MENJADI TRAINER (UNTUK) MANUSIA

Sebagai seorang trainer sering kali kita dianggap ‘manusia super’ yang bisa memecahkan berbagai macam masalah. Hal seperti ini wajar saja bila kita tetap merasa sebagai seorang professional dengan kompetensi tertentu di bidang yang kita tekuni. Ini menjadi masalah ketika kita ‘memaksa’ diri kita untuk memenuhi tuntutan menjadi ‘manusia super’ itu. Kita memaksa diri kita untuk selalu tampil pintar serta selalu lebih pintar.

Kita coba melihat apa yang seharusnya diberikan oleh seorang trainer  dari sudut pandang performance atau kinerja karyawan – karena alasan mendatangkan trainer atau mengadakan training biasanya adalah untuk meningkatkan kinerja. Apa kendala yang paling sering terjadi dalam hal kinerja karyawan?

 Ron Drew Stone mengungkapkan dalam bukunya ‘Aligning Training For Results’ bahwa TOP 3 penghalang kinerja karyawan adalah:

  1. Atasan langsung tidak mendukung penggunaan skill atau behavior yang sudah dipahami, dengan kata lain ini masalah feedback
  2.  Sulit untuk merubah kebiasaan lama.
  3.  Tidak mempunyai cukup kesempatan untuk mengaplikasikan skill atau behavior yang sudah dimengerti (tengok note FB saya tentang ‘mengerti’ dan ‘kompeten’).

Sementara Louis Csoka dalam risetnya yang dipublikasikan dalam bentuk buku, Closing The Human Performance Gap, menjelaskan 3 teratas penghalang kinerja adalah: 

  1. Feedback yang buruk atau tidak mencukupi.
  2. Tingginya tingkat stress karyawan.
  3. Tidak adanya standar kinerja

Membandingkan dua hasil riset itu saja kita bisa melihat bahwa yang perlu dilakukan oleh seorang trainer, untuk mendongkrak kinerja,  adalah memfasilitasi agar karyawan kompeten dalam mencari serta mengolah feedback sekaligus memberikan feedback, bisa mengelola diri dan merubah pola-pola perilaku, dan melihat celah untuk mempraktekkan apa yang sudah didapat. Ya. Sangat sederhana. Pelatihan dalam hal apapun seharusnya melibatkan tiga hal tersebut.

Dalam ‘menyampaikan’ hal-hal tersebut yang lebih banyak aktif semestinya adalah partisipan training. Bila kita sebagai trainer yang mendominasi penyampaian dengan teori-teori canggih kita, membanjiri otak mereka dengan segala data yang ada pada kita, otak mereka akan terkacaukan. George Miller dalam essay-nya ‘The Magical Number Seven, Plus Or Minus Two’ memberikan argumen yang sangat kuat bahwa otak kita hanya mampu menerima tujuh (bisa plus atau kurang dua) informasi dalam waktu yang relative bersamaan.  

Ya. Trainer  memang perlu banyak belajar, dari apapun dan dari siapapun. Hasil belajar tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mempermudah peserta atau partisipan training dalam berpartisipasi sekaligus menyerap materi yang kita persiapkan. Tidak ada kewajiban sama sekali bagi kita, para trainer, untuk membuktikan bahwa kita lebih pandai dari partisipan – malah beberapa partisipan training saya secara akademis jauh lebih pandai dari saya dan saya beruntung karena bisa mendapatkan tambahan ilmu dari kepandaian mereka.

Mari kita permudah. 

“Trainer juga manusia.. punya rasa punya hati..” 

Merdeka!

Nugroho Nusantoro

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger