Berkibar Selamanya...

Oleh : Ietje S. Guntur


Berkibarlah benderaku
Lambang suci gagah perwira
Di seluruh pantai Indonesia
Kau tetap pujaan bangsa
Siapa berani menurunkan engkau
Serentak rakyatmu membela
Sang Merah Putih yang perwira
Berkibarlah selama-lamanya...

(Oleh : Ibu Sud)



Pagi-pagi. Saya baru berangkat ke kantor. 

Di sepanjang perjalanan , dari mulai kompleks perumahan tempat tinggal saya sampai di jalan-jalan protokol menuju kota, saya melihat banyak sekali bendera berbagai ukuran. Diikat di antara pohon-pohon, atau ditegakkan berdiri bersama tiang berwarna merah atau putih, atau gabungan selang-seling merah putih. Bendera itu sebagian besar berwarna merah putih, tetapi ada juga berbentuk setengah lingkaran dengan biku-biku yang berwarna-warni cerah.

Saya jadi diingatkan. Sebentar lagi tanggal tujuh belas Agustus. Hari peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. Sudah biasa, seperti tradisi tahun-tahun lalu, selalu dimeriahkan dengan bendera-bendera yang berkibar dengan riang ditiup angin hangat musim kemarau.

Ingat lagi...bendera di rumah sudah dua tahun belum diganti... huehehehe...padahal sepanjang dua tahun yang lalu, sudah beberapa kali bendera mungil itu dipajang untuk memperingati beberapa hari besar. Barangkali sudah waktunya bendera merah putih saya diperbarui. Biar lebih bersemangat gituuu...

Iya...semangat bendera baru kan perlu juga setahun sekali. Bendera merah putih, yang dipasang ditiang, tampak gagah berani ditiup angin kian kemari.



Ngomong-ngomong soal bendera, saya pernah bertanya-tanya : kenapa untuk memperingati hari kemerdekaan mesti pakai bendera ?

Saya jadi ingat kisah-kisah epos jaman lalu. Setiap kerajaan memiliki lambang-lambang kehormtan dan panji-panji kebesaran, sebagai identitas negara dan identitas pasukan, termasuk di dalamnya adalah bendera. 

Di dalam film-film yang pernah saya tonton, selalu terlihat bahwa pasukan pembawa bendera adalah pasukan pilihan. Mereka ditempatkan di depan barisan, dan dijaga ketat oleh pasukan khusus lainnya. Pembawa bendera tidak ikut bertempur, tetapi kalau benderanya akan direbut musuh atau lawan, maka ia wajib mempertahankan diri dan bendera yang dijaganya. Tidak jarang, ia harus mati berkalang tanah demi mempertahankan kehormatan bendera pasukannya. Bendera memang bukan sekedar sehelai kain, tetapi bendera adalah sebuah kehormatan dan kedaulatan !

Tidak berhenti hingga di jaman lalu atau pun di film-film kuno, bendera sebagai identitas negara pun menjadi wajib adanya. Tidak ada negara berdaulat yang tidak punya bendera. Ya, misalnya ada negara yang nyeleneh, tidak mau pakai bendera, ya terserah mereka. Tapi akan aneh jadinya, kalau di dalam sebuah sidang atau pertemuan internasional, ada satu negara yang tidak punya bendera...hehehehe.... Bahkan negara-negara sangat kecil, yang berupa kerajaan terlindungi atau protektorat juga memiliki bendera. Apalagi negara sebesar negara kita. Wajib memiliki bendera sebagai identitas negara !



Melihat pentingnya bendera sebagai identitas sebuah kesatuan, institusi, lembaga atau negara, maka sudah sepatutnya bahwa bendera juga memiliki filosofi tertentu.

Ada sebuah negara besar, selama kurun waktu tertentu mengalami perubahan karena adanya perkembangan negaranya. Semula ia hanya memiliki beberapa buah bintang di dalam benderanya, sesuai dengan jumlah negara bagian yang ada di sana, tetapi dalam beberapa ratus tahun jumlah bintang di dalam benderanya bertambah lagi. Filosofi yang terkandung di dalam benderanya juga sesuai dengan motto negara tersebut.

Lain padang lain belalangnya. Lain negara orang, lain pula negara kita . Sebagaimana kita ketahui, warna bendera kita adalah merah putih. Dan warna itu menunjukkan filosofi bahwa merah tanda berani, dan putih tanda suci. Tidak sekedar berani, petantang petenteng, menantang setiap orang yang lewat di depan hidung, tetapi berani di dalam filosofi bendera kita adalah berani yang memiliki integritas.

Demikian pula warna putih, yang dilambangkan sebagai kesucian. Suci, tak sekedar mandi dua kali sehari, tetapi lebih jauh adalah kesucian hati, kejujuran dan lurus dalam bersikap serta bertingkah laku. Sungguh luar biasa, bahwa filosofi merah-putih itu adalah sebuah keberanian, integritas yang dilandasi sikap dan perilaku yang jujur dan lurus dalam bertindak.

Merah putih itu adalah identitas kita. Identitas negara kita. Identitas bangsa kita. Tapi apakah kita sadar dengan identitas merah putih itu ?



Selama ini kita begitu heboh dengan perayaan dan peringatan hari kemerdekaan yang diselenggarakan setiap tahun. Tak hanya dimeriahkan dengan segala macam lomba dan pertunjukan, tetapi juga selalu diramaikan dengan kibaran bendera di mana-mana. Seperti di kompleks perumahan saya, dan di banyak tempat lain di seluruh pelosok Nusantara . Warna merah putih selalu menjadi hiasan yang semarak . 

Tak hanya itu. Karnaval tujuh belasan, parade baris berbaris, upacara kenegaraan dari tingkat kelurahan hingga tingkat istana negara selalu mempergunakan bendera merah putih, untuk menandakan perayaan hari kemerdekaan. Bahkan mobil, motor, bajaj dan delman pun tidak mau ketinggalan, memasang bendera kecil di tiang depan atau di dekat kaca spion, agar semangat merah putih itu menular kemana-mana.

Tapi benarkah semangat merah putih itu menyerap masuk ke dalam darah dan tulang kita ?

Seperti dilantunkan dengan penuh semangat oleh penyanyi Gombloh dengan lagu Gebyar-Gebyar "...Indonesia... Merah darahku, putih tulangku bersatu dalam semangatku...."

Maksudnya tentu tak sekedar menyatakan bahwa darah itu merah, dan tulang itu putih. Tetapi lebih jauh lagi adakah semangat merah, keberanian dan integritas, serta kesucian dan kejujuran itu sudah menjadi semangat kita . Sudah menjadi bagian dari perilaku kita sehari-hari .



Kembali kepada urusan bendera, yang merah putih dan menjadi identitas negara Republik Indonesia tercinta ini.

Seandainya saja, ada yang berani menurunkan bendera merah putih, entah dengan cara merebut atau dengan cara kompetisi, apakah kita mau membelanya ? Apakah kita masih memiliki semangat untuk tetap menjaga agar bendera merah putih berkibar selama-lamanya ?

Saya yakin...dengan integritas Merah darahku...Putih tulangku...kita tentu tidak ingin dipandang sebelah mata oleh negara tetangga, yang jauh apa lagi yang dekat. Tapi kita tentunya tidak boleh sekedar nekad, petantang petenteng membawa golok untuk mempertahankan Sang Merah Putih. Ada cara lebih elegan, ada cara yang lebih efisien dan efektif...sehingga kita diakui secara internasional, sebagai negara dan bangsa berdaulat serta bermartabat yang patut diandalkan di tengah arus globalisasi dunia.

Semoga saja...kita, saya, menjadi bagian dari rakyat yang senantiasa dapat menjaga kehormatan negara dan bangsa ini, walaupun hanya dari benderanya....Dan seyogyanya kita dapat mempertahankan bendera ini, menjadi sikap dan jati diri, tidak hanya pada saat tujuh belasan...tetapi sepanjang hari...sepanjang tahun...selama hayat dikandung badan...

Hmmm...saya teringat potongan lagu yang disusun dengan indahnya oleh Ibu Sud...." Siapa berani menurunkan engkau, serentak rakyatmu membela...Sang Merah Putih yang perwira...Berkibarlah selama-lamanya..."

Berkibarlah....di dalam hati kita juga....
Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger