Pengembangan Tim, SKA atau AKS

Kita sering sekali mendengar kata SKA. Skill Knowledge Attitude. Tiga komponen tersebut menjadi sangat penting bagi seorang pimpinan dalam menilai tim kerjanya. Sangat penting bagi seorang yang bekerja di bagian Rekruitmen untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menerima atau menolak calon karyawan. Sangat penting sekali bagi orang tua terhadap perkembangan anaknya. SKA, jika digunakan secara berdiri sendiri semua menjadi sangat penting dan biasa. Namun jika ditelusur secara urutannya maka akan menjadi kurang ideal, setidaknya bagi saya pribadi.

 

Bagaimana yang terjadi dengan urutan SKA? Mari kita bahas dengan sebuah study kasus yang bisa saja real terjadi.

 

Ada seorang pembantu juru masak di sebuah restoran. Karena seringnya membantu masak menu tertentu, maka dia sangat terampil dalam mengolah masakan tersebut. Sebut saja ayam goreng. Bumbu sampai dengan cara potong, masak sampai dengan sajikan dipiring, begitu hafal langkah demi langkahnya. Bahkan semua sudah berjalan otomatis. Berjalan di ranah bawah sadarnya. Kompetensi ybs sudah mencapai competency unconsious. Bahkan saat terjadi kesalahan dari hal yang biasanya dilakukan, akan cepat sadar dan tahu. SKILLnya sudah top.

Suatu saat karena menu ayam goreng yang akan disajikan kehabisan salah satu material, dia saat akan menyiapkan pesanan menjadi kalang kabut. Ada satu bahan yang sudah tidak tersedia. Dia tidak tahu, apakah ada material pengganti lainnya. Karena tidak tahu, maka dia berusaha keras untuk mendapatkan material tersebut. Akibatnya penyajian menjadi delay. Kalau saja tidak menemukan material tersebut, mungkin saja dia akan berhenti memasak. Karena merasa material tidak bisa untuk mencukupi sesuai yang diperlukan.

 

Sang Juru Masak, mengambil alih. Dia mendapatkan material pengganti dengan mudah, karena tahu persis apa kebutuhan dari adanya material tersebut. Mengetahui betul tujuan rasa tertentu dari adanya material tersebut. Apa yang terjadi kalau pembantu juru masak tadi tidak disiplin dengan rutinitas yang dia lakukan? Bisa saja di tetap lakukan memasak walau ada material yang kurang. Entah rasanya jadi bagaimana, yang penting dilakukan. Ini terkait dengan Attitude, bagaimana mensikapi pekerjaan yang dihadapi. Jika attitude kurang baik, tidak akan berusaha untuk dapatkan material yang kurang. Cukup berhenti begitu saja saat memasak dan material kurang. Kalau saja dia faham, tahu mengapa material tersebut ada, KNOWLEDGE, dia tidak kehilangan waktu menunggu Juru Masak untuk dapatkan material pengganti.

 

Seseorang yang mengendarai kendaraan, sebut saja sepeda motor untuk saat ini, sangat mudah. Belajar beberapa kali sudah bisa mahir atau memiliki Skill yang cukup untuk mengendarai. Apa yang terjadi saat tiba-tiba motor mati mendadak? Cek bensin ternyata masih ada penuh. Dicoba lagi dilakukan restart, tidak berhasil. Sebenarnya, yang sedang terjadi katup pompa bensin ke mesin, belum dibuka. Sehingga saat awal mesin motor masih hidup karena ada persediaan bensin di selang penghubung. Saat bensin di selang penghubung habis, maka motor kehabisan bahan bakar. Lalu motor dibawa ke bengkel, karena tidak tahu, dianggap motor rusak. Sampai dengan bengkel, diinformasikan bahwa ini mati hanya karena katup pompa harusnya dibuka. Rugi waktu, tenaga, kesempatan, dll. Hanya karena tidak mengetahui. Kalau saja attitude kurang baik, bisa jadi berprasangka bahwa motornya habis dijahili seseorang.

 

Attitude menjadi dasar dalam setiap tindakan. Karena tindakan memiliki tujuan. Jika memiliki tujuan maka harus ada pertanyaan awal untuk tunjukkan sikap ATTITUDE. Tujuan tersebut ekologis atau tidak, artinya sesuai dengan hukum agama, budaya, undang-undang, norma, dll atau tidak. Jika sesuai, tujuan akan diusahakan untuk dicapai, dengan modal pengetahuan dan keahlian. Jika tidak, maka harus dihentikan dan mendapatkan tujuan baru. Setelah tetapkan tujuan, mulai merencanakan tindakan "usaha". Tindakan juga dilakukan analisa dengan attitude. Jika tindakan atau cara mencapai tujuan itu ok, lakukan dengan bekal penegtahuan dan skill yang memadai. Jika tidak, harus mencari alternatif tindakan lain. Flexibility behavior dalam NLP (Neuro Linguistic Programming).

 

Pertanyaan yang muncul saat ini, untuk diri kita, keluarga, tim kerja, karyawan atau rekan lain, mana yang akan dipilih SKA atau AKS? Urutan mana yang kita dahulukan dalam program pengembangan anak-anak kita generasi penerus, SKA atau AKS? Kalau SKA, ternyata setelah sampai SKILL dan KNOWLEDGE, berhenti, tidak lanjut ke ATTITUDE maka kita bisa tahu apa yang akan terjadi dengan generasi kita selanjutnya. Semoga mejadi inspirasi pentingnya urutan dalam AKS.

 

--


Yant Subiyanto

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger