Salah satu gangguan yang menempati urutan no 1, yang dilakukan trainer adalah MEMBACA TEXT di layar. Membaca kata demi kata presentasinya. Mengapa? Karena kecepatan "membacakan" trainer kalah cepat dengan kecepatan mata audience dalam membaca. Jadi Apa artinya? You're useless!
Tidak usah hadir, audience pun bisa membacanya.
Kemajuan teknologi, memberi kemudahan bagi kita para trainer untuk membuat presentasi dengan sangat menarik dan indah. Dengan sangat memukau. Jika kita menggunakan multi media, maka gambar, film dan suara bisa sangat bagus. Namun apa yang terjadi kemudian? KEOTENTIKAN dari trainer tidak muncul, karena bisa saja film film yang diputar akan segera di download trainer lain dan di gunakan dalam training trainingnya. Bahkan tidak jarang setelah mengajar ada peserta yang segera menghampiri untuk mencopy materi.
Lalu bagaimana membangun daya tarik, kwalitas dan keunikan kita agar kita benar benar memiliki warna sendiri? Bukan metalic. Yang bila menempel di biru jadi biru metalic dan menempel di merah menjadi merah metalic?
Salah satu jawabanya adalah mengurangi porsi tools presentasi. Ada kecenderungan bagi pemula adalah apa yang dipresentasikan ya apa yang telah disiapkan dalam materi presentasi. Menjabarkan slide demi slide dan apa yang dijabarkan hampir persis. Tidak ada tambahan yang berarti. Slide sudah begitu jelasnya, seakan kehadiran TRAINER tidak memiliki arti.
Apakah kehadiran Anda untuk presentasi menjadi sebuah keharusan bila orang membaca handout atau materi presentasi Anda? Jika tidak, maka Materi Anda tergolong "komplit" dan Trainer bisa tidur di rumah.
Coba perhatikan presentasi orang orang hebat yang pernah anda kenal atau seminarnya Anda ikuti. Katakanlah Hermawan Kertajaya. Beberapa training dan seminarnya yang saya ikuti, Hermawan Kertajaya sering hanya membuat bagan, dan beliau menerangkan panjang lebar dengan sangat menarik. Ketika di Hotel Mulia, acara Telkomsel, saya hadir dan melihat Hermawan Kertajaya juga sudah mulai menggunakan FILM dalam presentasinya, namun porsi bicaranya tetap dominan dan menarik.
Disini saya mengamati, kecenderungan orang yang semakin berpengalaman, akan mengurangi porsi "tools presentasinya" mereka akan lebih banyak berbicara, dan ketika berbicara itulah pesonanya akan muncul, keotentikan dirinya akan terlihat, uniquenessnya akan terasa dan kecerdasan serta kepandaianya akan nampak dan kwalitasnya bisa begitu benderang. Mereka akan tampak menjadi pribadi yang mudah terinspirasi dan cerdas. BUKAN hanya sebagai insight finder yang sangat dangkal. Karena mengupas begitu singkat dan hampir sama dengan trainer trainer yang lain.
Jika kita ingin naik kelas, sepertinya trainer dituntut untuk meng-explore lebih dalam dan lebih tajam, sehingga perbandingan, katakanlah slide slide presentasi dengan waktu yang disediakan semakin kecil. Anda bisa bayangkan 25 slides penuh kata kata dan bullet point, dalam satu Jam. Apa yang terjadi dalam kelas training tersebut? Coba Bandingkan dengan 10 Slides hanya dengan satu dua kata atau gambar dalam durasi 1 Jam. Kira kira apa yang dilakukan sang Trainer atau pembicara? Pesona trainer itu akan lebih muncul di kondisi yang kedua. (Tentunya kalau memang mempesona)
Sahabat Sukses,
Gambar diatas adalah kecenderungan para pembicara pada umumnya. Mereka yang semakin tinggi jam terbangnya, memiliki kecenderungan mengurangi jumlah slides, mengurang tools tools presentasinya. Namun demikian, tentu banyak sekali variable lain yang harus diperhatikan. Materi, lokasi, jenis training, audience, ruangan, objective dll. (Sebagai contoh: training Visual Basic Programing, SQL Server, atau DBII Universal dan training training teknis lainya yg membutuhkan PORSI DEMO labih besar, kurang tepat dengan kecenderungan ini)
Jadi secara sederhana, inspirasinya adalah: Jika kita ingin lebih matang, lebih menguasai materi, lebih meyakinkan, lebih baik juga tentunya, maka cobalah untuk mengurangi slides slides presentasi anda dalam mengajar. Karena ingat! Slide tidak harus sama dengan Hand Out. Trainer akan bicara, trainer akan lebih komunikatif, trainer akan lebih nyambung, dan tentunya training akan lebih menarik dan mempesona.
Satu hal lagi!
Dalam skenario terburuk, sering kali pembicara harus mampu bicara tanpa tools. Bisa karena gangguan teknis, kondisi dan situasi, atau bahkan karena tututan skenario: Misalnya : Training di atas pesawat, di atas kereta ataupun di lapangan rumput di lereng gunung yang sejuk.
Semoga menginspirasi!
Post a Comment