JOKOWI DAN KOMPETENSI PEMIMPIN BARU

Laksana Sirius di langit malam, hari-hari ini, Jokowi adalah bintang terang di langit perpolitikan Indonesia. Sebagai Gubernur baru DKI Jakarta, dia demikian populer. Kemana saja dia melangkah, ada media yang menguntitnya. Rakyat Jakarta pun belum lelah melahap apa saja berita tentang pria yang bertampang “biasa banget” ini.

Bulan madu kekuasaan Jokowi diisi dengan blusukan (keluar masuk) gang-gang sempit dan wilayah-wilayah kumuh tempat warga Jakarta berjejal hidup. Dia melihat langsung persoalan di lapangan, berbicara tatap muka dengan konstituennya serta meraba harapan dan kekecewaan publik.

Alih-alih mencicipi kursi empuk dan ruangan nyaman di istananya, di hari-hari pertamanya, Jokowi bersinggasana di pinggir kali ciliwung yang dekil dan bau, berpeluh di sengat panas ibukota serta ikutan stres disergap ganasnya kemacetan Jakarta.

Inilah sebuah harga yang harus dibayarnya untuk mendapatkan kepercayaan di tengah masyarakat yang sudah terlalu dalam kekecewaannya terhadap para pemimpin publik.

Tetapi bulan madu itu tidak lama. Tak sempat diselesaikannya agenda menyigi seluruh sudut persoalan, Jakarta sudah mengeluarkan kebiasaan buruknya. Belum genap dua purnama kekuasaannya, banjir â€"agenda rutin tahunanâ€"datang menepati janjinya setiap musim hujan.

Kota tua ini terang-terangan meledek dan menantang Jokowi!

Belum sempat dia menyusun agenda mengurai macet, sistem kelola layanan publik, persoalan kependudukan, jaminan sosial, dan setumpuk persoalan serius lainnya; persoalan genangan air yang tidak pada tempatnya ini tidak mungkin dia abaikan begitu saja.

Bisa dipastikan Jokowi mulai pusing. Tubuhnya terancam kian kurus!
Tetapi Jokowi sudah mendapatkan tambahan modal cukup signifikan untuk menghadapi semua masalah itu di pekan-pekan awal kekuasaannya. Selain modal 53 % suara dalam pilkada lalu. Yaitu modal kepercayaan yang sedikit demi sedikit terbangun di hati warga Jakarta.

Meski usia kekuasaannya baru seumur jagung, sepak terjangnya menerbitkan harapan.

Bukan sepak terjangnya ketika mengelola Kota Solo atau cerita suksesnya membangun kota itu menjadi kota yang lebih tertib dan bermartabat dengan cara-cara yang elegan. Karena kemampuan (capability) dan hasil (result)Jokowi di Solo, adalah sesuatu yang abstrak untuk warga Jakarta. Mereka tidak melihatnya langsung.

Yang warga Jakarta lihat secara langsung (setidaknya melalui media) adalah karakter Jokowi yang dia tunjukan dalam blusukan dan wara-wirinya kemana-mana pada pekan-pekan awal kekuasaannya itu. Sikapnya yang apa adanya yang seperti melawan arus besar karakter pemimpin yang harus jaga wibawa dan sok penting. Sisi-sisi manusiawinya yang kadang menerbitkan senyum â€"meski tidak sedikit juga yang mencemoohâ€"misalnya ketika dia menepok jidat sendiri mendapati para punggawanya di kelurahan dan kecamatan yang belum nongol di kantor pada jam buka layanan publik.

Itulah orisinalitas. Keaslian. Sesuatu yang apa adanya dan tidak dibuat-buat. Anehnya, orisinalitas ini di sukai oleh warga Jakarta.

Sedikit demi sedikit rekening kepercayaan publik terhadapnya bertambah saldonya. Meski, sesungguhnya, belum banyak karya yang dihasilkannya.

Sampai pada titik ini, Jokowi mempraktekan sebuah ketrampilan baru yang penting dimiliki oleh setiap pemimpin, yaitu “kemampuan membangun, memberikan dan memulihkan kepercayaanâ€
.

Dalam buku The Speed of Trust (ditulis oleh Stephen M.R. Covey, putra mendiang Stephen R. Covey) ketrampilan ini disebut sebagai “Kompetensi Pemimpin Baru”. Yaitu sebuah kompetensi unik yang wajib dimiliki oleh para pemimpin yang hidup di era global seperti sekarang ini, dimana naik-turun kepercayaan publik bisa sangat cepat terjadi dan disebabkan oleh banyak faktor yang tidak selalu bisa di jelaskan dengan akal sehat.

Hadirnya sosok pemimpin yang dapat membangun, memberikan dan memulihkan kepercayaan â€"terutama dari seluruh pemangku kepentingan sangat dibutuhkan untuk bisa menggerakan sebuah sistem, apalagi dalam sebuah sistem yang mandek.

Ibarat sebuah mesin, kompetensi ini seperti pelumas. Meski elemen-elemen penyusun mesin itu sangat canggih dan dibangun dengan teknologi terkini, tetapi tanpa pelumas, bisa di pastikan mesin itu tidak akan bekerja dengan baik dan kendaraan tidak akan jalan.

Berbeda dengan kompetensi-set seperti yang selama ini kita kenal dalam dunia kepemimpinan, kompetensi satu ini merupakan kombinasi unik antara hard dan soft competencies. Antara kompetensi teknis yang bisa diukur (berupa pengetahuan dan ketrampilan) dengan karakter orisinil yang sulit untuk di kuantifikasi. Tetapi â€"sesungguhnyaâ€"bisa di diamati.

Karakter orisinil itu dibangun paling tidak oleh 2 hal; yaitu Integrity (atau integritas; kesatupaduan kata, pikiran dan perbuatan) dan Intent (niat).

Jika diibaratkan pohon, dua hal ini adalah bagian akar yang tumbuh menghujam ke dalam bumi. Kadang tak teramati, tetapi bukan berarti tidak bisa di lihat. Seberapa kuat dan dalamnya akar yang tumbuh menghujam ke dalam itulah yang akan menentukan seberapa tinggi dan kuat batang dan dahannya serta seberapa rimbun dan lebat daun dan buahnya.

Tengoklah pohon-pohon besar yang menjulang tinggi dan berdaun rimbun di sekitar kita. Bisa dipastikan pohon-pohon tersebut memiliki akar-akar yang jauh menjelajah di kedalaman tanah dan menopang teguh beban batang-batang besar dan rimbun dedaunan di atasnya. Namun tidak selalu tampak di permukaan.

Itulah yang kita lihat sementara ini dari Jokowi. Orisinalitas Jokowi yang “ndesoâ€
 itu, berasal dari sesuatu yang mengurat dan mengakar di dalam dirinya. Itulah yang menjadi modalnya dalam merebut simpati warga kota, pada pilkada lalu maupun pada pekan-pekan awal kekuasannya.

Tetapi itu saja belum cukup. Ada satu pasang tiket lagi yang dibutuhkan Jokowi untuk betul-betul memulihkan kepercayaan warga Batavia terhadap pemimpinnya. Dan inilah letak ujian sesungguhnya bagi seorang pemimpin kota Jakarta. Namanya capability (kemampuan) dan result (hasil)

Jokowi juga harus menunjukan kemampuannya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kronis yang sehari-hari dihadapi, seperti macet dan banjir.
Bagaimana dia menggerakan birokrasi yang lamban dan tambun, agar lebih gesit dan cekatan. Bagaimana dia mampu membuat Jakarta menjadi kota yang lebih bersahabat bagi anak-anak, orang tua dan pejalan kaki, dan segudang persoalan lainnya.

Kemampuannya mengurai benang kusut persoalan-persoalan Jakarta itu adalah taruhan utama Jokowi untuk benar-benar bisa memulihkan kepercayaan warga atas pemimpinnya. Kalau dia berhasil, Jokowi akan mendapatkan modal berlimpah berupa kepercayaan publik yang dapat dia gunakan untuk meretas jalan ke puncak kekuasaan politik. Kalau gagal, saldo kepercayaan itu mungkin akan sedikit demi sedikit terkuras dan habis sama sekali.

Tetapi, modal awalnya sudah ada dan tampaknya cukup besar. Kemampuannya untuk mengelola modal awalnya secara bijak itu akan menentukan kualitas kebintangannnya kelak. Apakah akan semakin terang, atau perlahan-lahan redup dan mati.

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger