Ditulis oleh Yant Subiyanto, ST, CM-NLP
Di antara para pembaca yang budiman, adakah yang semasa kecil tidak memiliki mainan sama sekali? Atau ada yang memiliki kurang dari 5 buah saja? Rasanya semua memiliki lebih dari 5 buah atau setidaknya pernah memilikinya. Wah, kalau saat ini, pertanyaan seperti itu bisa menjadi pertanyaan konyol. Hampir rata-rata anak-anak sekarang memiliki mainan dengan beragam jenis dan jumlah masing-masing bisa lebih dari satu. Ada yang memiliki boneka, mobil-mobilan, robot, bola, gangsing, dll.
Okey, agar lebih memberikan manfaat yang lebih untuk kita semua, mari kita selesaikan kisah dibawah bersama-sama.
Sebuat saja nama seorang gadis kecil itu Intan. Maaf kalau ada yang mirip atau sama, kami tidak ada unsur kesengajaan. Intan yang tinggal di sebuah perumahan cukup baik, di pinggiran kota kira-kira berumur sekitar 8 tahun. Salah satu kesukaannya bermain boneka. Bermacam boneka dimiliki, tentu saja dengan berbagai ukuran dan harga yang sangat beragam. Ada yang sudah dimiliki sejak bayi bahkan.
Orang tua Intan juga tidak segan membelikan boneka baru lagi kalau Intan meminta, atau sekedar oleh-oleh karena bepergian keluar kota. Sang orang tua juga sadar betul bahwa oleh-oleh yang paling disukai Intan, puteri satu-satunya ini adalah boneka. Entah, sudah berapa ratus boneka itu menggunung tertata di kamar Intan. Entah, berapa investasi orang tuanya dari boneka pertama samapai boneka terbaru dimiliki. Walau ada beberapa mainan lain, namun jumlahnya sangat sedikit.
9 tahun kemudian, Intan sudah bukan gadis kecil lagi. Sudah seorang remaja dengan paras yang ayu. Bahkan saat ini sudah kelas 3 SMU. Kegemaran boneka belum juga disudahi, walau jumlah yang baru tidak seperti saat 9 tahun lalu lagi, namun masih ada boneka yang sangat lama sekalipun.
Suatu pagi, SMU tempat Intan sekolah akan mengadakan kunjungan ke suatu Pantai Asuhan. Di sana banyak anak yatim piatu, ataupun anak dari keluarga yang tidak mampu tinggal. Bahkan sebagian, anak yang dengan tega telah ditinggalkan dan dibiarkan begitu saja oleh orang tuanya. Sangat berbeda dengan nasib Intan yang bisa dibilang serba berkecukupan.
Intan sangat kaget dan terhenyak, dengan kondisi mereka. Masing-masing dengan kehidupan yang apa adanya dip anti asuhan. Tidak ada banyak mainan, tidak ada TV dikamar, tidak ada computer, tidak ada handphone dan lain sebagainya. Padahal mereka pada usia bermain, yang sepantasnya banyak ditemani mainan. Sepulang dari panti tersebut, Intan berfikir keras dan mencoba terus membandingkan dua kehidupan yang berbeda. Akhirnya dia mengambil sebuah keputusan, bahwa seluruh mainan yang dimiliki akan diberikan dan disumbangkan ke anak-anak dalam panti asuhan tersebut.
Sore hari sepulang sekolah, Intan mulai membereskan seluruh boneka mainannya. Dimasukkan dalam kardus yang besar-besar, dengan dibantu Bibi yang melayani selama ini. Intan berjanji, kalau akan berhenti bermain-main dengan boneka lagi, karena saat ini sudah memasuki masa remaja. Banyak hal yang lebih positif, fikirnya. Hampir selesai pengepakan boneka tersebut. Besok pagi tinggal minta diantar Papa dan Mama untuk segera diserahkan.
Tinggal 2 atau 3 boneka saja yang belum masuk. Tiba giliran pada sebuah boneka yang sudah sangat using dan kumal. Sudah sangat lama. Sudah kotor. Boneka yang dimiliki sejak sekitar 14 atau bahkan 15 tahun lalu. Sekarangpun sudah sangat ketinggalan modelnya. Intan berhenti sejenak dan berfikir, terjadi 2 pilihan yang sama kuat antara ikut diserahkan atau tetap disimpan. Boneka itu penuh dengan kenangan. Toh semua sudah masuk daftar untuk diberikan.
"Apa pilihan Intan? "
"Atau dari pembaca yang budiman ada ide, masukan dan saran? "
"Coba, sekali lagi coba, yah… coba terus !"
"Apa keputusan yang harus diambil Intan menurut Anda?"
"Okey, apapun jawaban Anda, bisa saja benar adanya. Pastikan Anda sudah memiliki sebuah jawaban, sebelum meneruskan membaca sampai selesai. Tidak ada kunci jawaban pada kisah ini".
"Sudah mendapat jawabannya….?"
"Baik, mari kita lanjutkan….!"
*********
Rekan sekalian….
Banyak sekali hal yang merupakan kebiasaan kita. Diibaratkan kebiasaan kita itu laksana boneka bagi Intan, dan Kita adalah Si Intan, gadis itu. Dari yang sudah lama sekali sampai kebiasaan yang baru. Entah datang dari kita secara internal atau datang karena pengaruh dunia luar. Ada yang baik, ada yang buruk. Ada yang harus kita kembangkan, ada pula yang harus kita hilangkan. Usaha itu merupakan salah satu manifestasi sebuah perubahan. Pada suatu titik perubahan itu terasa begitu sulit dan berat. Membutuhkan waktu yang sedemikian panjang untuk berfikir. Menimbulkan keraguan yang teramat menyiksa. Dan kadang, terjadinya saat-saat terakhir menjelang kesuksesan perubahan itu sendiri. Ada yang akhirnya berbalik, dan akhirnya tetap sama seperti sedia kala. Ada yang tetap bisa kuatkan tekad dan lakukan aksi berubah. Sehingga benar-benar sukses dalam perubahan.
Tekad yang kuat saat berubah, membuang semua kebiasaan yang semestinya dibuang, tidak meninggalkan sedikitpun. Kalau masih ditinggalkan, berarti kita masih sayang dengan kebiasaan itu, sehingga akan tetap terjadi kebiasaan itu tanpa ada perubahan.
Sekarang, apa saran untuk Intan? Saya berfikir, karena Intan sudah bertekad kuat untuk berubah, maka sesayang apapun dengan boneka dekil yang sudah penuh kenangan itu, tetap akan diserahkan ke panti asuhan. Biarkan kebiasaan itu hilang secara paripurna. Dan biarkan sukses dengan perubahan.
Semoga memberikan banyak inspirasi hari ini dan selanjutnya, memberikan manfaat untuk kita semua. Jika ada hal yang bisa disharingkan lebih lagi silahkan bisa dengan kontak dibawah.
Post a Comment