Entrepreneur Reflections

On Behalf Of denny wijaya
 

 

1.       Rahasia Orang Bodoh

 

Ijinkan saya memulai dengan kutipan seorang motivator entrepreneur, yaitu Bob Sadino

Berikut kutipan perkataan Bob Sadino mengenai Rahasia Menjadi Pengusaha :

 

Orang Pintar vs Orang Bodoh versi Bob Sadino

 

1. Terlalu Banyak Ide – Orang “pintar” biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang “bodoh” mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya.

 

2. Miskin Keberanian untuk memulai – Orang “bodoh” biasanya lebih berani dibanding orang “pintar”, kenapa ? Karena orang “bodoh” sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang “pintar” telalu banyak pertimbangan.

 

3. Telalu Pandai Menganalisis – Sebagian besar orang “pintar” sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point. Orang “bodoh” tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.

 

2.       Maunya Dikerjakan Sendiri – Orang “Pintar” berpikir “aku pasti bisa mengerjakan semuanya”, sedangkan orang “bodoh” menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.

 

Sumber : http://rotasinews.com/orang-pintar-vs-orang-bodoh-versi-bob-sadino/

 

Menjadi seorang boss, dalam banyak seminar, buku-buku rujukan menjadi entrepreneur, dikatakan “harus” memakai otak kanan lebih dominan, dimana otak kanan mengarah ke imajinasi, action, mudah bergaul dengan orang, simple, praktis, tidak mengerjakan semua sendiri (Team Player), sesadar apakah kita, kalau sebenarnya karakter-karakter atau sifat sifat tersebut adalah meta program?

 

1.       Contemplative / Action-Oriented (Thinker / “Do”er)

Purdi E Chandra, pemilik jaringan Franchice Primagama dan Founder Entrepreneur University mengatakan “Buka dulu, baru mikir” dan “Usaha belum dibuka, sudah ditutup lagi (dalam pikiran)”. Setelah kita melewati tahap pertama, yaitu menghadapi rasa takut, maka selanjutnya adalah berubah “karakter”nya dari thinker menjadi “do”er. Banyak sekali orang yang mau jadi pengusaha, sudah tau apa yang mau dilakukan, ada modal, siap terima resiko, tapi nda buka-buka karena kebanyakan dipikir-pikir, dianalisa terus. (sadar woii.. bisnis itu dibuka, bukan dianalisa!!).

Mau sebaik apapun analisanya, toh yang tahu berhasil atau tidak adalah Tuhan. Buka duluan baru dipikir. Toh pada akhirnya akan sama saja, kalau dibuka ternyata nda jalan, ya “dipikirkan” supaya jalan,kalau ternyata jalan ya pasti “dipikirkan” supaya lebih ramai lagi, buka cabang lagi.

Dan disinilah kunci sukses buka bisnis :

 “It’s about the Quality of the feedback and the quality of our response toward the feedback – Coach Ang Denny”

 

2.       General / Specific

Seorang Entrepreneur seperti seorang pemimpin, yang berpikir lebih general atau global, yang memikirkan hal-hal detail adalah teamnya (karyawannya). Misal saat menentukan belanja keperluan kantor, hal-hal teknis, dsb. Bahkan seorang pengusaha biasanya tidak terlalu menguasai teknik, karena memiliki staff yang lebih pintar dari beliau. Contohnya apakah seorang pemilik hair salon, perlu jadi waria dulu untuk buka hair salon.

 

3.       Independent / Team player

Seorang pengusaha sejati adalah seorang yang ahli memimpin dan berkomunikasi dengan orang lain, karena yang menggerakkan bisnis beliau sejatinya adalah TEAM, bukan pengusaha tersebut. Hal ini cenderung berkebalikan dengan pendidikan konvensianal, yang bahkan sampai pada perguruan tinggi menekankan pada prestasi personal, akademik personal, sehingga pelajar dilatih supaya memiliki meta-program independent.

Sehingga, apa-apa diurus sendiri, iya kalau usahanya masih kecil, kalau uda besar, membuat susah untuk meninggalkan bisnisnya dan tenggelam dalam bisnisnya sendiri, dan susah untuk mendelegasikan tugas-tugas atau mempercayai orang lain.

 

Saya teringat dengan teman-teman sekolah saya, yang saat sekolah prestasi akademik mereka biasa saja malah cenderung “nilai merah”, namun mereka suka bersosialisasi dan berorganisasi, dulu saat saya sekolah, saya menilai masa depan mereka bakal curam dibandingkan teman-teman saya yang nilainya tinggi-tinggi dan prestasi belajarnya luar biasa.

 

Namun, 10 tahun kemudian, saat saya bertemu mereka kembali, ternyata kondisinya berkebalikan dengan yang selama ini saya kira. Mereka yang saya rasa masa depannya curam, malah sekarang menjadi pengusaha, dengan bisnisnya besar dan memiliki banyak staff. Sedangkan teman-teman saya yang lebih pintar dan saya kira lebih menjanjikan, mohon maaf, malah menjadi staff, syukur-syukur manajer, dengan penghasilan yang ,jelas, jauh dibawah teman-teman saya yang pengusaha.

 

Satu kualitas yang membedakan mereka adalah Independent atau Team player

 

4.       Matching / Mismatched

 

Di Jaman yang semakin kompetitif sekarang ini, seorang pengusaha adalah seorang yang mampu membuat bisnisnya berbeda, unik dan memiliki nilai tambah.  

 

Sebut saja bisnis seperti Rawon Setan, Rumah Makan Penjara, atau di luar negeri kita mengenal Richard Branson yang sifatnya kadang bisa nyeleneh, seperti beberapa saat lalu ia berani tampil dengan pakaian pramugari wanita.

 

Maka yang diperlukan adalah pengusaha yang berani berbeda, berpikir terbalik, berbuat berbeda dari yang lain, dan ini merupakan meta program yang dominan “Mismatched”.

 

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana bila kita mau jadi pengusaha, namun memiliki meta program yang berlawanan dengan meta program “ideal” seorang pengusaha?

 

Saat diawal saya belajar NLP, yang saya tahu, meta program tidak bisa diubah, namun, setelah saya mengenal meta coaching system, Dr. Michael Hall mengajarkan suatu teknik yaitu “Expanding Meta Program” merupakan teknik memperluas meta program kita dengan menggunakan teknik NLP dan Meta States.

 

Saya menjadi teringat akan coach Stefanoes dari Tuban, yang ketika di dalam kelas, beliau ditanya akan spesialisasi beliau, dan beliau menjawab spesialisasi beliau adalah meta program coach. Pada saat itu saya belum menyadari betapa pentingnya meta program, baru setelah saya mendampingi banyak pengusaha, saya menyadari bahwa meta program ini SANGAT PENTING bagi mereka yang ingin jadi pengusaha.

 

Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger