Bagaimana Anda Merencanakan Masa Depan?

          "Saya tidak pernah menetapkan sebuah tujuan untuk diri saya sendiri baik untuk karier ataupun kehidupan pribadi saya. Tetapi saya selalu tahu bahwa apapun yang saya lakukan, itu akan selaras dengan apa yang saya rasa penting."Begitulah jawaban seorang entrepeneur terhadap pertanyaan kami tentang bagaimana ia merencanakan masa depan. Ia adalah pemilik tunggal sebuah firma konsultan yang sangat berhasil juga dalam kehidupan pribadinya.

            Ia "merencanakan" masa depannya berlandaskan pemahamannya yang sangat jelas tentang apa yang penting baginya nilai-nilai keyakinan, cara ia ingin menjalani hidupnya. Ia telah membuat jejak jalan bagi dirinya sendiri, jalan yang tidak memiliki tonggak-tonggak kilometer, seperti jenis pekerjaan tertentu, tetapi memiliki tonggak- tonggak petunjuk yang ia gunakan ketika membuat keputusan-keputusan hidup, dan ia mengandalkan tingkat kesadaran diri yang tinggi dan bakat untuk menemukan kesempatan yang baik.

            Bangkitkan pendekatan wiraswasta tadi dengan pendekatan Denise Cesare, CEO Blue Cross di timur laut Pennsylvania. Sejak muda, Cesare selalu mempunyai tujuan yang spesifik dan jelas dan sebuah visi di mana akhirnya ia akan berlabuh. "Akunting publik adalah profesi dimana kita harus menanjak atau terkesampingkan. Jadi ketika saya memasukinya, tujuan jelasnya adalah menjadi partner. Kemudian, ketika saya memasuki dunia pemeliharaan kesehatan, saya melihat diri saya, suatu saat, berada di puncak perusahaan. Saya memusatkan perhatian pada di mana saya ingin berada, tetap memlihara citarasa humor, dan setiap kali maju selangkah menuju tujuan."

            Dan itulah yang ia lakukan. Pada setiap persimpangan, ia menjalani jalan menuju sukses untuk bagian jalan tertentu di dalam kariernya, dan selalu dengan mata yang menatap pada tujuan. Ia pandai membaca lingkungannya, berorientasi pada pencapaian, dan tahu cara mengelola gejolak perubahan.

            Diujung lain kisaran ini adalah orang-orang yang samasekali tidak mempertimbangkan masa depan, sekurang-kurangnya tidak dengan cara perencanaan seperti yang kita kenal. Mereka menciptakan masa depan sembari berjalan, seakan memberontak dan bertahan pada hak untuk melakukan apa saja yang ingin mereka lakukan. "Saya tidak ingin membuang waktu dengan mengkhawatirkan apa yang akan terjadi selanjutnya, "kata seorang pemimpin prusahaan barang keperluan sehari-hari. Itu tidak berarti bahwa ia tidak sukses di dalam kehidupan pribadi maupun profesionalnya. Tetapi ia cenderung memikrkan sukses dalam artian saat kini, memperbolehkan pemahamannya tentang dinamika yang sekarang ada untuk membimbing perilakunya.

            Karena itu, tidak ada cara yang "benar" untuk merencanakan masa depan; penelitian telah menunjukkan bahwa perencanaan masa depan adalah proses yang sangat pribadi. Ketika orang mencoba mengikuti suatu model yang telah dibuat orang lain, maka rencana pembelajaran mereka biasanya akan segera terselip di alas laci meja. Dalam hal merumuskan sebuah agenda yang bermanfaat bagi masa depan Anda, tidaklah asa satu rumus yang cocok untuk semua orang.

Artinya, kita telah menemukan bahwa di dalam setiap gaya perencanaan yang digunakan orang, terkandung kompetensi-kompetensi yang layak untuk dipelajari. Misalnya, seorang perencanaan yang visioner atau pengarah akan mahir membuat gambar masa depan yang penuh arti gambar yang berlandas nilai, keyakinan dan perasaan yang mendalam tentang apa yang penting di dalam hidup. Seorang perencana yang berorientasi pada nilai tujuan akan mendapatkan apa yang mereka inginkan; penelitian ilmu sosial mengatakan bahwa tjuan yang spesifik dan bisa diukur akan cenderung lebih mungkin dicapai. Pengetahuan tentang cara menetapkan tujuan bisa membantu orang untuk memfokuskan energinya, ketika dan di mana diperlukan.

            Disisi lain, perencana yang berorientasi pada tindakan bisa mencapai keberhasilan tingkat tinggi dalam waktu yang singkat. Terlebih lagi, kebebasan yang terkandung di dalam perencanaan seperti itu akan menambah unsur kebetulan yang meningkatkan kreativitas. Akhirnya, meskipun kita akan tergoda untuk tidak memperdulikannya, tetapi "keharusan" perencanaan reflektif sudah menjadi bagian hidup bagi banyak orang, jadi lebih baik kita mempertimbangkannya ketika kita berpikir tentang masa depan.   

                                                                                                                                                       

Sumber: PRIMAL LEADERSHIP, Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi; Daniel Goleman

 

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger