Stress Kerja Menular

By: Adang Adha

 

Di artikel kemarin saya membahas tentang bagaimana cara mengelola stress ditempat kerja. Di tulisan ini saya membahas stress kerja hubungannya dengan komunikasi dalam organisasi. seperti diketahui bahwa emosi adalah menular, begitu pula dengan stress kerja.

 

Seorang Manager yang cukup berprestasi baru saja resign dari sebuah perusahaan besar dan memutuskan untuk membangun bisnis konsultan. Setelah beberapa kali mendapat project kecil ahirnya manager ini mendapat project besar yang cukup prestisius sehingga ia harus membentuk team kerja. Team kerja yang tadinya hanya 2 orang bertambah menjadi 30 orang dalam beberapa bulan saja. Tekanan pekerjaan menjadi semakin besar. Stress kerja yang dialami manager ketika menjabat di perusahaan bertambah, saat ini selain ia harus memanage team kerjanya ia juga harus memanage klien nya yang begitu banyak permintaan dan tuntutan kepada team konsultan yang ia pimpin. Belum lagi ditambah problem yang lain. Ia mulai menunjukkan tanda tanda stress kerja, emosi marahnya mudah sekali tersulut, sering meluapkan kemarahan atau kekesalannya pada team kerjanya dengan kalimat yang kasar, mudah panic ketika mendapat masalah yang tidak terduga.

apa yang terjadi pada team kerjanya?

 

Mendapat atasan dengan pengelolaan stress kerja yang kurang baik seperti ini membuat team kerja pun ikut ikutan stress. Stress karena menghadapi persoalan pekerjaan terlebih lagi menghadapi perilaku boss dengan pengelolaan stress yang buruk. Seringkali konsentrasi team kerja menjadi terpecah karena si boss panik untuk masalah yang kecil saja. Si boss tidak mau tau dan cenderung menyalahkan teamnya karena masalah ini.  Padahal beberapa waktu yang akan dating team harus melakukan pekerjaan di tempat klien. Alhasil emosi team menjadi tidak bagus ketika berhadapan dengan klien dan membuat pekerjaan pun menjadi tidak maksimal. Mood team yang tidak bagus membuat mereka seringkali tidak sabar dan menaikkan nada ketika menghadapi complain dari klien. Klien yang tidak puas complain pada atasan mereka yang berujung pula pada meluapnya emosi si boss kepada team. Kebiasaan salah menyalahkan dalam team pun ahirnya menjadi budaya.

 

Beberapa anggota team tidak tahan dengan lingkaran stress kerja yang menjadi stress organisasi dan ahirnya mengundurkan diri. Padahal beberapa diantara mereka dulunya adalah orang orang dengan kompetensi terbaik. Namun stress kerja membuat sebagian orang bukan malah meningkat kompetensinya malah menurun. Ya benar stress dapat merusak otak anda, hasil riset dari Universitas Yale dalam news.yale.edu. Saat stres, otak melepaskan hormon glukokortikoid yang secara bertahap melemahkan sel-sel otak dan akhirnya membunuh sel-sel tersebut. Adrenalin pun dilepaskan selama stres, yang membuat orang merasa gelisah dan bingung. Ketika adrenalin ini tidak dikeluarkan, dapat mengakibatkan kelebihan produksi glukokortikoid. Dan juga melemahkan memori, Peningkatan glukokortikoid yang berkepanjangan dapat melemahkan memori, dengan membuat ujung saraf sulit terhubung dengan sel otak baru. Kondisi ini juga membuat semakin sulit untuk mengirimkan informasi bolak-balik, sehingga menyebabkan kehilangan memori jangka pendek. Ini adalah salah satu alasan yang menginduksi terjadinya demensia dan Alzheimer pada manusia.

 

Perhatikan saja diri anda ketika anda sedang stress, bagaimana anda merespon sebuah keadaan? Dan bagaimana pula reaksi orang yang sedang melakukan kontak atau ada di dekat anda? Atau perhatikan diri anda ketika anda berada di dekat orang yang sedang stress, apa yang terjadi pada anda? Apa yang terjadi paka pekerjaan anda?

Masih menganggap sepele stress kerja?

 

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger