Jangan Larang Anak Belanja!

Artikel ini adalah lanjutan dari artikel saya terdahulu: “Ajari Anak Makna Uang.” Dari membaca judul ini saya yakin banyak yang akan langsung protes. Bagaimana mungkin? Udah dilarang saja begitu pulang tentengan di tangan sudah berkantong-kantong. Orang tua anak dari berbagai usia pasti pernah menghadapi masalah ini. Anak yang suka belanja mainan, anak yang ada aja keperluannya, remaja yang beli pernak-pernik dsb. Bahkan pernah saya baca ada survey yang mendapatkan bahwa uang jajan anak remaja bisa melebihi gaji seorang PNS. Hmmm….itu pasti anak orang kaya dong!

Bila Anda seorang yang gemar jalan di mal dan tidak bisa menahan diri bila ada tulisan “sale”, jangan protes kalau anak Anda juga punya hobby shopping! Lantas ada yang orang tua yang lantas bilang begini ke saya: “Lha saya tidak hobby shopping, saya beli barang hanya seperlunya saja. Bukan saya dong yang nulari dia hobby belanja.” Bisa jadi betul demikian. Betul, bisa saja ia terpengaruh iklan dari media seperti televisi, majalah, brosur dan berbagai bentuk lainnya. Apalagi sekarang jaman digital, orang berlomba menjual dengan berbagai cara. Dan kita tidak mungkin mengontrol semua untuk disaring sebelum masuk ke pikiran anak.

Kalau saya berpendapat sebenarnya bukan BELANJA yang menjadi masalah. Belanja berarti membeli barang, atau jasa. Yang jadi permasalahan adalah anak tidak atau belum bisa  membedakan KEINGINAN untuk belanja dan KEBUTUHAN untuk belanja atau membeli barang. Justru orang tua perlu mengajari anak untuk MELEK berbelanja. Artinya sedari dini mengajari anak untuk cermat memilah barang yang akan dibelinya.

Anak perlu tahu alasan orang tua membeli barang. Contoh pertama: Ibu berbelanja di pasar adalah untuk kegiatan masak-memasak di rumah, yang nantinya akan dinikmati oleh seluruh keluarga. Berbelanja dalam hal ini adalah suatu keharusan. Beritahukan kepada anak bahwa bila sekeluarga makan di luar biaya akan lebih besar dan masakan di rumah lebih bersih dan sehat.

Contoh kedua: Orang tua membelikan sebuah komputer kepada kakak yang baru saja masuk SMP karena kakak membutuhkannya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Kakak tidak bisa meminjam laptop ayah setiap waktu karena tugas ayah sebagai seorang editor di sebuah penerbitan hampir sepanjang waktu membutuhkan laptop tersebut untuk bekerja.

Sebutkan dengan kedua contoh di atas orang tua membeli adalah berdasarkan KEBUTUHAN.

Ajari anak bahwa pemborosan adalah ketika membuang barang yang masih layak pakai kemudian membeli barang yang baru. Atau ketika ia membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan namun hanya karena senang dengan warna atau modelnya, atau karena hal lain. Pemborosan juga terjadi ketika membuang barang dan menggantinya dengan yang baru hanya karena ada kerusakan kecil yang sebenarnya masih bisa diperbaiki. Sebutkanlah kepada mereka bahwa itulah saat orang membeli berdasarkan KEINGINAN.

Bila orang tua memang orang yang cermat dalam menggunakan uangnya, sejak dari kecil anak juga akan melihat, mendengar dan merasakan apa yang dilakukan orang tuanya. Maka kebanyakan anak juga akan berperilaku yang sama. Bukankah kita sering mendengar orang berkata: “Buah apel jatuh tidak jauh dari pohonnya bukan?” Catatan: bila di sampingnya ada kali yang mengalir, maka buah apel yang jatuh bisa jadi mengalir mengikuti arus. Itu barangkali adalah analogi dan jawaban saya untuk orang tua yang bertanya:”Saya tidak suka belanja, kenapa anak saya sangat getol beli-beli barang?” ;-) 

Penulis: Ling Majaya

 

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger