Gambar buramkah yang sedang kita lukis??
Kouzes dan Posner dalam the Leadership Challenge revisi ke-3 diterbitkan Erlangga tahun 2004), memberi highlight tentang Leadership dalam konteks yang baru (kepemimpinan untuk masa kini dan masa datang). Gambar baru melahirkan ciptaan baru dan model baru.
Leadership memang berubah, jika konteks berubah. Dari non-digital menjadi digital, dari sektoral menjadi global, dari general menjadi fokus, dari keserakahan menjadi pencarian arti, dari non-spiritual menjadi spiritual dan dari tuan menjadi pelayan ( dari pro pejabat menjadi pro-rakyat).
Namun ada satu yang tidak banyak berubah. Konteks depresi ekonomi dahulu (1930-an) berulang lagi dengan konteks krisis global 2008. Lukisan itu tetap sama. Ketidakmampuan berulang. Ketidaksempurnaan manusiat merebak kembali. Ketidakdewasaan menjalari pemimpin. Ketidakseimbangan melebar. Sketsa utamanya tetaplah keinginan manusia untuk menguasai dunia ini secara tidak wajar (berlebihan, melupakan keseimbangan, mengganggu kehidupan mahluk lain, dan yang paling berat adalah melupakan eksistensi Tuhan). .
Gambar seperti apa sebaiknya kita tampilkan untuk kepemimpinan kita di masa depan?
Saya mulai merenungkan hal ini dalam-dalam sambil terus memandangi langit dan awan-awannya.
Jangan terlalu kenyang
Kepemimpinan tidak didesain untuk menguasai seluruh bumi dan seluruh isinya. Proses kawin, beranak pinak, melipatgandakan, meluaskan networks dan meraih impian selalu dibatasi oleh luasan kanvas yang kita gunakan. Bahwa kekayaan, kesuksesan, kebahagiaan, kesejahteraan, keadilan, kedamaian yang kita impikan, setelah semuanya itu kita raih, mesti dikembalikan lagi kepada kemuliaan pemiliknya, Tuhan. Karena, jika manusia terlalu kenyang, ia lupa diri. Ia bagai lukisan yang melebar melewati batas kanvas kita. Kenyang hanya miliknya Tuhan. Kanvas yang dilihat manusia jangan hanya dirinya sendiri Direktur boleh kaya raya, tetapi kekayaannya jangan luber. Jika ia hobi koleksi mobil mewah, jangan terlalu berlebihan. Jika hobi koleksi anjing mahal, jangan berlebihan. Jika punya banyak pabrik, pastikan limbahnya ramah lingkungan (go green).
Jangan terlalu besar
Jika organisasi berhasil mengembangkan pemimpin-pemimpin baru (succesion), sebaiknya pemimpin itu tidak cukup lebih baik, lebih kompeten, lebih cerdas, lebih inovatif, namun harus lebih mulia dibanding pendahulunya. Jangan hanya memandang kuantitas, melainkan kualitas. Kemenangan tidak berarti harus membunuh. Oleh karena itulah, kecil tidak harus kalah, dan besar bukan berarti menang. Jim Collins dalam Good to Great, menemukan bahwa CEO yang sukses bertahun-tahun, bukanlah CEO selebriti yang dikenal banyak orang. Mereka adalah CEO yang low-profile, tidak banyak publikasi, pendiam dan cenderung tidak dikenal orang.
Aplikasinya dalam konteks "hubungan" antara pemimpin dan yang dipimpin menjadi : a). lebih seirama (jika ingin maju, jangan lupa yang dibelakang), b). lebih seimbang (jika memberi tugas, jangan lupa menghargai).
Dalam konteks rumah kepemimpinan yang kita bangun, mesti selain indah tapi juga kokoh dan kuat. Rumah diatas batu karang akan tangguh untuk 50 hingga 100 tahun. Jangan membangun rumah diatas pasir dan debu lalu limbung terkena angin kencang. Jangan memperkaya diri sendirian, sehingga rakyat yang kita pimpin lari meninggalkan kita.
Dalam konteks goal setting, goal pemimpin dimasa depan, mesti yang "noble", bukan hanya lebih banyak, lebih besar, lebih tinggi. Dalam konteks visioning, jangan hanya ingin mengalahkan kompetitor tanpa belas kasihan.
Dalam konteks nafas kepemimpinan, tema lukisan kita harus memiliki soul, spirit dan passion yang segar (tidak berbau busuk). Jika merekrut manager baru, carilah yang jujur dan beretika, bukan hanya cerdas. Jika melakukan Management Development Program (MDP) kembangkan manager baru yang sikapnya benar.
Dalam konteks role modelling, kanvas kita harus yang bersih.Jangan banyak bercak-bercaknya. Jika kita ingin berperilaku benar, mulailah dengan berfikir benar. Selama paradigma kita keliru, selama itu pula habit kita akan keliru (cacat dan berkarat). Jika ingin berbicara, mendengarlah dahulu. Jika meminta tim Anda bertanggung jawab, Anda harus lebih dahulu bertanggung jawab.
Post a Comment