Berhasil dengan Proses, Bukan dengan Program

Katakanlah sebagau pemimpin Anda sudah memahami dan menjalani semuanya: Anda sudah menyiapkan [anggung dengan menilai budaya memeriksa realita dan ideal di tingkat organisasi. Anda sudah menciptakan resonansi di sekitar ide perubahan, dan Anda telah mengenali orang-orang yang akan memegang peran kepemimpinan di masa depan. Langkah selanjutnya adalah merancang sebuah proses yang terus membangun kepemimpinan yang berhasil. Proses ini termasuk membantu para pemimpin organisasi untuk mengungkap impian dan cita-cita mereka sendiri, memeriksa kekuatan dan kesenjangan merea, dan menggunakan pekerjaan sehari-hari sebagai laboratorium pembelajaran. Apa lagi yang bisa Anda lakukan?

            Untuk satu hal, hindari perangkap dari banyak program pengembangan kepemimpinan yang pernah kita lihat. Seringkali program-program ini hanya sekadar program pendidikan eksekutif, yang hanya berfokus melibatkan orang pada isi pembelajaran yang diajarkan oleh para ahli tetapi Cuma sebatas kulit: strategi, pemasaran, keuangan, manajemen umum, dan beberapa hal abstrak lainnya. Meskipun semua area akademis ini sangat penting bagi banyak pemimpin, tetapi tidak satupun program yang difokuskan pada hal-hal tadi akan membantu orang atau perusahaan untuk berubah.

            Dan meskipun kadang-kadang kita menyebut “program” pengembangan kepemimpinan di buku ini, sebenarnya yang dibutuhkan oleh banyak organisasi bukan program sekali jalan tetapi sebuah proses yang dibangun sebagai sistem yang menyeluruh yang menembus setiap lapisan organisasi . Strategi pengembangan kepemimpinan yang terbaik adalah yang didasarkan pada pemahaman bahwa perubahan yang sesungguhnya terjadi melalui suatu proses multifaset yang menembus tiga jenjang penting dari organisasi: perorangan di dalam organisasi, tim di mana mereka bekerja, dan budaya organisasi. Berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang matang dan perubahan individual, proses-proses ini membawa orang pada perjalanan intelektual dan emosional dari menghadapi realita sampai menerapkan apa yang ideal. Kami telah menemukan bahwa rancangan untuk pengembangan kepemimpinan seperti ini sangat berbeda dengan yang sering kita temukan di sebagian besar sekolah-sekolah bisnis atau pusat-pusat pelatihan eksekutif.

            Proses pengembangan yang terbaik menciptakan tempat yang aman untuk belajar, menantang tetapi tidak terlalu berisiko. Selanjutnya, agar pemimpin benar-benar mempelajari sesuatu yang baru, pelajarannya harus relevan sekaligus memutuskan kerangka lama. Pengalaman-pengalamannya harus cukup beda untuk menangkap imajinasi orang tetapi juga cukup dikenal untuk tampak relevan. Seperti yang sering diingatkan oleh rekan kami Jonno Hanafin dari Gestalt Institute di Cleveland, “Ketika berusaha untuk mendatangkan perubahan pada seseorang atau sebuah perusahaan Anda harus berhati-hati mengelola indeks kesintingan Anda”. Dengan kata lain, langgarlah aturan tetapi jangan membuat orang jadi ketakutan.

            Proses pengembangan kepemimpinan yang juat berfokus pada pembelajaran emosional dan intelektual, dan dibangun pada pekerjaan yang aktif dan partisipatif: pembelajaran dan pembimbingan dalam tindakan, di mana orang menggunakan yang dipelajarinya untuk mendiagnosis dan menyelesaikan masalah yang nyata dalam organisasi mereka. Mereka mengandalkan pembelajaran berdasarkan pengelaman dan simulasi berbasis tim, di mana orang terlibat dalam kegiatan terstruktur yang bisa mereka gunakan untuk memeriksa perilakunya sendiri dan orang lain. Proses-proses pencontohan ini bersifat multifaset, menggunakan campuran berbagai teknik pembelajaran, diselenggarakan dalam suatu periode waktu; dan langsung menghadapi budaya organisasi.

 

Sumber: PRIMAL LEADERSHIP, Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi; Daniel Goleman

 

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger