Suatu hari saya bertemu dengan salah satu rekan, yang dengan semangatnya, terlihat tampak rapi dan wajah cerah. Dia bercerita baru mengikuti salah satu training yang memotivasinya untuk lebih baik. Memperbaiki diri dirasakan perlu, sehingga ia memulai dengan penampilan dan wajah yang ceria. Apa yang dirasakannya bisa juga terjadi pada diri kita, setelah mengikuti sesi training, menonton motivator, baca buku motivasi dan semacamnya.
Dilain kesempatan saya bertemu dengan sekelompok peserta yang mengikuti sesi penjelasan atau rekruitmen di suatu MLM, mereka terlihat sangat bersemangat. Mereka mau berkenalan satu dengan lainnya, rasanya tak ada beban yang mereka harus pikul untuk merekruit anggota baru. Semua gembira, larut dalam suasana pelatihan yang dibawakan. Hal ini banyak kita lihat dalam berbagai sesi pelatihan, utama bagi tenaga penjualan.
Begitu mungkin anda pernah merasakan ikut dalam kegiatan promosi suatu produk tertentu yang memberikan penawaran diskon yang besar. Begitu antusias peserta yang hadir untuk membeli produk yang ditawarkan. Entah sesuai kebutuhannya atau tidak, terkadang mereka membeli hanya karena harganya yang lebih murah. Bahkan mungkin tidak memperhatikan size, kesesuaian warna, atau apakah barangnya berfungsi atau tidak.
Dari 3 cerita diatas, ada semangat yang dihasilkan dari suatu kegiatan, apakah itu training atau promosi produk. Dan semangat itu harus digunakan sebagai motor penggerak, supaya ada dampak yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Paling tidak senang, walau sesaat. Penyelenggaranya memang berupaya melakukan sesuatu, supaya peserta yang berpartisipasi merasakan manfaat yang besar dari kegiatan yang dilakukan. Bahkan, walaupun itu diyakini bahwa hal itu hanya berdampak sesaat.
Rekan saya yang tampil rapi dan berwajah cerah tersebut, mungkin akan kembali berantakan serta berwajah masam, begitu mendapatkan persoalan hidup yang dihadapi tidak seperti proses penyelesaiaan yang diajarkan. Begitu juga anggota MLM tersebut akan mengeluh ketika menghadapi penolakan dari prospek yang sulit diyakinkan. Serta pembeli di pameran tersebut, akan kecewa begitu barang yang dibelinya ternyata tidak berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.
Selalu ada harapan sementara yang coba ditutupi dari sebuah kegiatan, maka jika kita belum berupaya menikmati itu sebagai proses berkelanjutan, kemungkinan kita akan kecewa.
Dampak sementara yang dihasilkan dari suatu aktivitas harus diisi dengan aktivitas berikutnya, sehingga bisa berkelanjutan. Mengisi jeda antara satu aktivitas dengan aktivitas lainnya adalah proses untuk menikmatinya. Menganggap itu sebagai sebuah trigger, seperti penyulut api kompor gas, cukup sekali click dan selanjutnya gas akan melaksanakan tugasnya. Memberikan energi panas yang berkelanjutan, walaupun ada saatnya gas habis, namun bisa diisi lagi. Dan kembali kita memerlukan pematik untuk menyalakannya.
Saya yakin banyak diantara aktivitas yang kita lakukan dampaknya sesaat, namun proses untuk menikmati setelahnya ada tantangan yang kita hadapi sebagai manusia. Yang memiliki perasaan dan pikiran, untuk bereaksi atas suatu yang kita terima melalui indra kita. Dan anggaplah tulisan ini juga sebagai trigger untuk membagi semangat kepada yang lain.
Andi Anugrah
Post a Comment