FIRST THINGS FIRST FOR FIRST TIME SUPERVISORS

Saya masih ingat bagaimana kecerian dan kebahagiaan di pagi hari (awal shift) seorang staf rank and file yang baru saja dipromosikan menjadi supervisor  berubah menjadi pesimisme dan kebingungan di sore hari (akhir shift). Seorang staf di tempat saya dulu bekerja kelihatan ceria dengan seragam barunya sebagai supervisor. Dia kelihatan begitu bersemangat. Keadaan berubah drastic di akhir shift. Ketika saya sapa dia sore itu, hanya jawaban singkat yang keluar dari mulutnya yang memaksakan senyum, “Capek, Pak.”

 

Supervisor baru sering kali merasa kesepian, kebingungan, dan kebuntuan pada awal menjalankan peran baru mereka. Bila perasaan-perasaan itu tidak mendapatan jalan keluarnya, maka lambat laun dia akan mengalami kemandegan dan penurunan performa. Pada jangka yang relative lebih panjang, hal tersebut berpotensi menjadi ‘gerbang’ konflik antara pekerja dengan supervisor yang kemudian berujung pada ketidak puasan pekerja pada manajemen perusahaan. Sebaliknya, kinerja positif dan efektif dari para supervisor juga akan menjadi ‘gerbang’ loyalitas serta totalitas pekerja pada perusahaannya.

 

Ada  banyak hal utama yang perlu disadari dan dipersiapkan oleh seorang staf rank and file ketika ia baru saja dipromosikan menjadi seorang supervisor. Hal-hal tersebut membuatnya lebih mudah menjalani fungsi dan tugas baru itu sehingga efektifitas serta keberhasilan pun bisa lebih terjamin. Dari sekian banyak hal tersebut, saya akan angkat beberapa yang sangat penting.

 

  1. Rayakan dan lupakan – merayakan keberhasilan (promosi) tetap penting. Ini bisa membuat supervisor baru tersebut menyadari bahwa ia telah berprestasi pada posisi sebelumnya. Itu bisa menjadi suntikan kepercayaan diri (confidence) yang baik. Kepercayaan diri sangat diperlukan untuk posisi ini. Kemudian ia sebaiknya melupakan segera hal-hal selain ‘kepercayaan diri’ itu. Ya. Mulai dari nol adalah satu pola pikir yang baik ketika menjalani sesuatu yang baru.
  2. Sadar fungsi – seorang supervisor sudah bukan lagi individual contributor. Dia sudah menjadi team leader sehingga kontribusi dia adalah kontribusi tim. Menyadari hal ini sangat membantu juga dalam banyak situasi ketika menjalankan tugas sebagai seorang supervisor. Menyadari hal ini juga menghindarikan supervisor berfungsi HANYA sebagai pekerja rank and file yang mempunyai gaji lebih.
  3. Periksa Job Description – saya banyak mendapati para supervisor yang tidak tahu persis detil-detil tanggungjawab yang perlu ia lakukan dengan dalam fungsi dan perannya. Mempelajari – dan bila perlu mendiskusikan dengan pihak-pihak terkait – memberikan kerangka keberhasilan yang jelas  serta enghindarkan dari asumsi-asumsi yang salah tentang peran baru tersebut.
  4. Klarifikasi harapan (expectation) atasan langsung – “Terima kasih. Saya akan bekerja dengan baik.” Itu adalah rangkaian kalimat standar yang sering diucapkan seorang supervisor baru ketika baru saja diangkat. Frasa ‘bekerja dengan baik’ adalah frasa yang ambigu. Agar pekerjaan baik tidak menjadi sia-sia, seorang supervisor baru perlu berbicara kriteria-kriteria keberhasilan yang diharapkan oleh atasan langsungnya.
  5. Cari tahu harapan (expectation) anak buah – Mengetahui apa saja yang diharapkan oleh anak buah dengan bertanya dan wawancara langsung bisa memberikan paling tidak dua keuntungan bagi supervisor baru tersebut. Pertama, supervisor baru bisa mengerti apa yang menjadi harapan anak buah darinya. Kedua, supervisor baru tersebut mendapatkan pengalaman yang baik dalam membiasakan bekerja dengan otoritas barunya.
  6. Kumpulkan informasi tentang harapan (expectation) rekan sesama supervisor dan unit-unit kerja serta atasan-atasan lain yang terkait – Hal tersebut secara kolektif akan semakin memperjelas kriteria keberhasilan menjalankan posisi baru tersebut. Sekaligus ini juga positif untuk mendapatkan support dalam menjalankan posisi itu.
  7. Tentukan gol – dengan job description  sebagai acuan, supervisor baru tersebut bisa menarik benang merah dari informasi serta harapan yang didapat dari berbagai pihak tadi. Itu adalah landasan yang baik baginya untuk menentukan gol pribadinya. Yang penting diingat gol tersebut harus SMART, Specific, Measurabe. Attainable, Relevant, dan Time bound. Gol ini akan menjadi kompas bagi pelaksanaan tugas supervisor baru tadi sekaligus menjadi alat saring untuk menentukan prioritas berbagai tugas yang menanti.
  8. Pilih pembimbing – saya jarang menemui perusahaan yang mempunyai system bimbingan (coaching) formal bagi para supervisor baru mereka. Untuk itu seorang supervisor baru perlu membicarakan hal ini dengan atasan langsungnya. Bila atasan langsung tersebut bersedia menjadi pembimbing langsung maka itu hal yang paling ideal. Bila karena suatu hal maka atasan tersebut belum mau menjadi pembimbing langsung maka ia bisa membantu supervisor baru tersebut untuk menemukan seorang pembimbing yang tepat.

 

Masih ada banyak hal yang perlu dipersiapkan ketika melangkah ke posisi supervisor ini, termasuk mengembangkan keahlian berkomunikasi dan membimbing (coaching). Delapan hal di atas dalam pengamatan saya adalah hal yang menjadi prioritas untuk dilakukan di awal. Delapan hal tadi sangat membantu seorang supervisor baru untuk mampu menjalankan fungsinya dengan berhasil. Delapan hal itu adalah awal dari potensi prestasi seorang supervisor.

Selamat berkarya.

 

Nugroho Nusantoro

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger