Bagaimana Menemukan Ide Bisnis

Sumber http://garudapreneur.com/artikel/bagaimana-menemukan-ide-bisnis

Tiga bab awal dari buku ini merupakan bab-bab berat yang menjawab pertanyaan mengapa sampai detik ini Anda masih belum memulai bisnis. Bila Anda sudah menyelesaikan tiga bab awal dan Anda masih tetap terus membaca. Kami berasumsi bahwa Anda tidak sakit hati dan sudah memiliki tekad yang cukup kuat untuk segera membangun bisnis idaman Anda dan membayar harganya.

Berbeda dengan bab-bab terdahulu, rangkaian bab yang akan datang isinya akan lebih ringan dan bersifat praktis. Meskipun sifatnya praktis namun tidak ada satupun obat mujarab yang dapat menyembuhkan semua penyakit. Sehingga mungkin Anda perlu melakukan penyesuaian sesuai dengan situasi Anda sendiri saat ini. Apabila Anda memiliki pengalaman managerial, ketika melakukan praktek akan lebih mudah lagi. Karena sesungguhnya Anda sudah lakukan semua. Bedanya, kalau selama ini Anda melakukannya untuk orang lain. Kali ini Anda melakukannya demi terwujudnya impian yang Anda idam-idamkan selama ini.

Mungkin saya agak berseberangan dengan kebanyakan orang yang menghina-hina karyawan atau kaum profesional dan memuja-muja pengusaha. Padahal pengalaman kerja di dunia profesional sangat membantu seseorang ketika suatu hari ia akan membangun bisnisnya sendiri. Untuk itulah, bila saat ini Anda masih dalam dunia profesional, ini kesempatan Anda belajar bukan hanya apa yang menjadi pekerjaan Anda, tetapi bagaimana sebuah sistem bisnis bekerja… dan dibayar pula, kapan lagi!

Pelajaran Seorang Karyawan

Beruntunglah perusahaan tempat saya berkarya bukanlah perusahaan yang sangat besar sekali. Sehingga memungkinkan saya untuk belajar banyak hal. Karena anggota tim tidak banyak, semua harus dilakukan sendiri. Di antara sekian banyak departemen, ada dua departemen yang pernah saya jajal yaitu Business Development dan Product Development. Di bab ini saya akan menceritakan apa yang kami lakukan ketika menciptakan produk baru.

Setiap tahun Product Development diberi target untuk meluncurkan sejumlah produk baru. Hampir setiap minggu kami sudah ada beberapa meeting yang wajib. Meeting ini sebetulnya hanya untuk membahas dua hal. Pertama, evaluasi produk yang telah diluncurkan. Kedua, apa produk yang hendak diluncurkan selanjutnya.

Objektifnya hanya satu; bagaimana caranya menciptakan produk yang dibutuhkan dan sekaligus dibeli oleh masyarakat. Sebab mungkin saja produk tersebut dibutuhkan tetapi masyarakat membelinya dari perusahaan lain. Saya menghilangkan dahulu kata inovatif dalam penciptaan produk. Karena hal ini akan lebih sulit lagi. Boro-boro berbicara mengenai produk inovatif. Menciptakan produk yang mirip tapi beda sedikit saja tidak semudah dari yang disangka.

Bertahun-tahun saya menyaksikan keberhasilan dan kegagalan sebuah produk. Ada produk yang dipersiapkan dalam waktu yang cukup lama tetapi gagal. Ada juga yang dipersiapkan dalam tempo yang singkat malah berhasil. Setelah dirata-rata, statistik menunjukan bahwa perbandingan produk yang sukses dan yang gagal. Ternyata lebih banyak yang gagal.

Dengan begitu banyaknya kegagalan, ternyata tidak banyak anggota tim yang mampu bertahan. Hanya satu orang yang saya amati tetap mampu konsisten dalam setiap meeting dari tahun ke tahun. Baik meeting yang membahas tentang keberhasilan ataupun kegagalan. Semangat dan antusiasmenya tetap sama. Siapakah dia? Sang pemilik perusahaan!

Beliau pernah mengatakan, sebetulnya tidak ada satu pun produk yang gagal di muka bumi ini jika telah dipersiapkan dengan matang. Bila sampai gagal, kemungkinannya adalah produk tersebut melampaui masanya yang artinya perlu waktu untuk mengedukasi calon konsumen. Atau terlambat masuk pasar karena di pasar sudah ada produk sejenis tetapi lebih baik atau lebih murah.

Kami para stafnya sangat kagum bagaimana beliau dalam setiap meeting selalu memiliki ide baru yang tidak terbayangkan oleh kami. Pada waktu itu, saya dan teman-teman sampai merasa bahwa memang tidak semua orang dapat jadi bos. Hanya orang-orang tertentu yang memang telah ditakdirkan jadi bos, sedangkan kami-kami ini memang takdirnya hanya jadi karyawan. Bahkan ada yang pernah becanda dengan mengatakan jangan-jangan beliau memiliki kemampuan waskita yang mampu mendengarkan bisikan dari alam. Benarkah demikian? Dahulu mungkin saya setengah percaya, tetapi saat ini ada sebuah model yang dapat menjawab fenomena di atas.

The Ideal Job/Career

Ada beberapa model bentuk penyajian dari diagram di atas, tetapi intinya tetap sama: pekerjaan impian Anda berada di persimpangan dari apa yang Anda sukai, apa yang Anda dapat lakukan dengan baik, dan Anda dibayar dengan baik untuk melakukan pekerjaan apa.

Dari diagram ini ada 4 alternatif yang dapat muncul:

  1. Bila kita bekerja di bidang yang kita suka, tetapi kita tidak memiliki keahlian pada bidang tersebut dan tidak ada orang yang bersedia membayar. Hasilnya adalah cuma sekedar mimpi. Contoh: Anda penggemar batu akik. Sayangnya, Anda tidak memiliki keahlian dalam mengasah atau membuat batu akik tersebut memiliki daya tambah lebih. Sehingga Anda tidak dapat menghasilkan uang dari hobi Anda selain biaya terus keluar untuk membeli batu yang lain.
  2. Bila kita bekerja di bidang yang kita suka dan kita memiliki keahlian yang baik dalam bidang tersebut, tetapi tidak ada yang bersedia membayar untuk itu. Hasilnya adalah perasaan senang tetapi secara keuangan tidak aman. Contoh: Anda senang tampil di depan umum dan anda punya keahlian untuk berbicara di depan umum, tetapi tidak ada perusahaan yang mau mengundang Anda berbicara dengan bayaran.
  3. Bila kita mendapatkan bayaran dari bidang keahlian kita, tetapi kita sebenarnya tidak menyenangi bidang yang kita kerjakan. Hasilnya adalah secara keuangan terjamin tetapi rasa bosan selalu menghinggapi. Contoh: Anda sangat suka dengan komik dan Anda pun memiliki keahlian menggambar yang sangat bagus. Disamping itu, Anda juga piawai dalam hal akuntansi walapun Anda tidak menyukainya. Tetapi ada yang bersedia membayar untuk keahlian akuntansi Anda, alih-alih membayar Anda untuk menggambar dan membuat komik.
  4. Yang paling ideal adalah kita bekerja di bidang yang kita sukai, kita memiliki keahlian di bidang tersebut dan ada yang bersedia membayar untuk itu.

Menemukan Ide Bisnis

Apabila saat ini Anda masih belum ada ide mau berbisnis apa, model diagram di atas juga dapat menjadi alat bantu bagi Anda dalam menemukan ide bisnis.

A. Kesenangan menjadi ide bisnis.

Berikut ada sejumlah pertanyaan yang dapat membantu Anda menemukan apa yang Anda senang lakukan:

  • Bagaimana Anda menghabiskan waktu luang Anda?
  • Apa artikel atau buku atau topik yang Anda suka baca dan diskusikan?
  • Aktivitas apa yang ketika dilakukan, Anda seperti “terhisap” dalam keadaan tanpa ruang dan waktu.

Trik lain: Buatlah daftar apa yang Anda benci atau hindari bila masih tidak tahu apa yang Anda suka. Lalu, cari lah lawannya. Boleh jadi lawannya itu dapat menjadi ide bisnis Anda.

Anda mungkin menghabiskan sebagian besar dari waktu dan uang Anda untuk berjalan-jalan, kemungkinannya dapat menjalani profesi sebagai pemandu wisata, reviewer tempat wisata ataupun kuliner setempat. Bila berhubungan dengan olahraga, mungkin Anda boleh belajar menulis sehingga pendapat Anda mulai diakui masyarakat. Bila Anda penggemar batu akik, kira-kira keahlian apa yang perlu Anda tambahkan agar dapat menghasilkan uang?

B. Keahlian atau “kehebatan” menjadi ide bisnis.

Jika bakat Anda tampaknya universal dan biasa-biasa saja, mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan ini:

  • Dalam hal apa teman sering meminta bantuan atau saran?
  • Hal apa yang mereka puji atau kagumi dari diri Anda?
  • Dalam bidang apa Anda menjadi yang terbaik ketika di sekolah atau komunitas?

