Menjadi Manusia Baru Di Tahun Baru

The party is over. Pesta tahun baru sudah selesai. Pertanyaannya
sekarang adalah; setelah semua kemeriahan itu, apa yang tersisa untuk
menjadi bekal kita menjalani hari demi hari ditahun yang baru ini?
Dan ngomong-ngomong, adakah hal esensial baru yang sungguh-sungguh
kita miliki sehingga kita layak mengelu-elukan tahun baru itu? Jika
kita masih menjadi pribadi yang tidak ada bedanya dengan tahun lalu,
maka perayaan tahun baru tidak lebih dari sekedar euforia belaka.
Sebab, hanya mereka yang berhasil menjadi manusia baru saja yang
patut mengklaim kemeriahan tahun baru itu. Menjadi manusia barukah
kita, atau sekedar terhanyut oleh kemeriahan semu belaka?

Dikampung saya dulu, ular merupakan binatang yang mudah ditemui.
Tentu ada ular yang berbisa.
Ada juga yang tidak berbisa. Ada ular
pohon. Ular tanah. Dan juga ular air. Tetapi, dari perbedaan-
perbedaan yang dimiliki oleh para ular itu, mereka memiliki satu
kesamaan. Anda tahu persamaan diantara mereka itu? Tepat sekali,
mereka para ular mengganti kulitnya setiap periode waktu tertentu.
Dan disaat menjelang pergantian kulit itu, para ular pergi ketempat-
tempat sunyi. Lalu disana mereka merenung, meninggalkan segala
kenikmatan. Mereka tidak melakukan aktivitas lain selain berdiam
diri, bagaikan para pertapa yang sedang bermeditasi.

Ketika mereka selesai bermeditasi itulah bagian epidermis dari kulit-
kulitnya terkelupas, sedangkan bagian dermis didalam tubuhnya naik
kepermukan menjadi epidermis yang baru. Mengapa ular mengganti kulit?
Ilmu pengetahuan menjelaskan bahwa salah satu fungsi pergantian kulit
bagi ular adalah demi mengakomodasi kebutuhan tubuhnya untuk tumbuh
membesar. Jadi, ular yang berganti kulit itu tengah tumbuh untuk
menjadi ular yang lebih besar, dan lebih matang. Ini berarti bahwa
ular 'merencanakan' sesuatu untuk proses pertumbuhannya selama satu
periode kedepan hingga tiba saatnya bagi dia untuk kembali berganti
kulit.

Pertanda apakah gerangan ini bagi kita? Ini adalah isyarat yang
menjelaskan bahwa pergantian tahun tiada lain adalah saat dimana kita
selayaknya merenung dan merencanakan sesuatu untuk proses pertumbuhan
selama satu periode kedepan hingga tiba saatnya bagi kita untuk
kembali berganti tahun.

Ular tidak sekedar berganti kulit. Melainkan berganti kapasitas diri.
Sebab, setiap periode pergantian kulit merupakan tanda atas 'kenaikan
tingkat' bagi dirinya. Oleh karena itu, setiap ular yang berganti
kulit, pastilah menapaki tingkatan hidup yang lebih tinggi dari
sebelumnya. Apakah kita para manusia juga demikian? Dengan kata lain;
adakah setiap pergantian tahun yang selalu kita elu-elukan itu
menjadi tanda atas 'kenaikan tingkat' bagi kita?

Salah satu bukti dari kenaikan tingkat terlihat dari seberapa besar
bobot 'hal baru' yang kita lakukan. Jika kita mengaku naik tingkat,
namun semua yang kita lakukan tidak ada bedanya dengan apa yang
dilakukan tahun lalu; maka kita patut mempertanyakan klaim itu. Tidak
ada kenaikan tingkat, tanpa sikap yang baru. Jadi, tahun baru tidak
berarti apa-apa bagi kita selain terbuangnya nilai waktu. Lalu, apa
yang kita rayakan waktu itu? Jika ditahun yang baru ini, perilaku
kita, sikap dan tindak tanduk kita tidak lebih baik dibandingkan
tahun lalu; maka itu berarti bahwa kita telah keliru memaknai tahun
baru.

Seperti sang ular yang berganti kulit demi pertumbuhan dirinya, maka
seyogyanya tahun baru menjadi saat dimana kita memperbaharui segenap
tekad dan komitmen penuh untuk menjadi manusia baru yang labih baik.
Mengapa mesti begitu? Karena kita selalu meminta agar Tuhan
menjadikan tahun ini lebih baik dari tahun lalu. Namun, jika kita
tidak mengubah apapun dari kehidupan kita; bagaimana mungkin kita
mendapatkan hasil yang berbeda?

Memang, kadang-kadang kita juga meniru ular merencanakan sesuatu
untuk dicapai ditahun yang baru ini. Kemudian kita menyebutnya
sebagai resolusi. Keren, bukan?. Namun, meskipun setiap tahun kita
membuat resolusi, tetapi kita tidak pernah berani mengevaluasi
seberapa berhasil kita mewujudkan resolusi-resolusi itu? Sebaliknya,
kita sering sok bertoleransi dengan kenyataan yang jauh melenceng
dari resolusi yang kita buat berkali-kali. Ular tidak demikian.
Sebab, sesaat setelah dia membuat komitmen untuk berganti kulit; dia
secara sungguh-sungguh menjalani hidupnya. Dia menanggalkan dan
meninggalkan kulitnya yang lama. Dan menjelma menjadi ular baru.

Sungguh, seolah para ular hendak memberi contoh pada kita untuk
menanggalkan 'baju-baju' lama kita. Yaitu, baju dalam bentuk perilaku-
perilaku lama kita yang tidak bisa menunjang proses pertumbuhan diri
kita untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dengan kata lain, kita
diajak sang ular untuk menanggalkan setiap elemen buruk didalam diri
kita; agar kita bisa menjadi manusia baru, ditahun yang baru ini.
Bisakah kita?


Dadang Kadarusman

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger