Begitulah judul pokok bahasan yang selalu ramai didiskusikan dalam kelas Manajemen Perilaku.
Beberapa peserta menjawab secara garis besar/kelompok sbb:
1. Saya mendapatkan gaji.
2. Perusahaan mendapatkan keuntungan.
3. Saya hadir di tempat kerja (absensi-nya ada).
4. Saya bisa memiliki penghasilan untuk keluarga.
Untuk memberikan pengertian lebih lanjut biasanya kami memberikan argumen atas jawaban tsb sbb:
1. Gaji adalah bukti dari perusahaan percaya dan melakukan kewajiban kepada karyawan
2. Keuntungan adalah hasil kerja team/modal perusahaan jadi bukan atas kerja perorangan. Jadi keuntungan bagi perusahaan tidak otomatis menjadi hak karyawan perorangan.
3. Absensi adalah bukti kehadiran bukan bukti seseorang bekerja.
4. Penghasilan yang diterima juga sama adalah bukti dari perusahaan atau pelanggan yang percaya kepada kita.
Biasanya kembali para peserta mulai berpikir keras ketika “bukti” yang menurut mereka adalah bukti mereka telah bekerja malah membuktikan pihak lain yang justru sudah berhasil bekerja untuk mereka. Lebih pusing lagi ketika peserta ditanya “jangan-jangan gaji yang diterima saat ini ‘kegedean’ dan bagaimana alasan bahwa perlu dinaikkan?”.
Apapun alasannya, sebaiknya kenaikan gaji itu mutlak karena prestasi dan bukan karena aturan UMR apalagi kalau sudah dilevel staff dan officer bukan? Secara bercanda beberapa orang merasa miris mendengarkan bila ada seorang manajer yang berharap kenaikan berasal dari sundulan UMR.
Kembali ke pertanyaan awal: Apa bukti Anda telah Bekerja? Jawabannya adalah UNJUK PRESTASI PRIBADI.
Masalahnya banyak orang yang tidak menyadarinya, sehingga banyak yang tidak bisa menjawabnya. Lebih banyak orang mengukur “telah bekerja” dengan gaji yang telah diterima. Padahal gaji yang kita terima adalah hasil dari prestasi kita dimasa lampau, minimal 1 bulan sebelumnya bukan? Lebih fatal lagi bila kita bandingkan dengan gaji orang lain. Maka langsung berlaku peribahasa: “rumput tetangga pasti lebih hijau”.
Untuk lebih jelasnya kami biasa memberikan contoh role play dengan salah seorang peserta (sebut saja Acong) sbb:
Acong diasumsikan sudah sukses dan telah memiliki bisnis sehingga setiap malam selalu telat pulang katakan jam 21.00 setiap harinya. Diandaikan saat Acong tiba di rumahnya selalu terlihat pembantu (PRT) sedang santai membaca majalah-majalah, TV LED, bahkan Blue Ray player milik Acong. Ketika ditanya bagaimana perasaan Acong sbg pemilik rumah tapi yang menikmati sang pembantu, maka Acong spontan merasakan kesebalan atau ke-keki-annya melihat hal-hal tsb. Saat Acong ditanya bagaimana kemungkinan sang pembantu dinaikkan gajinya, maka dijawab “tidak akan dinaikkan malah mungkin sekali akan ditambah pekerjaannya”. Padahal sang PRT telah selesai bekerja, tapi memang Acong saja yang pulang kemaleman.
Hal ini mengingatkan pada para peserta lainnya walaupun jam kerja sudah selesai, ada kemungkinan para pimpinan yang belum bisa pulang akan sangat kesal dengan tawa-canda saat karyawan pulang bukan? Semua peserta terdiam.
Kemudian kami memberikan ilustrasi lanjutan, bahwa sang PRT setelah mengikuti kelas Manajemen Perilaku (yang memang tidak memandang jabatan), sang PRT setiap sore memberikan laporan lengkap kepada Acong sbb: “Saya telah mengerjakan a, b, dan c. Apakah ada lagi yang perlu dibantu pak? Apa bila tidak ada atau sdh selesai semua, bolehkah saya membaca buku dan menonton TV?” Ternyata Acong langsung menjawab “YA BOLEH” dengan senyum lebar.
Nah, itulah contoh UNJUK PRESTASI bukan? Anda sendiri yang lanjutkan bila sang PRT bisa menunjukkan jurus2 barunya setiap bulan, soal kenaikkan gaji apakah menjadi masalah yang besar sekarang?
Bukti kita telah bekerja adalah kita memiliki kemampuan “UNJUK PRESTASI” bukan “unjuk rasa” atau mengaku2 kerja team menjadi milik Pribadi, pun juga bukan dengan membanding2-kan pekerjaan atau gaji dengan orang lain.
Selamat UNJUK PRESTASI!
Apabila Anda ingin melihat program utama Manajemen Perilaku (Behavioral Key Performance Indicators) secara Free bisa hubungi Lois di 021-59492825.
Salam Karakter,
Ir. William Wiguna, M.Pd., CPHR., CBA., CPI.