The living leader

"Tak banyak gunanya, jika banyak pemimpin punya ilmu "bibit-bebet-bobot", namun rakyat tetap susah hidupnya," kalimat ini dilontarkan oleh pengirim SMS dari Bekasi, di acara "Aspirasi", selasa sore, 17 Maret 2009 di radio Smart FM. Tidak banyak manfaatnya, meski pemimpinnya cerdas, pandai, kaya, proaktif, kreatif jika ia tak mampu memberi manfaat bagi pengikutnya, bukan? Kepemimpinan adalah logika tentang memberi manfaat kepada manusia lain (konstituen, rakyat, tim). 

Munculnya pemimpin-pemimpin "monster" yang kehilangan daya hidup dari "dalam" (value, karakter, sikap) adalah gejala "leadership dryness" (kekeringan kepemimpinan). Tak ada kehidupan di sisi dalam. Pemimpin tidak bisa adil. Pemimpinnya egois, korup, suka menang sendiri, benar sendiri dan enak sendiri. KH Ma'ruf Amin, dalam Rakernas MUI di Padang Panjang, Sumatera Barat, 24-26 Januari 2009 lalu mengatakan pemimpin yang amanah, sulit dicari. Ada baliho besar di depan pohon di Bogor, berjanji:" Siap dihukum mati, jika korupsi.." Ada lagi di atas pohon: "Saya pemimpin amanah dan bersih siap membawa perubahan, pilihlah aku..!"



Paradigma Baru
Pemimpin masa kini dan masa depan yang dibutuhkan adalah pemimpin yang hatinya untuk rakyat ("heart for people"). Pemimpin ya
ng "hidup" di dalam. Karena ia "hidup" di dalam, maka yang keluar dari kepalanya ("head for people") adalah segala yang hidup, kebaikan dan kemuliaan ("man for others", "selfless"). Jika ia ingin kaya, rakyatnya dulu yang dibuat kaya ("hand for people"). Jika ia ingin sejahtera, rakyatnya dulu yang dibuat sejahtera. Jika ia ingin meraih sukses, rakyatnya dulu yang dibuat sukses. Jika ia ingin meraih target, rakyatnya dulu yang dibantu meraih target. Rakyat yang dimuliakan, bukan pemimpin. Paradigma kepemimpinan "baru" ini saya senang menyebutnya dengan "the living leader". Ia sudah meninggalkan pakem 'klasikal" yang dibuat dimasa lampau yang berbau sangat manajemen. Manajemen diperlukan sebagai alat ("tools") dan bukan segala-galanya. 

Pemimpin yang hanya mengandalkan keahlian manajemen belaka, cenderung akan pandai putar-putar fungsi manajemen, memoles proses bisnis, membongkar struktur organisasi, membuat prosedur (SOP) dan "working instruction". Pekerjaan macam itu cukup dikerjakan manajer, bukan leader. Sebaliknya kepemimpinan yang sukses adalah yang berhasil dimata rakyat. Ia dicintai rakyat karena mementingkan rakyat, membawa perubahan demi rakyatnya, memberi hasil bagi rakyatnya.


"Humble Heart"
"The living leader" (pemimpin yang hidup), memiliki 3 kriteria H ("humble heart", "high hope", "huge result"). Kebanyakan pemimpin yang hidup, terlahir sebagai rakyat kecil. Melalui hidupnya dari bawah, didukung rakyat,  mengemban amanah rakyatnya serta dikenang sepanjang masa. Dari Porbandar di India Barat, terlahir Mahatma Gandhi dari ayah, Kaba Gandhi dan ibu, Putlibai, yang sama-sama orang tua yang saleh, jujur, tidak mudah disuap. Gandhi besar sebagai rakyat biasa dari kasta Vaisya (dibawah Brahmana & Ksatria, diatas Sudra). Jiwa pemimpinnya yang "humble" muncul karena didera diskriminasi dan ketidakadilan oleh lingkungannya. Hati dan jiwanya tertantang. Melalui proses itulah, ia mulai melayani rakyatnya. Mempersembahkan hidupnya bagi orang lain. Meyakini perjuangannya dengan GUT (gigih, ulet dan tekun). Ahimsanya adalah wujud dari cintanya dan pengorbanannya yang besar bagi rakyatnya. Anehnya, ia tak merasa mengalahkan siapa-siapa dan tak pernah mau ditawari kursi PM India hingga ia meninggal 30 Jan 1948.

Ken Blanchard mengatakan: "true leader starts on the inside with servant heart, then moves outward to serve others". Ciri pemimpin yang menghidupi rakyat, pertama-tama ia berfikir bahwa rakyat adalah amanahnya.
Semakin hari, mereka semakin mendapat "heart, head dan hand" dari pengikutnya.

"High Hope"
Pemimpin besar lainnya, Barry Obama, yang lahir di Hawai, 1961 pernah besar di Jakarta, juga berasal dari keluarga biasa, ayahnya Barack Husein Obama orang Kenya dan Ann Dunham, ibunya orang Kansas Amerika, membesarkan Obama dengan cara-cara biasa dengan tekanan minoritas khas Amerika. Namun hati dan jiwanya berhasil membuka tekanan ketidakadilan dan diskriminasi itu perlahan dengan perjuangannya semenjak ia kuliah di Harvard Law School, memperjuangkan undang-undang, melakukan advokasi hukum bagi rakyat Amerika. "Kekuatan cintanya yang membara bagai api di horison," itu kata pujian dari presiden Venezuela, Hugo Chavez. Ia tidak mendadak terjun dari langit. Ia menyatu bersama warganya di Illinois sebagai senator yunior dan menawarkan harapan besar bagi rakyatnya, yaitu perubahan kehidupan, the new America.

Gandhi dan Obama sama-sama dekat dengan rakyatnya, membawa misi perubahan dan menunjukkan kinerja mereka dalam takaran yang berbeda. Ketika mereka berjuang, agenda rakyat yang diperjuangkan. Ketika mereka berbicara, rakyat yang pertama kali disebutkan dalam kata-kata mereka. Ketika mereka bernegosiasi, rakyat yang diuntungkan dan dimenangkan, bukan dirinya sendiri. Hati dan jiwanya tumbuh bersama hati dan jiwa pendukungnya. Mereka menjadi satu, sangat dekat dan saling mendukung membentuk "synergy power".  Pemimpin jenis ini pasti membawa perubahan bagi kesejahteraan rakyat. Minimum adalah perubahan dalam "human development index"(HDI). Mereka tidak pernah memakai cara kontrak-kontrakkan politik yang rumit. Namanya juga kontrak, ia akan pindah jika kontrakannya sudah habis, bukan?

"Huge Result"
Jim Collins dalam bukunya "Good to Great", membantu kita membuat pilihan lebih mudah. Dukunglah pemimpin yang kita ketahui telah menunjukkan kinerja bagus di level yang paling kecil, paling rendah (tak perlu di level paling senior). Dari level rendah inilah, kita lebih mudah mengujinya. Catatan kinerjanya mudah didapatkan dan mudah dianalisa. Pemimpin yang telah terbukti bekerja baik di level akar rumput, ia akan sukses membawa hasil besar di level lebih besar. Karena, jika mereka dapat dipercaya untuk tanggung jawab yang kecil, maka mereka akan lebih mungkin dan mampu menangani tanggung jawab yang besar.

David Bohm, ahli fisika kenamaan, meyakinkan dunia tentang adanya koneksitas ("connectedness") antara hal yang kecil dan hal yang besar ("everything is connected"). Sosok yang besar, bukan dari janjinya yang besar, tetapi dari nilai-nilainya ("value") yang besar.  Biasanya selaras dengan kinerjanya yang luar biasa baik ("action", "execution"). Satu-satunya cara termudah untuk menilai kinerjanya adalah melihat pencapaian targetnya, sikap positifnya,  track-recordnya dan peningkatan kesejahteraan rakyat (semakin banyak rakyat tidak lapar, semakin banyak rakyat sehat, semakin banyak rakyat berpendidikan, dst). Jika indikator yang kasat mata itu tidak nampak, ia bukan "the living leader"
Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger