Saya sering mendapatkan orang tua yang berkata:
“Anak saya boros….”
“Anak saya tidak bisa mengendalikan diri dalam membelanjakan uang….”
“Anak saya hanya mau belajar bila kalo diberi uang....”
“Anak saya marah bila keinginannya tidak dipenuhi....”
Dan masih banyak lagi keluhan yang inti-intinya tidak jauh dari permasalahan uang dan pemborosan.
Kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan makna uang kepada seorang Anak?
Menurut Neale Godgref dalam bukunya Money Doesn’t Grow on Trees (Uang tidak tumbuh dari pohon), Anda sudah bisa mengajarkan sikap yang sehat tentang uang sejak anak berusia sekitar 3 tahun.
Ada kalanya orang tua yang merasa anak berusia di bawah 5 tahun belum mengerti nilai uang akan menjawab: “Mama sedang tidak punya uang....” bila anaknya merengek minta dibelikan suatu boneka saat dia diajak jalan ke Mall untuk membeli keperluan lainnya.
Akan lebih bijaksana mengatakan kepada mereka bahwa Anda memilih membelanjakan uang untuk keperluan lain daripada boneka, karena dengan mengatakan “Mama sedang tidak punya uang....” berarti Anda sudah berbohong. Anak akan melihat Anda membelanjakan uang untuk hal lain dan ia akan kebingungan dengan konsep ‘TIDAK PUNYA UANG’.
“Dengan mengatakan, ’Kita tidak mampu membelinya’ berarti Anda sudah berbohong. Anda sebetulnya bukan tak punya uang, tetapi mungkin Anda memilih untuk tidak membelanjakannya,” katanya. Sebaiknya, ajarkan pada mereka cara mengelola uang yang baik.
Anak tak akan bisa belajar mengatur uang dengan baik bila mereka tidak mengerti bahwa mereka punya pilihan dalam menggunakan uang yang ada. Ketika anak Anda meminta sesuatu yang tidak ingin Anda beli, bilang saja, “Mama tidak berencana membeli itu bulan ini”, atau “Mama tidak mau memakai uang keluarga untuk itu.”
Agar Anda bisa mengajarkan nilai uang kepada anak, berikan dia uang saku setiap hari dengan nilai tertentu, misalnya untuk anak berumur 3 tahun Rp 1.000,00 dianggap relevan dengan kenyataan di pasar yang akan mereka jumpai bila berbelanja. Anak diberitahu dengan uang sebesar Rp 1.000,00 apa-apa saja yang bisa ia peroleh.
Beri kebebasan kepada Anak untuk membelanjakan uang tersebut di akhir minggu setelah terkumpul selama seminggu penuh. Bisa juga anak diberi insentif, misalnya setelah seminggu uang yang terkumpul (Rp 7000) tidak ia belanjakan Anda menggenapinya menjadi Rp 10,000. Katakan kepadanya itu adalah hadiah karena bisa menahan diri untuk tidak membelanjakan uang tersebut. Dengan demikian Anda mulai menanamkan kebiasaan menabung kepada Anak, peribahasa yang bisa diajarkan: sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit. ;-)
Untuk anak yang sudah berusia lebih dewasa (semisal SD) Anda bisa lebih memotivasi anak untuk menabung dengan cara yang sama, hanya saja ada insentif yang lebih besar bila selama sebulan penuh ia berhasil menabung semua uang hariannya dan mengerem keinginan untuk berbelanja, misalnya uang harian sebanyak Rp 5,000 per hari dibulatkan menjadi Rp 50,000 per minggu bila utuh tidak dibelanjakan, di akhir bulan menjadi Rp 300,000.00. Dengan demikian anak akan merasa besar sekali manfaat untuk menabung karena di akhir bulan uang yang terkumpul banyak sekali.
Bila memungkinkan ajaklah anak yang sudah berumur 6 th ke atas untuk pergi menabung di bank. Misalnya menyetor sebulan sekali. Anak akan bangga memiliki uang sendiri di tabungan, yang mana di akhir bulan selalu mendapatkan bunga bank.
Agar anak juga mempunyai kepekaan sosial, ajarkan kepada mereka untuk menyisihkan sebagian uangnya untuk disumbangkan ke fakir miskin, korban bencana alam dan orang-orang papa yang ditemui mereka. Beri mereka kebebasan untuk menentukan siapa yang berhak dibantu karena dengan demikian Anda juga mengajarkan kepada mereka KECERDASAN BERLOGIKA.
Beritahu juga kepada mereka bahwa mereka boleh membelanjakan sebagian dari uang harian (tabungan) mereka, sehingga anak belajar memilah-milah mana yang benar-benar dibutuhkan atau hanya sekedar keinganan mereka saja.
Tidak perlu khawatir bila menemui kesulitan di saat awal atau anak yang berusia lebih muda, anggap saja Anda dan anak sedang bermain. Wajar bila awalnya mereka tidak mengerti mengapa mereka harus melakukan hal tersebut, akan terlalu RIBET menjelaskan konsep yang terlalu dewasa kepada jiwa muda mereka. Akan tetapi saat Anda melakukannya, anak Anda akan belajar kebiasaan yang baik dan itu bisa membentuk suatu pola yang bermanfaat di masa depan.
Apa yang tidak boleh dilakukan?
Sederhana saja, Anda jangan pernah sekali-kali memberi anak uang untuk pekerjaan rumah yang dikerjakannya, seperti: mencuci piring, memangkas rumput di halaman, mencucikan mobil dsb. Mengapa? Karena anak akan berpikiran bahwa ia melakukan pekerjaan dan pantas “dibayar”. Katakan kepadanya bahwa ia adalah anggota keluarga, dan adalah kewajiban bagi semua anggota keluarga untuk saling tolong menolong. Untuk menghargai kerja anak, Anda cukup ucapkan terima kasih kepada anak karena telah membantu pekerjaan rumah tangga. Dengan demikian anak juga belajar berterima kasih. Ini bisa Anda mulai dengan anak berusia berapapun.
Penulis: Ling Majaya
Post a Comment