Zoom
Drama kehidupan yang tidak biasa terjadi di sebuah pemakaman seorang oma yang sudah 3 tahun menjadi penghuni sebuah panti werda di pinggiran timur
Adik Oma (selama ini tinggal di luar negri) : “Dasar anak kurang ajar, ya, TIDAK TAHU DIRI lu ya… !” (sambil memukuli seorang wanita berusia sekitar 40 tahun yang tampil modis, menggunakan tas tangan sekuat tenaga selama 3 kali, kemudian menangis meledak meraung-raung sambil memanggil nama kakaknya yang meninggal)
Wanita 40 tahun : (Diam saja, menunduk)
Siapa mereka?
Adik oma yang meninggal, datang ketika diberitahu bahwa kakaknya meninggal dunia. Ia selama ini tidak mengetahui bahwa kakaknya berada di panti werda, karena meski masih kerap berkomunikasi, Sang Oma tidak pernah mengatakan di mana dirinya berada kepada adiknya. Tentu saja adik Sang Oma sangat terkejut, sedih, dan MARAH LUAR BIASA kepada keponakannya yang dianggapnya bersalah karena memasukkan kakaknya ke panti werda dengan fasilitas yang minim.
Wanita 40 tahun, anak Sang Oma, adalah anak satu-satunya Oma. Selama ini sang Oma yang dikenal amat pendiam, mengaku bahwa ia sudah lama menjanda dan tidak memiliki anak, dan kerabatnya hanyalah adiknya yang ada di luar negri. Dalam tiga tahun, tidak sekalipun ada sanak kerabat yang mengunjungi Oma. Betapa herannya ketika pemakaman Sang Oma kemudian mobil-mobil mewah berjejer dan anak, mantu, dan cucu yang tampak sangat berkecukupan kemudian bermunculan.
Misteri Oma yang pendiam ini kemudian terkuak. Tidak dengan kerelaan, ia masuk ke panti werda. Putrinya satu-satunya yang meminta Oma masuk ke panti werda setelah Oma mulai sakit-sakitan dan tidak bisa menahan buang air kecil. Oma begitu sakit hati, sampai kemudian dia mengatakan bahwa ia TIDAK MEMILIKI ANAK kepada siapapun di panti werda. Apa yang dirasakan Oma sesunguhnya? Itu disimpan rapi sampai akhir hayatnya.
Pro Kontra Masa Tua
Masa tua dipersepsikan dan dihayati secara berbeda dan unik oleh setiap orang.
Apa persepsi orang tentang TUA/ LANJUT USIA (LANSIA)?
Pandangan yang positif terhadap lansia menyatakan:
· Lansia itu bijaksana (karena sudah banyak makan asam garam kehidupan, sehingga buah pikirnya lebih matang dan lebih bijaksana)
· Lansia itu terhormat (contohnya panggilan Opung bagi orang dari tanah Batak)
· Lansia yang sudah pensiun punya banyak waktu luang (jadi bisa jalan-jalan dan mengunjungi anak cucu tanpa terikat jadwal kerja)
· Lansia itu dicintai (bila Opa/ Oma datang, cucu-cucu begitu senang karena ada yang memanjakan)
· Lansia itu murah hati (Opa dan Oma jarang sekali lupa bawa oleh-oleh buat cucu, dan selalu mengusahakan untuk memberi yang disukai cucu-cucunya)
· Lansia itu enak karena tidak harus bekerja tapi punya uang cukup (ada uang pensiun atau tabungan)
· Lansia itu rajin sembahyang
· Lansia itu mendapatkan tempat terhormat, naik pesawat dan kereta dapat diskon khusus, di sarana publik dapat tempat khusus, yang muda harus mengalah sama lansia.
Pandangan ini membawa gambaran yang indah tentang suatu masa dalam kehidupan yang disebut masa lanjut usia. Sama seperti masa-masa lain dalam rentang kehidupan: masa bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa, masa tua merupakan hal yang wajar dan alami. Bukankah kita menua sejak kita dilahirkan? Sehingga masa tua juga memiliki keunikannya sendiri, sama seperti masa lainnya. Masa bayi dan anak-anak-anak ditandai dengan pertumbuhan dan pembelajaran yang dahsyat. Masa remaja unik karena pergolakannya, karena pencarian identitas dirinya. Masa dewasa unik dengan semua tanggung jawab karya dan relasi. Dan masa tua juga unik dengan kematangan dan kebijaksanaannya.
Dalam berbagai budaya, orang lanjut usia mendapatkan posisi yang dihormati. Umumnya jabatan kepala-kepala suku, disandang oleh orang yang sudah lanjut usia, bukan oleh pemuda yang gagah perkasa. Figur ‘guru-guru’ bijaksana seringkali juga digambarkan dalam sosok manusia tua dengan jenggot yang panjang. Jarang tokoh tampan bertato dijadikan figur guru bijaksana (he he he…).
Sebaliknya, pandangan negatif tentang masa tua menyatakan:
· Lansia itu keriput dan tidak lagi tampan/ cantik, sehingga kalau bisa sedapat mungkin hal ini dihindari atau dicegah. Misalnya dengan menggunakan produk-produk kosmetik anti aging.
· Lansia itu penyakitan
· Lansia berarti ‘bau tanah’ atau sudah dekat dengan ajal
· Lansia itu membosankan karena suka mengulang-ngulang cerita yang sama (istilahnya seperti radio rusak)
· Lansia itu renta, lemah, dan tidak berdaya
· Lansia itu kaku dan tidak asik, sulit diajak berubah
· Lansia itu kuno dan ketinggalan jaman, tidak gaul
· Lansia itu mau menang sendiri, merasa benar, dan suka sok tahu
· Lansia itu suka menasehati (padahal tidak diminta)
· Lansia itu pikun, mudah lupa
· Lansia itu berarti tidak kompeten, sudah tidak mampu
· Lansia itu miskin karena sudah tidak punya penghasilan
· Lansia itu kembali seperti kanak-kanak dan selalu cari perhatian
· Lansia itu sensitif dan mudah tersinggung
Nah, kalau membaca daftar pandangan negatif tentang masa tua, tentu wajar bila banyak orang TAKUT menjadi tua. Akibatnya, produk ‘anti penuaan’ menjadi begitu laris. Khususnya bila kita menyaksikan model buruk penderitaan-penderitaan yang dialami oleh para lansia (misalnya dalam cerita zoom di atas).
Apa Kekhawatiran Anda di Masa Tua (Hasil Survey Ad Familia
Dari para sahabat Ad Familia yang menjadi responden, muncul berbagai tema kekahwatiran tentang masa tua:
1. Kekhawatiran akan merasa kesepian, terasing, merasa sendirian, terkucilkan, tidak diperhatikan, tidak terurus, dan merasa terlupakan (13 responden)
2. Kekhawatiran tentang kondisi fisik yang menurun (kesehatan dan stamina, penyakit) (9 responden)
3. Kekhawatiran tentang relasi dengan orang yang dicintai, tidak bisa menikmati kebersamaan bersama orang yang dicintai, ditinggalkan oleh orang yang dicintai (meninggal dunia) (9 responden)
4. Kekhawatiran tentang kondisi finansial yang berkurang (8 responden)
5. Kekhawatiran menjadi beban/ merepotkan bagi orang lain, tidak mandiri dan tergantung pada orang lain (8 responden)
6. Kekhawatiran akan masa depan anak dan kesiapan anak untuk mandiri dan survive dalam hidup (6 responden)
7. Kekhawatiran tentang karya-karya yang jauh berkurang, keharusan pensiun, merasa tidak ‘berguna’, aktivitas yang semakin terbatas (5 responden)
8. Kekhawatiran tentang apa yang sudah dilakukan dalam hidup (benar/ tidak), relasi dengan Yang Maha Kuasa (spiritualitas) (3 responden)
9. Kekhawatiran akan kemampuan menyediakan sandang, pangan, dan papan di hari tua nanti (2 responden)
10. Kekhawatiran akan dibuang di panti jompo (1 responden)
11. Kekhawatiran apakah akan bisa meninggalkan warisan yang cukup untuk keluarga (1 responden)
12. Kekhawatiran tengan kondisi negara yang semakin ‘berantakan’ (1 responden)
13. Khawatir akan merasa iri dengan kebahagiaan orang lain (1 responden)
14. Khawatir bila mati sebelum sungguh siap, dan belum juga bijaksana meskipun sudah menjadi tua (1 responden)
Apa pendapat Anda melihat daftar kekhawatiran di masa tua? Tiap orang memiliki kekhawatirannya sendiri (yang bisa saja sama atau berbeda dengan orang lainnya), tergantung apa pemaknaannya tentang hidup.
Siap-Siap Menua dan Merayakan Masa Tua
Apa yang akan Anda lakukan ? Untuk mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk menghadapi masa tua. Sebuah refleksi bagi kita bersama, dalam memeprsiapkan kelahiran seorang bayi ke dunia, orang tuanya begitu repot dan heboh. Mulai dari mempersiapkan nama, mengecat ruangan kamar bayi, membeli baju dan perlengkapan bayi, sampai membuat pesat-pesta untuk syukuran kelahiran bayi ke dunia. Tetapi jarang orang secara khusus dan ‘niat’ sungguh mempersiapkan masa tua, apalagi kematian. Bahkan ketika berbicara tentang ‘kematian’, kemudian dilarang dengan perkataan ,”hus, jangan ngomong mati-mati!”.
Menjadi PR bagi saya dan Para Sahabat Ad Familia, untuk secara bijaksana mempersiapkan langkah kongkrit dalam MEMPERSIAPKAN masa tua, sekaligus MERAYAKAN masa tua. Siapa tidak ingin menua dengan bahagia dan mati dalam damai dan suka cita?
Selamat mencintai dan selamat berkarya!
“Growing old is mandatory, growing up is optional”
Mona Sugianto, M.Psi, Psikolog
Post a Comment