By. Bro Yunus
Entah bagaimana berkecamuknya pikiran, benci, marah, kesal, bahkan geram atau mungkin sedih,
itulah ungkapan perasaan yang teraduk-aduk kita maupun orang lain ketika dipermalukan di depan
orang banyak. Siapa bilang orang yang telah terluka dapat dengan mudah melupakan apa yang
telah kita perbuat padanya. Kemarahan yang telah kita umbarkan mungkin saja dapat dilupakannya
dan bahkan memahami kehilafan kita, tetapi ingatan akan goresan luka atas apa yang telah
mempermalukannya tidak serta merta melebur bersama kecerian yang dibangun kembali. Seperti halnya
lubang-lubang pada batang kayu pohon akibat paku-paku yang dipukul oleh sebuah palu.
Mempermalukan orang lain di depan orang banyak bagaikan menebas pohon harga diri dengan sebilah
kapak tajam. Rasa malu, harga diri, kehormatan, harkat diri, adalah sebuah rangkaian rumah bambu,
bila salah satu pengikatnya terlepas maka runtuhlah bagian lainnya. Tak mengherankan, bila banyak
tindakan kejahatan berawal dari bertumbuhnya rasa dendam atas keterpurukan harga dirinya. Kita
boleh saja tidak suka dengan tindakan orang lain, kita dapat saja tidak setuju dengan semua pendapatnya,
kita sah-sah saja mengecam perbuatannya, tetapi tak perlu kita mempermalukannya di depan orang
banyak meski posisi kita lebih tinggi darinya, bukan! Bagaimana pun juga kita tak memiliki hak untuk
melakukan tindakan tersebut. Cobalah kita bayangkan bila kita berada dalam posisi orang yang sedang
dipermalukan di depan orang umum tersebut, apa yang terpikir dan kita rasakan saat itu ? Renungkanlah
bahwa rasa malu dan harga diri kita tetap terjaga bila kita pun mampu menjaga rasa malu dan harga diri
orang lain, bukan! Setidaknya pelaku yang bertindak mempermalukan orang lain di muka umum telah
menunjukkan perilakunya yang kurang terpuji di hadapan khalayak.
Memang bagi kita atau orang lain adalah sebuah PILIHAN apakaha pilihan untuk sakit hati, ikhlas
menerima perlakukan tersebut, kesal, benci atau bahkan dendam sekalipun, tetapi cobalah untuk
memilih tidak terluka. Seperti Dr. Stephen Covey pernah berujar, "bukan perbuatan orang lain yang
membuat kita terluka, melainkan penerimaan kita untuk terluka atas tindakan tersebut yang membuat
kita terluka".
Anggaplah memang dia tidak berniat untuk menyakiti kita, nilailah hanya perilakunya saja yang tampak
di kasat mata bukan niatnya yang tersembunyi (PISAHKAN PERILAKU DENGAN NIAT) dan jadikan itu sebagai
masukan / feedback untuk kita menjadi lebih baik. Semoga dengan begitu hati kita menjadi lebih damai,
bukan! (my)
+ comments + 8 comments
guru saya pernah gitu, tapi gatau cara nyadarinnya, dikasihtau malah disangka ngejawab/ngelawan didiemin malah sakit hati dan malu
duh gatau lagi deh :'
Guru saya begitu :(
GUEU SAYA BGTUUU:"""(
Guru saya seperti itu
Dosen saya seperti itu padahal beliau seorang doktor.....:(
miris
Atasan sya seperti itu... semoga cepat sadar bahwa perilaku seperti itu sangat tidak baik
Ada seorang PNS bertindak atau bersikap ingin memalukan khalayak,di depan umum.bisa ka di tindak hukum
Post a Comment