Memandang bulan secara langsung

Oleh : Wishnu iriyanto

 

Perkataan dan pikiran menunjuk

Bukan mencerminkan kenyataan

Tetapi seperti yang dinyatakan oleh para Mistik dari Timur

"Kalau orang bijak menunjuk ke bulan"

Yang dilihat si Tolol hanya jarinya

 

Kutipan dari buku "Doa sang katak 1" oleh Anthony de Mello SJ

 

 

Belakangan ini saya sedang melakukan beberapa percobaan di kantor saya di Jakarta , dan inilah alasan kenapa beberapa waktu kedepan, saya akan menghabiskan lebih banyak waktu di Jakarta ketimbang di Melbourne.

Kami mencoba merekrut staff yang kebanyakan dari latar belakang SMU untuk di-didik menjadi staff andalan suatu saat nanti.

Kami mencoba lebih serius lagi dalam menghasilkan orang orang bagus bagi organisasi kami dengan waktu yg lebih singkat dari masa lalu.

Alasan saya melakukan hal itu, sebetulnya saya sedang mencoba satu teori kecil, yaitu kalau saya bisa didik lulusan SMU menjadi bermanfaat bagi organisasi dalam waktu singkat, maka SEHARUSNYA saya tidak punya masalah dalam mendidik kandidiat yang lebih berkualifikasi.

Ok, balik ke statement diatas…

Prinsip diatas sebetulnya dimaksudkan oleh Anthony de mello untuk menjelaskan fenomena agama, tetapi untuk saya, saya malah mendapat pencerahan dalam menjelaskan itu kedalam urusan bisnis ke team junior saya.

Salah satu pengajaran yang saya bawakan ke mereka adalah sebagai berikut;

Ada 3 jenis pekerja yang eksis;

1. Pekerja biasa-biasa saja, hanya dapat melakukan pekerjaannya dengan baik apabila sudah diberi contoh dan penjelasan yang mendetail.

2. Pekerja yang lebih baik, bisa melakukan pekerjaannya dengan baik hanya dengan dibekali prinsip-prinsip penting saja, tidak perlu lagi contoh dan penjelasan yang rinci, karena kedewasaan kerja nya sudah mencapai tahapan dimana dia bisa menterjemahkan sendiri "prinsip-prinsip" dengan baik.

3. Pekerja yang luarbiasa baik, yang bahkan sudah mampu menciptakan "prinsip-prinsip" nya sendiri dan meng-aplikasikannya.

Nah pertanyaan dari salah seorang team saya adalah, bagaimana pindah fase dari tahapan pekerja yang lebih baik masuk ke fase pekerja yang luarbiasa baik ?

Cara mudah menjawab pertanyaan ini adalah; oh, hal itu terjadi kalau anda sudah cukup berpengalaman dan cukup kenyang makan asam garam dunia bisnis.

Tapi jawaban model ini sangat lemah, karena bisa diserang dengan beberapa pertanyaan lanjutan, salah satu nya adalah;

Apa ukuran cukup berpengalaman dan cukup makan asam garam dalam hal ini ? Karena ada jutaan pekerja keras diluar sana , sampai tua pun tidak mampu berhasil mencapai fase ke tiga…

Paling jauh mereka mencapai fase ke dua..

Dan ini pertanyaan yang sangat fair dan harus dijawab tuntas.

Melalui cerita / potongan kebijakan dari Anthony de mello diatas, saya kira masalah saya cukup terjawab.

Orang orang yang "mentok" di fase kedua, ialah mereka yang hanya terpaku pada prinsip yang mereka terima, adalah sama seperti mereka yang melihat pada 'jari yang menunjuk bulan' bukan pada bulan itu sendiri.

Nah orang orang yang hanya berhenti pada tahap ini, rawan kebingungan akan begitu banyaknya prinsip bisnis yang ada didunia. Karena banyak dari prinsip prinsip bisnis kelihatan seperti berlawanan.

Misalnya, orang yang berdiri di belahan bumi tertentu akan cenderung menunjuk arah utara tempat bulan berada. Atau orang yang ada dibelahan bumi tertentu mungkin akan cenderung menunjuk kearah timur tempat bulan berada, dan seterusnya.

Dan mereka semuanya tidak salah.

KAlau diterjemahkan dalam prinsip bisnis, ada orang berhasil yang merumuskan dalam "prinsip" bahwa keberhasilannya adalah hasil dari cara berbisnisnya yang konservatif.

Dan orang berhasil lain merumuskan "prinsip" pribadinya bahwa keberhasilannya adalah hasil dari style bisnisnya yang agresif dan cenderung berani dalam spekulasi.

Dan seterusnya.

Apakah ada yang salah dari prinsip yang mereka semua berikan?

Saya menjawab TIDAK

KAlau dalam urusan bulan, tentu saja kita tidak boleh berhenti terpaku melihat pada 'jari yang menunjuk bulan', tetapi harus melihat langsung pada bulannya sendiri. Dari situ kebingungan terjawab soal arah mata angin yang berbeda.

Tetapi kalau dalam urusan bisnis, kita tidak boleh berhenti terpaku hanya pada prinsip bisnis yang di simpulkan oleh orang lain.

Kita harus melangkah lebih jauh dengan mengacu pada unsur manusia yang merupakan akar dari semua kegagalan atau keberhasilan bisnis, dan yang paling terutama adalah diri kita sendiri.

Kita harus mampu memandang dan mengenal secara langsung diri kita sendiri dengan sangat baik, termasuk mengenali semua potensi luarbiasa dan karakteristik unggul dalam diri kita masing masing.

Ada begitu banyak buku yang mengulas potensi yang hampir tidak terbatas dan keunikan karakteristik yang dimiliki manusia.

Sayangnya, kenyataan memperlihatkan ada begitu banyak orang yang tidak cukup sukses mengenali diri mereka sendiri.

Banyak dari mereka yang mengira mereka tahu persis semua potensi dalam diri mereka, padahal sebetulnya jarang sekali yang bisa mengenali diri mereka DENGAN TUNTAS & MENYELURUH.

Kenapa saya berani bikin statement tersebut ?

Karena kalau semua orang berhasil mengenali semua potensi diri nya secara maksimum, tidak akan pernah ada orang gagal di dunia ini.

PAdahal kenyatannya, lebih banyak orang gagal dibanding berhasil khan…?

Untuk mencegah salah kaprah, saya tidak mendefinisikan gagal dengan acuan banyaknya uang/usaha yang dimiliki, melainkan bagimana mereka bisa maksimal dan berhasil dalam seluruh potensi & karakter mereka.

Pada dasarnya, semua manusia itu unik dan luarbiasa.

Dan semua dikaruniai talenta luarbiasa yang berbeda beda dan bisa dikembangkan sedemikian rupa, yang cukup membuat mereka menjadi seseorang yang bahkan melampaui apa yang mereka bisa banyangkan.

Dan kalau mereka sudah sampai pada tahapan mengenali diri mereka sendiri dengan tuntas, bila mereka memutuskan untuk menekuni dunia bisnis, maka mereka akan bisa memutuskan, style dan prinsip bisnis seperti apa yang ideal untuknya dan akan berhasil bersinergi dengan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. Tidak lagi terpengaruh pada prinsip bisnis yang dikembangkan oleh orang lain, yang mungkin saja malah bertentangan dengan ke unikan dirinya sendiri.

Dan kalau ini yang terjadi, maka setiap orang malah akan bisa menciptakan prinsip prinsip nya sendiri, berdasarkan pada apa yang eksis dalam diri mereka sendiri.

Dengan bahasa lain, setiap orang bisa menunjuk langsung pada bulan, tidak lagi mengandalkan jari jari orang lain yang tertunjuk pada bulan.

Dan kenyatannya, untuk mencapai situasi dan keadaan ini, tidak bicara jangka waktu tertentu atau pelatihan tertentu.

Ini bicara kesadaran diri dan pencerahan.

Beberapa orang mencapai pencerahan di usia muda sekali, dan beberapa sampai meninggal di usia tua pun tidak berhasil mencapai pencerahan tuntas tentang dirinya sendiri.

Dan bagaimana caranya mengukur kita sudah sampai pada tahap kesadaran diri dan pencerahan? Tercakup dalam kebijaksanaan kuno sebagai berikut;

"Jika engkau mengira, engkau itu adalah apa yang dipikirkan sahabatmu atau musuhmu atau atasanmu atau bawahanmu atau siapapun juga, engkau jelas belum mengenal dirimu"

Dan bagaimana cara ideal dalam menemukan kesadaran diri dan pencerahan?

Saya menyukai satu bagian dari kitab kuno yang menjawab pertanyaan ini, yang berbunyi;

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu"

Pertanyaanya untuk saya dan saudara semua, apakah kita semua sudah cukup keras dan sungguh-sungguh "meminta, mengetok pintu & mencari" jati diri kita yang sesungguhnya ?

Sebagai penutup, saya ingin kita merenungkan statement dibawah ini;

Mengerti barang barang itu menjadi pandai

Mengerti orang lain itu menjadi bijaksana

Mengerti diri sendiri itu menjadi Terang-budi

Tuhan memberkati dan melindungi setiap pejuang yang bertekun dalam merintis jalan hidupnya.

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger