by Made Teddy Artiana, S. Kom
photographer, penulis & event organizer
Hal ini kudengar langsung dari bibir Bob Sadino, paling sedikit tiga kali. Pertama dihadapan orang banyak, lalu kedua ketika berbincang denganku face to face, dan ketiga di Buku "Belajar Goblok dari Bob Sadino".
Tetapi adegan yang paling berkesan adalah ketika hal itu diucapkannya di depan para pengusaha yang sengaja diundang beliau kerumah. Dan diantara mereka hanya aku undangan yang agak nyeleneh..seorang photographer.
"Kalau kalian berpikir bahawa Bob Sadino hebat, kalian salah besar. Tapi kalian tak sepenuhnya salah, memang seperti itulah yang diangkat oleh media tentang pengusaha nyeleneh bernama Bob Sadino". Ia terdiam sebentar sambil mengusap wajahnya. Lalu melirik kearah dapur, kemudian menatap dengan mesra seseorang. Di
"Dia..dia itu..", ujar Om Bob terbata-bata dengan suara berat. Ekspresi wajah haru itu membuat kami hampir tidak berani menatap kearah beliau.
"Dia yang hebat...", lanjut Om Bob sambil menarik nafas panjang dan berat, lalu menghembuskannya perlahan.
"Kalau ketika saya menjadi kuli batu dulu..dia meninggalkan saya..habislah sudah.."
Kali ini Om Bob menunduk hikmat, tangannya kini menggosok lututnya yang telah keriput.
Seisi ruangan sunyi senyap. Yang terdengar hanyalah hembusan 12 AC yang terpasang di ruangan besar itu. Atmosfir cinta yang kuat memenuhi ruangan itu demikian kuat.
"Without Her.. I'm just like a piece of shit on the table..a big piece of shit on the table !"
Kini tak seorangpun berani menatap Bob Sadino..kami terutama para lelaki tertunduk dalam. Kata-kata tak terduga..
dan jika aku bukan laki-laki pastilah aku sudah meneteskan air mata melihat adegan ini didepan hidungku.
***
Hiruk pikuk sexy dancer sudah mereda, meskipun pesta belumlah usai. Kini laki-laki berdarah Bali itu berdiri tegak
sambil menggenggam mikrofon ditangan kirinya. Kadek Sardjana, seorang owner perusahaan minyak dan gas terkemuka berdiri dihadapan seluruh karyawan dan partner bisnis beliau. Hampir tidak bisa bicara..
"Saya tidak sedang mabuk..". ujarnya perlahan. Cerutu dijari kanannya tampak bergetar, jelas ia sedang berusaha menguasai dirinya sungguh-sungguh.
"Kalian tahu siapa saya..bagi saya kalian bukan karyawan..tapi kalian adalah kawan seperjuangan", sebentar ia menatap mereka satu-persatu.
"Kalian tahu persis baik-buruk saya, dan apa yang telah saya lakukan..saya bukan laki-laki yang sempurna", kembali Kadek menarik nafas dalam-dalam. Wajah laki-laki pemberani itu melembut.
"Tapi saya ingin kalian tahu..bahwa tanpa dia", kini jari kanan itu membuka dan mengarah penuh hormat kearah seseorang di atas sana, Sang Istri Tercinta..
"Tanpa dia..semua ini tidak akan seperti yang kalian lihat sekarang"
Kini Kadek Sarjana sedikit menundukkan kepala seolah memberi hormat...
"Honey..aku bukan laki-laki yang sempurna..but I Love You so Much..semua ini untuk mu Honey"
kini ruanganpun bertambah sunyi senyap..tidak ada satupun yang berani bicara atau bertepuk tangan.
Sementara wanita luar biasa diatas sanapun mulai menangis terharu..
dan beberapa saat kemudian pasangan luar biasa itupun tampak berdansa di dance floor dalam remang lampu, dikelilingi karyawan dan udnangan.
***
"Mau tahu apa yang saya banggakan ?", tanya Mario Teguh kepada seluruh hadirin yang hadir di studio itu.
"Mau tau apa itu ?", ulangnya sekali lagi.
Kami semua terdiam. Masing-masing memendam pertanyaan besar. Apa yang dibanggakan oleh seorang Mario Teguh ? Pertanyaan yang aneh. Betapa banyak yang dapat dibanggakan oleh seorang Mario Teguh !!!
"Karena ada yang mengangguk..maka saya akan menjawabnya juga", sambung beliau..melihat kebingungan kami. Jelas tak satupun yang betanya, namun Mario memang tak memerlukan pertanyaan..Ia hanya ingin mendelarasi sesuatu.
"Yang paling saya banggakan adalah istri saya..", sambungnya dengan mata berkaca-kaca.
Seluruh hadirinpun bertepuk tangan.
***
"Made..kamu lagi ngapain ??", tanya sesorang diujung telpon
Yaa..Andrie Wongso. Beliau menelponku disaat yang tak kuduga sama sekali. Ketika aku sedang bercelana pendek, memotong rumput dan belum mandi. Kami ngobrol sebentar...lalu ketika obrolan kami menyerempet ke keluarga..anak..lalu istri. Iseng saya menanyakan hal ini.."Pak Andrie..menurut Bapak apa peran istri bagi seorang Andrie Wongso..?"
Seketika itu tokoh yang telah menginspirasi begitu banyak orang itu pun terdiam. Aku tahu hubungan telpon tidak terputus. Motivator Nomer 1 itu memang sengaja diam.
Nyaris lebih dari satu menit.
"Pak Andrie..?", tanyaku hati-hati. Beberapa saat kemudian sebuah suara berat dari Andrie Wongsopun muncul." Iya Made..I hear you..", Andrie kembali terdiam,"Istri..yah...?".
Aku mendengar suara senyuman dari telepon beliau.
"Tanpa istri..Andrie Wongso pastilah bukan Motivator Nomer 1...entah jadi apa dia !!", ujarnya penuh perasaan.
"Made, dialah satu-satunya orang yang begitu tabah mendampingi saya dimasa-masa sulit dulu.."
***
Jelas aku belum sesukses dan sedahsyat tokoh-tokoh diatas..tetapi paling tidak aku tidak akan menunggu terlalu lama untuk mengatakan hal ini kepada istriku, Wida.
"Bagiku, kau seakan dikirim dari surga untukku. Terima kasih telah bersabar dengan seluruh kegilaanku, dan tetap setia mendampingi dan mencintai suamimu ini sekian lama, walaupun kau tahu persis aku bukan laki-laki sempurna. Aku hanya ingin kau tahu..bahwa kau sangat berharga bagiku..aku sangat mencintaimu..!" (*)
Post a Comment