Pemimpin Visioner

On Behalf Of C&G TRAINING NETWORK

Ketika Shawana Leroy menjabat posisi direktur sebuah lembaga sosial bagi keluarga di sebuah kota besar, jelas terlihat adanya masalah sebagian besar merupakan warisan dari direktur sebelumnya, seorang pegawai negeri yang telah lama menjabat, yang gemar pada hukum dan peraturan. Misi lembaga ini telah menarik orang-orang berbakat untuk bergabung dan memiliki komitmen tinggi setidak-tidaknya ketika mereka baru mulai bergabung tetapi, antusiasme ini segera hilang ketika para pegawai menghadapi peraturan kuno yang ditetapkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. Misi menjadi sulit ditemukan di balik peraturan. Meskipun kebutuhan akan layanan lembaga ini terus meningkat begitu pula keluhan para pendukung dananya tetapi cara kerjanya sangat lamban dan samasekali tidak efektif.

            Sebagai langkah pertama, Leroy berbicara secara tatap muka satu-satu, dengan para karyawan, untuk menemukan apa yang jalan dan apa yang dibanggakan orang orang dari lembaga ini. Tampaknya orang-orang merasa lega mendapat kesempatan berbicara tentang perasaanya tentang pekerjaan mereka dan tentang frustasi yang dirasakannya dalam usaha menyelesaikan pekerjaan. Leroy mendapati bahwa ia tidak seorang diri dalam komitmen pada misi membantu keluarga miskin, dan ia yakin bahwa visi ini akan mampu menahan orang-orang selama masa perubahan yang akan terjadi.

            Dengan memulai perbincangan bernada positif ini, Leroy memberikan sense akan impian yang ingin mereka capai, dan mengapa. Ia mengajak orang-orang berbicara tentan harapan masa depan mereka, dan ia bisa ikut merasakan belas kasih dan dedikasi yang mereka rasakan. Kemudian, bila waktunya memungkinkan ia mengartikulasikan visi ini, menyarakan nilai-nilai bersama yang telah membuat mereka bergabung ke sana.

            Langkah selanjutnya, Leroy mengajak orang orang untuk mempertanyakan apakah mereka sudah sungguh-sungguh mempraktekka misi membantu orang miskin, dan ia meuntun mereka untuk melihat bagaimana dampak apa yang telah mereka lakukan, hari demi hari, pada kemampuan lembaga tersebut untuk mencapai tujuan tadi. Proses pencarian ini mmpunyai manfaat lain: membangun inisiatif para orang-orang serta keyakinan bahwa jawabannya ada dalam mereka sendiri.

            Sebagaimana seharusnya, penelaahan masalah lembaga menghasilkan hal-hal spesifik: praktek manajemen mana yang menghalangi, aturan mana yang tidak masuk akal, dan sistem kuni mana yang harus disingkirkan. Sementara itu, Leroy memastikan bahwa ia mencontohkan prinsip-prinsip organisasi baru yang ingin diciptakannya: organisasi yang transparan dan jujur; yang berfokus pada kerja keras dan hasil. Kemudian, ketika proses bergerak dari kata-kata ke tindakan, Leroy dan timnya menangani beberapa praktek birokratis yang paling kaku dan mengubahnya dengan dukungan hampir semua dtaf. Di bawah kepemimpinannya, iklim emosi lembaga berubah dan mencerminkan gairah serta komitmen kerjanya; ia telah menetapkan nada untuk seluruh organisasi.

Pemimpin Visioner Menumbuhkan Resonansi

Tentu saja Shawana Leroy merupakan contoh gaya kepemimpinan visioner, yang mengangkat iklim emosi dan mengubah semangat organisasi di berbagai tingkatan. Sebagai contoh, pemimpin visioner mengertikulasikan ke mana kelompok berjalan, tetapi bukan bagaimana cara mencapai tujuan membebaskan orang untuk berinovasi, bereksperimen, dan menghadapi risiko yang sudah di perhitungkan. Dengan mengetahui “gambaran besarnya” dan posisi suatu tugas tertentu di dalam gambar besar itu, orang-orang akan mempunyai kejelasa; mereka mengerti apa yang diharapkan dari mereka. Dan perasaaan bahwa setiap orang bekerja untuk mencapai tujuan bersama, akan membangun komitmen tim: Orang-orang merasa bangga menjadi anggota organisasi mereka.

            Pemimpin visioner juga akan memanen manfaat lain: bertahannya karyawan-karyawan terbaik. Sejalan dengan resonansi orang-orang dengan nilai, tujuab, dan misi perusahaan, perusahaan itu menjadi perusahaan yang mereka pilih. Perusahaan yang cerdas akan menyadari bahwa visi dan misinya menawarkan “merek” yang unik kepada orang-orangnya, yang membedakan mereka dari pegawai perusahaan sejenis lainnya.

Ciri-Ciri Pemimpin Visioner

            Tentu saja kepemimpinan yang inspirasional adalah kompetensi kecerdasan emosi yang paling besar peranannya dalam melandasi gaya visioner. Menggunakan inspirasi bersama dengan tritunggal EI, yaitu kepercayaan diri, kesadaran diri, dan empati, pemimpin visioner akan mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya merupakan tujuan sejati dan selaras dengan nilai bersama orang-orang yang dipimpinnya. Dan karena memang meyakini visi itu, mereka dapat membimbing orang-orang menuju visi tersebut dengan tegas. Ketika tiba saatnya untuk mengubah arah, kompetensi dalam hal kepercayaan diri dan sebagai katalis perubahan akan melancarkan peralihan.

            Sebuah kompetensi EI lain, yaitu transparansi juga sangat penting; untuk bisa memiliki kredibilitas, pemimpin harus sungguh-sungguh meyakini visinya sendiri. Jika visi seorang pemimpin itu tidak murni, orang-orang akan merasakannya. Lebih dari itu, transparansi berarti disingkirkannya penghalang atau pengelabuan di dalam  perusahaan. Ini adalah gerakan ke arah kejujuran dan saling membagi informasi serta pengetahuan sehingga orang-orang di semua tingkatan perusahaan merasa dilibatkan dan mampu membuat keputusan terbaik. Sementara ada manajer mempunyai pandangan keliru bahwa menahan informasi untuk dirinya sendiri akan memberi kekuasaan pada mereka, para pemimpin visioner paham bahwa penyebaran pengetahuan adalah rahasia menuju sukses; sehingga mereka membagikannya secara terbuka dan murah hati.

 

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger