By. Poedjiati Tan
Walaupun
Marcell dan Leroy adalah dua bersaudara yang sangat menyayangi ibu mereka, keduanya berlomba-lomba membahagiakan sang ibunda dengan segala cara. Marcell yang seorang entrepreneur muda itu selalu memberi hadiah yang bagus-bagus, mulai dari kalung berlian hingga mobil mewah. Kasihan Leroy yang hanya seorang karyawan bagian penjualan harus ‘ngos-ngosan’ mengejar kakaknya tetapi selama ini paling maksimal ia hanya dapat memberi hadiah tas seharga
Itupun ia lakukan dengan mengorbankan kepentingan diri dan keluarga. Namun Leroy tidak menyerah begitu saja, ia selalu berpikir keras mencari cara mengalahkan kakaknya. Pasti ada sesuatu yang dihargai ibunya bukan karena harganya yang mahal. Sesuatu yang unik dan langka tetapi terjangkau oleh kantongnya.
Maka pergilah Leroy ke China Town dengan maksud mencari hadiah Tahun Baru yang unik dan langka untuk ibunya. Kebetulan tahun itu ia menerima bonus yang lumayan besar, sayangnya sebesar apapun bonusnya, ia tidak bisa mengalahkan Marcell yang baru saja membeli paket perawatan kecantikan seharga 50 ribu dolar untuk ibu mereka. Namun ia akan berusaha mencari hadiah yang unik, yang tidak terpikirkan oleh Marcell.
Setelah keluar masuk beberapa toko antik akhirnya ia masuk ke sebuah toko yang menjual berbagai binatang piaraan eksotis dan tertarik pada seekor burung beo yang tampak biasa-biasa saja, namun pemilik toko memasang harga luar biasa maham; $ 10,000. Penasaran Leroy pun bertanya kepada pelayan toko apa keistimewaan beo tersebut sampai dihargai sepuluh ribu dolar?
“O, that bird ah? He can speak ten different languages.” Pelayan toko itu menerangkan. Tidak percaya begitu saja, Leroy pun mengetes dan terbukti benar, beo tersebut bisa berbicara 10 bahasa dengan fasih. Leroy sangat gembira karena merasa telah menemukan hadiah yang akan menyenangkan hati ibunya. Ia menguras tabungannya dan meminta agar burung tersebut dikirimkan ke rumah ibunya sehari sebelum Tahun Baru.
Tiba pada hari Tahun Baru, Leroy pagi-pagi berkunjung ke rumah ibunya sebab ingin mendengar sang ibu memuji hadiah yang diberikannya. Setelah mengucapkan selamat tahun baru, Leroy pun bertanya, “bagaimana dengan hadiah tahun baru dari Leroy, mama suka
Sang ibu tersenyum, “ya, mama suka sekali. Mama masak dengan resep masakan Indonesia. Tuh, masih ada sisa di meja makan, mau mama ambilkan?”
Lemaslah Leroy seketika mendengar kata-kata ibunya. “Apa? Burung yang bisa berbicara sepuluh bahasa itu mama jadikan santapan?”
Ibunya pun ikut kaget. “Hah? Bisa bicara sepuluh bahasa? Kenapa dia tidak berbicara sebelum dipotong?”
***
Berbicaralah pada waktu yang tepat, yaitu ketika kita harus berbicara dan memiliki kesempatan. Kadang-kadang kita pun seperti burung beo naas itu, takut berbicara untuk membela diri, terutama pada saat-saat genting. Saya sendiri punya pengalaman beberapa bulan yang lalu di MRT Singapore. Ketika akan keluar diseruduk penumpang yang kurang sabar, padahal sudah jelas-jelas peraturannya penumpang yang akan memasuki kereta harus mendahulukan penumpang yang hendak keluar. Tapi saya tidak punya kesempatan untuk berbicara kepada penumpang itu, apa boleh buat, terpaksa menahan dongkol sendiri. Tapi kalau kaki Anda terinjak di dalam kereta, Anda punya banyak waktu untuk berbicara.
Berbicara ketika orang lain sedang membutuhkan perhatian dan didengarkan tentulah tidak tepat. Membuka mulut tidak dapat dibarengi memasang kuping. Juga ketika kita tidak mengerti isi pembicaraan kawan bicara, pasti lebih aman kalau kita mendengarkan saja daripada menyelah.
Kepada orang yang tepat: Tidak ada manfaatnya membicarakan topik yang tidak dimengerti atau tidak dipedulikan oleh pendengar. Selain buang-buang tenaga dan terutama waktu, kita menyusahkan orang yang kita ajak berbicara. Kita tidak bisa membicarakan pengaruh ekonomi global kepada anak kecil yang suka memberi makan burung-burung di Jurong Park. Atau membicarakan masalah kesehatan kita kepada orang lain yang sedang dirawat di rumah sakit, wong dia sendiri sudah cukup sulit dengan keadaannya, ngapain juga mendengarkan kesusahan orang lain?
Manfaatkan suara untuk memengaruhi dan membangun rapport dengan orang lain:Menurut para ahli komunikasi, cara kita mengolah nada, irama, tempo, dan volume—keras lembutnya—suara dapat meningkatkan pesan yang ingin kita sampaikan. Coba praktekkan bersama teman kalimat-kalimat di bawah ini dengan nada berbeda; penuh perasaan, serius atau bersungguh-sungguh, sinis, bercanda, marah dan datar-datar saja. Apa pengaruhnya setiap nada yang berbeda terhadap diri Anda sendiri dan pendengar Anda?
+Aku cinta padamu.
-Oya?
Pastikan Anda terdengar dengan mendengarkan:
Mudah-mudahan bermanfaat dan berbicaralah pada saat yang tepat kepada orang yang tepat dan buatlah diri Anda “terdengar” bukan karena kerasnya suara Anda, melainkan karena Anda berhasil menyamakan cara seseorang berkomunikasi.
Post a Comment