Sebagai seorang trainer sering kali kita dianggap ‘manusia super’ yang bisa memecahkan berbagai macam masalah. Hal seperti ini wajar saja bila kita tetap merasa sebagai seorang professional dengan kompetensi tertentu di bidang yang kita tekuni. Ini menjadi masalah ketika kita ‘memaksa’ diri kita untuk memenuhi tuntutan menjadi ‘manusia super’ itu. Kita memaksa diri kita untuk selalu tampil pintar serta selalu lebih pintar.
- Atasan langsung tidak mendukung penggunaan skill atau behavior yang sudah dipahami, dengan kata lain ini masalah feedback
- Sulit untuk merubah kebiasaan lama.
- Tidak mempunyai cukup kesempatan untuk mengaplikasikan skill atau behavior yang sudah dimengerti (tengok note FB saya tentang ‘mengerti’ dan ‘kompeten’).
- Feedback yang buruk atau tidak mencukupi.
- Tingginya tingkat stress karyawan.
- Tidak adanya standar kinerja
Ya. Trainer memang perlu banyak belajar, dari apapun dan dari siapapun. Hasil belajar tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mempermudah peserta atau partisipan training dalam berpartisipasi sekaligus menyerap materi yang kita persiapkan. Tidak ada kewajiban sama sekali bagi kita, para trainer, untuk membuktikan bahwa kita lebih pandai dari partisipan – malah beberapa partisipan training saya secara akademis jauh lebih pandai dari saya dan saya beruntung karena bisa mendapatkan tambahan ilmu dari kepandaian mereka.
Mari kita permudah.
“Trainer juga manusia.. punya rasa punya hati..”
Merdeka!
Nugroho Nusantoro
Post a Comment