Pagi ini seperti biasa saya mengantar anak ke sekolah, dia bertanya “Pa, kenapa ya Evan kok merasa ngga enak perutnya”. Dan saya ingat semalam ketika saya mulai tertidur Evan juga bertanya bahwa dia merasa akan mimpi jelek. Saat malam itu saya karena ngantuknya cuma bisa menghibur sambil memegang tangannya, kemudian kami cepat tertidur.
Rasanya baru pagi ini saya bisa menjelaskan rasa ngga enak yang dia rasakan tadi malam dan pagi ini. Saya mencoba menjelaskan saat mobil di-start, dimana semua lampu indikator menyala dan saat mobil sudah “on” maka semua lampu indikator padam (lihat ilustrasi)
Dimana saat lampu indikator menyala ini menandakan bahwa mobil ini diperlengkapi dengan sekian banyak indikator mulai dari rem tangan, sistem injektor bahan bakar, ketersediaan oli mesin, ketersediaan listrik, “power steering”, indikator bahan bakar, kecepatan, RPM, odometer dsb.
Semua indikator tersebut siap “mengganggu” kita saat ada titik kritis tercapai atau masalah. Kita sebagai pengemudi harus peka dan segera merespon untuk mengambil tindakan sesuai dengan indikator apa yang memperingati kita.
Kembali kepada soal “ngga enak” perasaan dan perut si Evan. Saya sangat menekankan bahwa segera dicek apa saja yang telah ia lakukan sebelum muncul indikator tersebut. Saya menuntun dengan cara memberikan beberapa pilihan seperti: apakah setelah pulang sekolah sempat istirahat?, sudah berapa jam main game atau nonton TV, apakah telat makan, apakah ada PR atau soal yang sulit di sekolah dsb.
Satu hal yang perlu kita pahami seorang anak di umur 10 tahun seperti Evan, ternyata dia tidak perlu dijelaskan soal kenapa hal-hal tersebut, karena dia dengan cepat menyadari persoalan ngga enak tadi karena kecapean. Saya hanya membantu menjelaskan bahwa kalau otak kita kecapean biasanya secara fisik akan berefek pada sistem pencernaan kita, dalam hal ini perut.
Dan saat saya menjelaskan saya juga segera mengambil foto panel indikator mobil tadi dan Evan segera menyadari bahwa rupanya sang Papa selalu belajar juga untuk membuat sebuah kesimpulan karena diskusi singkat tadi. Evan semakin yakin dia tidak perlu takut dengan masalah-masalah, karena masalah-masalah dalam hidup itu juga sebuah indikator.
Apabila (semoga) Evan semakin mengerti dan bisa mengatasinya maka saya percaya Evan akan bisa lebih siap menolong siapapun juga dengan kasus yang mirip. “Hmm, jadi begitu cara kerja konsultan rupanya yah…” itulah gumam Evan pagi ini.
(Ir. William Wiguna, CPHR., CBA., CPI.)
Post a Comment