Kehebatan Anda dalam sebuah bidang merupakan kombinasi dari pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Tidak sekedar pengetahuan atau keterampilan saja. Karena pengalaman akan memberikan nilai tambah terhadap aplikasi dari pengetahuan dan keterampilan.

Sebagai contoh, kehebatan dalam bermain game pada beberapa anak muda dapat mendorong mereka untuk menciptakan permainan baru yang lebih menantang. Atau penemuan banyak alat bantu pekerjaan mulai dari yang paling sederhana hingga terumit lahir dari penyempurnaan alat-alat yang sudah ada sebelumnya. Mereka mampu menyempurnakannya karena memiliki kombinasi dari ketiga hal di atas. Inilah yang membedakan dengan hanya sekedar hobi.

C. Masalah menjadi ide bisnis

Sepanjang bumi masih berputar dan manusia masih hidup pasti memiliki masalah. Hanya saja ada yang tidak sadar kalau dia sedang punya masalah, sedangkan yang lainnya sadar bahwa dirinya dalam masalah dan mencari bantuan.

Prinsip dasar dari lahirnya sebuah bisnis adalah kemampuan memberikan solusi atas masalah yang dihadapi. Hari ini dunia internet dengan mudahnya dan cepatnya menyediakan informasi tidak terbatas bila ingin menemukan masalah manusia atau sebaliknya bila ingin menawarkan jasa untuk mengatasi masalah tersebut.

Ada banyak situs, baik di Indonesia atau luar negeri yang mencari tenaga lepas atau freelance dari orang-orang yang memiliki keahlian spesifik dari seluruh dunia untuk mengerjakan projek yang membutuhkan keahlian tertentu. Kadang keahlian yang dibutuhkan tidak umum sehingga bayarannya pun cukup tinggi. Karena bayaran yang tinggi dapat saja menarik seseorang untuk belajar keahlian baru, walaupun mungkin dia tidak menyukainya.

Atau mungkin Anda sudah punya ide sebuah produk atau jasa. Anda memiliki keahlian dan tim untuk mewujudkannya. Hanya saja Anda kekurangan modal. Ini jelas masalah. Lalu ada orang yang menciptakan peluang bisnis dari masalah Anda. Mereka membuat situs untuk mempertemukan antara orang yang punya ide dengan orang yang punya modal. Mereka dibayar sekian persen sebagai success fee dari nilai proyek Anda.

Pertanyaan Kunci Mendapatkan Ide Bisnis

Ada sejumlah pertanyaan kunci sebagai kesimpulan untuk mendapatkan ide bisnis:

  1. Mampukah Anda menemukan masalah terbesar yang dihadapi orang-orang dalam hidupnya dan sekaligus Anda memiliki solusinya?
  2. Mampukah Anda memikirkan cara yang lebih baik untuk membantu orang-orang dalam melakukan penghematan waktu, uang, dan apa saja yang dapat membuat hidup lebih mudah dan menyenangkan?
  3. Mampukah Anda menawarkan produk atau jasa yang lebih baik lagi dari produk atau jasa yang sudah ada saat ini?
  4. Mampukah Anda menciptakan sebuah produk atau jasa yang belum ada tetapi mungkin saja dunia membutuhkannya?
  5. Mampukah Anda mengubah bidang yang anda senangi menjadi sebuah bisnis?
  6. Sampai sejauh mana pengalaman, pengetahuan dan keterampilan Anda dapat menjadi solusi atas masalah orang?

Intinya, semakin besar sebuah masalah dan semakin sulit penyelesaian masalah tersebut. Maka peluang Anda untuk menjadikan hal ini sebagai bisnis yang pasti dicari orang semakin besar. Karena masalah sesungguhnya merupakan sebuah peluang usaha. Langkah selanjutnya, Anda hubungkan kesenangan dan kehebatan yang dimiliki menjadi sebuah jembatan yang mampu menghilangkan jurang masalah.

Hal inilah yang kemudian menjawab, mengapa pemilik usaha tempat saya berkarir dahulu mampu mengantisipasi banyak masalah yang terjadi di perusahaannya. Walaupun perbandingan produk gagal lebih banyak dari produk yang berhasil tetapi hal ini tidak sampai membuat perusahaannya tutup. Karena ia mampu menghubungkan ketiga diagram di atas. Inilah yang akan kami ajak Anda untuk menyadari sejak awal di workshop From Idea to Startup. Jangan sampai Anda telah menginvestasikan waktu dan waktu sekian tahun untuk kemudian menemukan bahwa rupanya bisnis yang Anda jalani bukanlah hal yang Anda sukai, tidak memiliki keahliannya ataupun kurang dapat diterima/diserap pasar.


by: Henry Yonathan <henry.yonathan@gmail.com>

 

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger