The Trilogy of Bawah Sadar (2)

Bagaimana Pikiran Bawah Sadar Membajak Hidup Kita

 

Tulisan ini membedakan "pikiran bawah sadar" dari "ketidaksadaran". Tulisan ini menunjukkan bagaimana hubungan antara "sensory un-awareness" dan "morality awareness" atau "spirituality awareness". Dalam bahasa yang mudah, tulisan ini menunjukkan hubungan antara sikap dan perilaku dari panca indera dan tubuh fisik dengan akhlak.

 

Kita memiliki pikiran bawah sadar tapi kita bukan ketidaksadaran. Dalam kenyataannya kitalah kesadaran itu. Kitalah yang menguasai kondisi sadar dan kondisi tidak sadar. Sebagai khalifah, kitalah yang berwenang sepenuhnya untuk keadaan sadar atau tidak sadarnya kita dan sebagai abdullah kita akan mempertanggungjawabkannya kelak di hadapan Tuhan.

 

Dalam koridor sebagai hamba Tuhan yang telah diberi kekuatan dan kewenangan di atas bumi ini, kitalah yang paling bertanggungjawab tentang hidup kita sendiri. Dengan kata lain, segala kenyataan kehidupan yang kita alami hari ini, adalah hasil kreasi kita sendiri dengan seizin Tuhan.

 

Jika hari ini kita hidup di dalam kemarahan, maka situasi itu adalah hasil kreasi kita sendiri yang selama ini terus membangun rasa amarah. Jika kita hari ini hidup di dalam keluhan, maka kita sendiri jugalah yang telah menanamkan bibitnya selama ini. Jika kita hari ini hidup di dalam kekecewaan, maka kita sendiri jugalah yang telah menyemai bibit-bibit kekecewaan di masa lalu. Jika hari ini kita masih belum memaafkan seseorang, maka kita sendirilah yang sebelumnya telah memutuskan untuk tidak mau memaafkan dengan menanamkan niat itu hari demi hari.

 

Di manakah kita menanam dan menyemai semua bibit yang tidak memberdayakan itu hingga hari ini kita menuainya sebagai hasil yang memburukkan kehidupan kita?

 

Kita melakukannya di sebuah taman yang disebut dengan pikiran bawah sadar. Di pintu masuk taman itu, ada penjaga yang menentukan apa-apa yang boleh disemai dan ditanam ke dalam taman. Penjaga itu adalah kesadaran. Bukan tidak mungkin, sang penjaga ini suatu saat kelelahan, terlena, atau bahkan tergoda melarikan diri dari tanggungjawabnya untuk menjaga kebersihan, keindahan, dan kesehatan taman. Orang bijak berkata, pikiran bawah sadar ibarat taman bunga. Tugas kesadaran adalah menjaga agar taman itu selalu indah, teratur, bersih, dan sehat agar siapapun yang berkunjung dan ada di dalamnya bisa merasakan kebahagiaan dan ketenteraman.

 

Seperti juga harddisk komputer, pikiran bawah sadar kita adalah koleksi dari segala macam informasi, konsep, dan perintah yang disimpan untuk suatu saat kita pergunakan saat diperlukan. Segala informasi, konsep, dan perintah itu tidak mengenal baik atau buruk dan mereka juga tidak mengenal salah atau benar. Pihak yang mengerti tentang baik atau buruk dan salah atau benar, adalah sang pemilik komputer. Pemilik komputerlah yang menentukan apakah ia hendak menyimpan program virus atau program yang memberdayakan di dalam harddisk komputernya. Pemilik komputer, yaitu kesadaran, jika lengah, sangat mungkin akan meloloskan program virus untuk disimpan ke dalam harddisk komputernya.

 

Harddisk komputer tak pernah mati selama komputer itu sendiri tak sedang mati. Harddisk komputer selalu tersambung ke sumber tenaga, yang selalu dalam keadaan siap untuk mengumpankan informasi, konsep, atau perintah setiap saat ia dipanggil oleh sang pemilik komputer. Ketika mereka muncul atas panggilan sang pemilik komputer, mereka berperilaku sesuai keadaan mereka saat mereka disimpan sebelumnya. Jika mereka disimpan sebagai virus maka mereka akan muncul sebagai virus, yang bahkan mungkin telah beranak pinak karena taman mereka telah disuburkan oleh sang pemilik komputer menjadi taman virus.

 

Dalam sebuah taman virus, karena semua virus itu tak pernah mati dan selalu terhubung dengan sumber kehidupan, maka apapun yang terlanjur tertanam di dalam pikiran bawah sadar kita, selalu dalam keadaan siap siaga dan berada di belakang kesadaran kita, untuk sewaktu-waktu melaksanakan tugasnya “memudahkan” kehidupan kita. Jika kesadaran kita memanggilnya, ia akan muncul dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi. Kesadaranlah yang menentukan apa yang kita pilih untuk kita panggil dan kita aktivasi di setiap saat ketika kita berhadapan dengan berbagai situasi di dalam kehidupan. Dari sebuah taman virus, apapun yang dipilih oleh kesadaran tidak akan jauh dari "mudah marah", "mudah tersinggung", "mudah kecewa", "mudah sakit hati", "mudah putus asa", "mudah menyalahkan" dan sebagainya. 

 

Bagaimana kita bisa menanamkan semua "kemudahan" itu ke dalam pikiran bawah sadar kita?

 

Kita melakukannya dengan pembiasaan. Dalam hal ini, kita melakukannya dengan membiasakan cara berpikir tertentu dan cara berperasaan tertentu yang di kemudian hari justru mensabotase kebahagiaan hidup kita.

 

Bagaimana caranya kita membenahi taman pikiran bawah sadar kita yang sudah terlanjur kotor, semrawut, dan tidak memberdayakan?

 

Sekali lagi, kita melakukannya dengan kesadaran. Kita melakukannya dengan mendidik ulang pikiran bawah sadar kita, dengan sesegera mungkin membuang tanaman, semak, dan perdu yang penuh duri dan menyakitkan. Setiap kali kita berhadapan dengan situasi atau keadaan di dalam kehidupan, kita perlu menyadari tiga hal sebagai refleksi untuk mengidentifikasi bagaimana pikiran bawah sadar sedang melayani kita. Tiga hal itu adalah:

 

1. Apa yang sedang kita yakini dalam hati.

2. Apa yang sedang kita katakan lewat mulut dan dalam pikiran.

3. Apa yang sedang kita kerjakan dengan tubuh fisik kita.

 

Ketika kita menemukan kenyataan bahwa satu, dua, atau ketiganya tidak sedang melayani kehidupan kita dalam cara yang membahagiakan, maka tugas kesadaran kita adalah segera membatalkannya dan lalu menggantinya dengan informasi, konsep, dan perintah yang kita yakini lebih baik dan lebih membahagiakan kehidupan.

 

Ketika kita melakukannya, ada pihak-pihak yang dipastikan tidak rela kita melakukan reformasi itu. Pihak-pihak itu adalah hawa nafsu dan ego kita sendiri yang menjadi investor taman virus kita. Maka, salah satu tugas penting dari kesadaran kita adalah mempertegas kepemimpinannya dengan mengakui bahwa mereka ada tapi berada di bawah kekuasaan kita. Semua ini, tidak bisa terjadi dengan sendirinya melainkan menuntut konsistensi dari ketegasan pilihan dan niat yang kuat dari kesadaran kita. Kita harus belajar dan latihan setiap saat dan setiap hari. Kita harus melakukan pembiasaan yang lebih baik dengan cara istiqomah.

 

Doa, sangat membantu upaya kita. Sebab doa, dibackup oleh keyakinan terkuat yang ada dalam kesadaran kita, yaitu keyakinan akan Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Cara yang paling mudah untuk menerapkan upaya ini, adalah tidak menunda dengan segera berdoa dan menetapkan niat untuk mengalami bahagia manakala kesadaran kita sedang berada di puncak kekuatannya, yaitu ketika kita mampu memilih. Dan jika kita mau merenungkan, kita sebenarnya selalu dalam keadaan mampu memilih terkait tiga hal di atas.

 

Bagaimana caranya kita menanam informasi, konsep, dan perintah yang lebih baik di masa depan?

 

Sekali lagi, kita juga melakukannya dengan pembiasaan kesadaran dan tidak bisa tidak kita harus melakukannya sekarang dan di sini. Sekarang adalah waktu terbaik kita, sebab di dalam sekarang dan di sinilah kecerdasan kita mencapai salah satu kondisi terbaiknya, yaitu ketika kesadaran kita terlibat penuh dengan dunia fisik. Hanya sekarang dan di sinilah kita terlibat penuh dengan panca indera dan dengan tubuh fisik kita. Dengan keterlibatan penuh itu, kesadaran kita mencapai puncak kecerdasannya dalam mengelola fisik dan mental.

 

Panca indera dan tubuh fisik kita, dianugerahkan Tuhan kepada kita agar kita mengalami kehidupan. Dengan pengalaman itu, kita mampu memaknai kehidupan termasuk di dalamnya memaknai kebahagiaan di dunia ini sekalipun itu sementara sifatnya. Kita perlu mengalami ketidakabadian kebahagiaan di dunia agar kita mengerti kebahagiaan yang abadi nanti.

 

Sayangnya, pikiran dan perasaan kita sebagai wakil-wakil dari kesadaran kita, seringkali bergerak lebih cepat dari kesadaran kita sendiri hingga mereka bergeser menjadi pengendali hidup kita. Mereka berdua, sering berlaku nakal dengan bergerak keluar dari “sekarang” dan keluar dari “sini”. Mereka bergerak ke masa lalu dan mengaktifkan kembali apa yang telah terlanjur kita tanam dalam pikiran bawah sadar kita, atau mereka bergerak ke masa depan yang sebenarnya mutlak wilayah Tuhan.

 

Dengan semua itu kita menjadi manusia yang kurang sadar karena tak mampu mengendalikan pikiran dan perasaan, yang dengan demikian kita telah merusak keindahan dan kebahagiaan kita saat ini dan di sini.

 

Kita menyesali masa lalu. Kita meluapkan amarah yang telah tertanam dan telah kita latih di hari kemarin. Kita mempertahankan rasa kecewa karena tak terpuaskan di masa lalu. Kita mengeluhkan keadaan karena apa yang kita lakukan di masa lalu belum menuai hasil sebagaimana yang kita harapkan. Kita bertahan untuk tidak juga memaafkan orang lain padahal kejadian yang memicunya mungkin sudah lama berlalu. Kita terjebak di masa lalu.

 

Kita mengkhawatirkan masa depan. Kita menciptakan rasa takut akan gelap dan suramnya masa depan, dengan pikiran dan perasaan yang memproyeksikan segala keadaan buruk melebihi kenyataan yang mungkin terjadi. Kita memproyeksikan rasa takut dan khawatir, tapi kita merasakannya seolah sudah benar-benar terjadi di sini dan sekarang. Kecerdasan pikiran dan perasaan kita, telah kita salah gunakan dalam meramalkan masa depan. Segala perhitungan akal kita gunakan untuk menciptakan rasa takut dan khawatir kita sendiri. Kita terjebak di masa depan, dan melupakan pemilik mutlak dari masa depan, yaitu Tuhan yang justru kita yakini Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

 

Apapun yang terbaik, hanya bisa kita lakukan sekarang dan di sini. Bahkan, perencanaan dan goal setting pun kita lakukan sekarang dan di sini. Ketika kita melakukannya, kita justru melupakan perencanaan dan goal setting yang terpenting yang perlu kita lakukan, yaitu merencanakan dan menetapkan sasaran bahwa kesadaran kitalah yang senantiasa menjadi raja bagi pikiran dan perasaan kita.

 

Inilah yang perlu kita lakukan dalam rangka planning dan goal setting untuk kesadaran kita. Kesadaran kita saat ini dan di sini perlu mewaspadai:

 

1. Apakah hati kita sedang meyakini yang terbaik di sini dan sekarang?

2. Apakah perkataan kita adalah yang terbaik kita katakan di sini dan sekarang?

3. Apakah yang kita lakukan adalah yang terbaik kita lakukan di sini dan sekarang?

 

Cara termudah untuk menerapkan semua itu, adalah dengan “melambatkan” kehidupan kita sendiri. Kita, perlu memperlambat laju pikiran dan perasaan kita agar keduanya tak terlalu jauh ke masa lalu dan terlalu jauh ke masa depan. Dunia fisik yang dipersepsi oleh panca indera kita, adalah karunia besar dari Tuhan yang dianugerahkan-Nya agar kita mengalami kenyataan kehidupan di dalam kesadaran yang mengendalikan pikiran dan perasaan. Dengan semua itu, kita mengkreasi kenyataan hidup kita.

 

Kita, adalah pribadi-pribadi pembangun kenyataan hidup kita sendiri. Kita adalah pemilik, penanam, dan penjaga taman kehidupan.

 

"Akhlak: Kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk bersikap dan berperilaku tertentu tanpa berpikir dan merenung." (Al-Ghazali)

 

Ikhwan Sopa

 

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger