikel pendek ini adalah resep sukses seorang Prof. Yo.

 

Resep sukses Prof. Yo, seperti berulang kali dikatakannya secara lisan maupun tertulis dalam berbagai kesempatan, tersimpan dalam tiga kata kunci: sasaran-kritis, melangkah, dan bertekun. Sederhana, namun cespleng luar biasa!

Orang sukses, kata Prof. Yo, mesti berani menetapkan sasaran. Bukan sembarang sasaran, tetapi sasaran yang membuatnya berada di situasi kritis. Artinya, ini sasaran yang bukan ecek-ecek. Bukan sasaran yang asal-asalan atau sekadar asal ada. Sasaran itu harus menempatkan kita pada situasi kritis, kalau tak tercapai risikonya bikin malu tujuh turunan (kalau menikah da n punya anak, tentu). Sasaran yang mendebarkan hati dan jantung, yang membuat bulu kuduk berdiri. Sasaran yang membuat kita memikirkannya ketika baru bangun tidur, dan memikirkannya sepanjang hari, bahkan terus memikirkannya sampai ketiduran atau tidur beneran. Sasaran yang pencapaiannya akan mengharumkan nama keluarga, nama suku dan nenek moyang, nama perusahaan/organisasi, bahkan, kalau perlu nama bangsa dan negara juga dipertaruhkan.

 

Sasaran ini makin tinggi makin baik. Seperti anjuran Bung Karno, "Gantungkan cita-citamu setinggi langit." Jadi, jangan membuat cita-cita hanya sebatas langit-langit rumah yang tingginya hanya 3 meteran. Tetapkan sasaran setinggi mungkin, yang menempa tkan Anda dalam kondisi kritis, itulah anjuran pertama.

Setelah sasaran ada, melangkahlah maju. Bertindaklah. Jangan malah pergi ke dukun atau minta dukungan peramal yang sendirinya tidak bisa meramalkan masa depannya. Pikirkan sesuatu yang bisa dilakukan untuk mendekatkan kita pada sasaran yang telah ditetapkan itu. Mulai dengan langkah-langkah paling kecil pun tak mengapa.

Dalam melangkah ini, syukurilah setiap kemajuan, betapa pun kecilnya. Berdoalah pada Tuhan, minta pimpinanNya. Bangunlah keyakinan pada kemampuan diri dan bimbingan ilahi. Belajarlah juga kepada pencopet, yang juga yakin bisa mencopet tanpa ketahuan. Sebab kalau tak yakin, tentu pencopet akan batal mencopet, bukan? Na h, kalau pencopet yang berbuat suatu kejahatan saja bisa yakin, mengapa kita yang punya cita-cita baik, mulia, dan luar biasa tidak yakin? Yakinlah akan kemampuanmu. Yakinlah akan bimbingan Tuhanmu. Melangkahlah maju dengan keyakinan itu.

 

Setelah melangkah, dan mendapatkan banyak tantangan-halangan-hambatan disana-sini, lalu apa? Bertekun. Bukan ter-kun, tidak sukses ke dokter ke dukun. Bukan. Tekun. Persisten. Jangan menyerah, kecuali sampai ke tujuan. Jangan bimbang kalau ada gelombang. Jangan gemetar dengar bunyi halilintar. Jangan menyerah dikala terasa susah. Jangan menjerit walau terasa sakit.

Dalam ketekunan itu juga ada fokus. Seperti sinar matahari yang tidak bisa membakar kertas. Akan tetapi, jika sinar matahari itu difokuskan lewat sebuah kaca pembesar, maka sinar itu akan mampu tidak hanya membakar kertas, tetapi juga daging akan matang terbakar.

 

Dengan sikap tekun, fokus, dan pantang menyerah ini, Prof. Yo mengingatkan tokoh pemenang Nobel Fisika dari Jepang, Masatoshi Koshiba. Ketika SMA dia "dihina" gurunya karena tidak bisa fisika. Hinaan itu membuatnya dalam kondisi kritis. Ia menetapkan sasaran untuk bisa fisika. Ia belajar dan belajar dan beajar. Meski lulus dari Tokyo University dengan nilai terenda h, Koshiba akhirnya menemukan momentum untuk menjadi profesor fisika ditempat ia pernah mendapatkan nilai terendah itu. Suatu ironi yang menginspirasi. Dan ketika ia dibuatkan KAMIOKANDE, lab untuk neutrino, ia berhasil membuktikan keberadaan partikel elementer yang disebut neutrino sehingga melahirkan bidang penelitian baru, yakni astronomi neutrino. Hasil penemuan ini diganjar dengan hadiah Nobel Fisika tahun 2002.

 

Begitulah, Profesor Yohanes Surya sudah membuktikan berulang kali dalam hidupnya, dan dalam pengamatannya kepada banyak tokoh dunia lainnya, bahwa resep sukses ini manjur: Kri-Lang-Kun. Tetapkan sasaran yang membuat Anda dalam situasi KRI-tis, kemudian meLANGkahlah, dan berteKUN.

 

Berani mencoba?

__._,_.___


by: Sarah Proaktif <proaktifsarah@yahoo.co.id>

 

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger