Apa Yang Diinginkan Karyawan?

A.M. Lilik Agung

 

 

Keterlibatan karyawan dalam perusahaan merupakan wacana paling populer dalam pembahasan SDM sekarang ini. Setelah melalui proses rekrutmen yang ketat, kemudian diteruskan dengan pengembangan (pembelajaran) yang berkelanjutan, akhirnya didapat karyawan yang cakap dalam bekerja. Hanya saja karyawan cakap ini memiliki banyak pilihan untuk bekerja tidak hanya diperusahaan sekarang, namun juga pindah ke perusahaan lain yang menawarkan aneka benefit padanya. Untuk itulah tugas dari manajemen perusahaan bersangkutan agar karyawan cakap ini tetap memberi kontribusi optimal dan tidak meninggalkan perusahaan.

 

Masalah gaji merupakan persoalan laten yang membuat karyawan bertahan diperusahaan. Namun gaji bukan satu-satunya pengikat yang membuat karyawan tetap terlibat dalam perusahaan. Sekiranya gaji sesuai dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya dan selaras dengan industri sejenis yang ada diluar, karyawan tetap bisa memberikan diri terbaiknya pada perusahaan.

 

Ada beberapa faktor yang diinginkan karyawan sehingga ia mau memberi kontribusi optimal kepada perusahaan. Pertama, pekerjaan tidak monoton. Benar bahwa mayoritas pekerjaan yang dikerjakan karyawan pada hampir semua industri (perusahaan) sifatnya berulang-ulang. Dalam bahasa lain monoton. Hanya saja pekerjaan yang monoton ini akan membuat karyawan cepat jenuh atau bosan. Karyawan memerlukan pekerjaan baru yang sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, manajemen harus bersiap menyediakan pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas baru yang membuat kemampuan diri karyawan bertumbuh.

 

Kedua, mempunyai peluang untuk merencanakan dan mencari cara mengerjakan paling efektif. Ternyata karyawan yang ditantang kreativitasnya akan jauh lebih senang dibanding karyawan yang kreativitasnya disimpan dalam laci. Ada pendapat bahwa semakin sedikit tugas yang diberikan kepada karyawan maka karyawan bersangkutan akan merasa senang. Pendapat ini tidak valid. Justru karyawan yang diberi pekerjaan dalam tingkat optimal, asal ia juga diberi kebebasan untuk merencanakan dan mencari cara mengerjakan dengan efektif, karyawan demikian ini yang merasa dilibatkan dan senang bekerja.

 

Ketiga, masih berhubungan dengan alasan kedua, karyawan menginginkan dirinya memiliki otonomi dan wewenang. Minimal otonomi dan wewenang ini sesuai dengan bidang kerja yang menjadi tanggungjawabnya. Ketika manajemen memberi tugas kepadanya, ia akan mengerjakan tugas itu hingga paripurna apabila dalam pemberian tugas tersebut juga diberikan otonomi dan wewenang. Dengan otonomi dan wewenang, karyawan memiliki kekuasaan untuk menggunakan kreativitasnya dalam menyelesaikan pekerjaan. Karyawan merasa diberi tanggungjawab dan ia akan mempertanggungjawabkan tanggungjawab tersebut.

 

Keempat, pekerjaannya merupakan bagian integral dari seluruh pekerjaan perusahaan. Dalam bahasa lain, produk yang dihasilkan perusahaan karena ada kontribusi dari pekerjaan yang dilakukan. Dirinya dan pekerjaannya merupakan bagian dari rangkaian proses besar pekerjaan yang ada dalam perusahaan. Pekerjaannya bukan bagian terpisah dari perusahaan, sehingga apabila ia tidak mengerjakan pekerjaan tersebut, proses besar dari pekerjaan perusahaan terhambat.

 

Kelima, umpan balik dari atasan bersifat membangun dan memotivasi. Tak dapat dipungkiri bahwa karyawan dalam bekerja pernah melakukan kesalahan. Untuk memperbaiki kesalahan tersebut karyawan akan senang apabila umpan balik yang diberikan atasannya tidak menghakimi dan tidak memalukan dirinya. Umpan balik yang sifatnya untuk perbaikan sekaligus memotivasi diri karyawan untuk bekerja lebih baik, merupakan dambaan karyawan. Atasan tidak sekedar bos yang mencari-cari kesalahan. Atasan adalah sosok yang menjadi mitra bertanya sekaligus mitra bekerja. Atasan menjadi mentor dan coach dirinya.

 

Lima keinginan karyawan ini menjadi menarik karena bisa langsung dipraktikkan oleh manajemen perusahaan atau atasan dari karyawan pada saat ini juga. Semisal memberi wewenang dan mengasih umpan balik yang membangun, adalah tindakan atasan yang tidak memerlukan uang dan langsung cepat bisa dikerjakan. Hal demikian berbanding terbalik manakala berurusan dengan gaji. Hanya satu tahun sekali (atau dua kali) atasan bisa mengevaluasi gaji karyawan. Itupun melalui proses panjang dan melelahkan.

 

Alhasil memperlakukan karyawan dengan manusiawi dan memberi kesempatan pada mereka untuk bertumbuh melalui tugas dan perannya dalam perusahaan, akan membuat karyawan semakin terlibat. Karyawan akan memberi diri terbaiknya. Karyawan akan semakin produktif. Ujungnya karyawan senang, perusahaan menang.

 

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger