Mall begitu ramai. Padat. Apalagi kalau weekend. Baik yang datang hanya untuk melihat-lihat atau memang ada keperluan belanja sesuatu. Kita sebagian besar sudah merasakan. Kita sudah pernah berdesak di sebuah lift atau escalator barangkali. Ya setidaknya mall dibangun untuk berkumpul banyak orang, bukan untuk sepi.
Karena lebih banyak yang sudah pernah merasakan ke mall dari pada yang belum, rasanya akan cukup mudah kalau kita membayangkan kondisi dan kejadian di mall juga.
Okey, bayangkan kita sedang berada disebuah mall yang cukup ramai pengunjung. Saat ini sedang berada disebuah escalator naik menuju lantai tempat dijajakan banyak makanan. Sengaja karena akan bertemu dengan seseorang sambil cicipi menu baru atau masakan kesukaan. Aroma bermacam masakan sudah mulai menggoda hidung, semakin dekat semakin kuat terasa. Escalator sudah berjalan 2/3 tinggal 1/3 lagi, sampai di lantai atas. Semakin kuat rencana nanti bertemu dengan teman, makan bareng dan ngobrol hangat. Ditambah lagi menu yang dituju sudah mampir aromanya. Mengingatkan beberapa waktu lalu saat menikmatinya.
Tinggal sedikit sekali sampai di atas, teman kita, sudah melambaikan tangan dengan riang dan terlihat sangat ceria tak sabar menunggu. Rasanya ingin sekali segera menjabat tangannya, tanya kabar, dan segera ngobrol banyak sekali. Fikiran sudah sangat focus disalah satu meja yang direncanakan. Wah pasti sangat menyenangkan.
Tanpa terasa secara reflex kaki sudah ringan melangkah dari escalator menuju lantai mall itu. Tinggal jalan 2 meter, belok kanan, sudah ketemu dengan teman. Sejurus setelah dua langkah kaki, dari escalator, mendadak ada seseorang yang dengan sengaja memoleskan bedak di pipi kanan. Belum juga sadar 100% sambil berusaha menghindar, ada seorang lagi yang memoleskan dengan usil di pipi kiri. Apa yang terjadi dengan kita?
Masih bisa cuek saja dan jalan ke arah teman?
Marah pada 2 orang yang usil tadi?
Membersihkan pipi kanan kiri dengan sapu tangan?
Segera mencari westafel, berkaca baru menemui temen tadi?
Apa yang terjadi kalau event itu sebenarnya sebuah wawancara kerja yang sangat dinanti?
Atau sebuah pertemuan deal bisnis untuk penjualan yang bernilai besar?
Banyak pilihan tentunya. Namun rasa jengkel dan kehilangan keceriaan baik sesaat ataupun bisa berefek lama pada hal lain akan tetap terjadi. Setidaknya adalah kaget. Okey kita bisa merasakan dengan persepsi masing-masing yang pasti berbeda satu sama lain.
Rekan sekalian, sekarang kita mulai kondisi tadi kita lihat dari lebih jauh seolah hal itu terjadi di sebuah televisi yang kita tonton. Dan bukan kita yang mengalami. Kita melihat tayangan dirumah entah sendiri atau bersama keluarga lainnya. Apa yang terjadi dengan kita?
Tertawa terbahak-bahak?
Terpingkal-pingkal sambil memeluk guling?
Lucu?
Aneh?
Terlihat bingung orang yang di TV?
Atau apa saja yang mungkin terjadi, silahkan dengan sudut pandang masing-masing. Walaupun sebagian besar akan menjawab dengan tertawa. Dan mengatakan itu hal lucu. Hal yang sangat menghibur.
Coba kita hubungkan, hal pertama dan kedua tersebut. Bagaimana saat kita yang mengalami? Dan bagaimana saat kita melihat orang lain mengalami ini. Bisa jadi merupakan hal yang berlawanan. Lain sisi bisa saja kita marah, tapi kita tertawa lepas dan tergelak-gelak saat menyaksikan orang lain yang mengalami hal itu. Bukankah sebenarnya pengalaman itu sama. Bahkan sama persis. Sama-sama diolesi bedak dengan tanpa ijin. Namun karena sudut pandang, rasa yang timbulkan jadi sangat berbeda.
Disinilah ada sebuah kunci dalam diri kita sebagai seorang manusia, bisa melakukan edit rasa dengan mengubah sudut pandang. Dan akan membuat lebih berhati-hati tentunya, untuk melakukan sesuatu kepada orang lain, jika sebelumnya mampu mengubah sudat pandang dari sisi kita yang mengalami.
Semoga memberikan manfaat, salam suskes….
Post a Comment