Mungkin sebagian dari kita ada yang mengernyitkan dahi membaca judul artikel ini. "Sumpah pemuda komitmen Mbah Marijan? Emang Mbah Marijan ikut sumpah pemuda?"
Jelas tidak. Ketika Sumpah Pemuda dideklarasikan, Mbah Marijan baru berusia kurang lebih 1 tahun. Yang saya ingin angkat disini adalah Sumpah Pemuda sebagai suatu komitmen dan contoh keteguhan komiten yang ditunjukkan oleh Mbah Marijan. Jadi dua hal yang bisa kita pelajari – HANYA jika kita mau mempelajarinya – adalah kekuatan komitmen dan cara memenuhi komitmen.
82 tahun yang lalu Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) pemuda-pemuda yang berlainan suku, ras, dan bahasa/dialek - Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, dll, termasuk perwakilan pemuda Tionghoa – merumuskan Sumpah Pemuda sebagai hasil Kongres Pemuda kedua yang digelar di gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB).
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Itu adalah versi asli dari Sumpah Pemuda. Sumpah yang merupakan komitmen penyatuan berbagai perbedaan ke dalam satu identitas kebangsaan. Ini adalah KOMITMEN yang MELAHIRKAN bangsa Indonesia. Ini adalah KOMITMEN yang MENTRANSFORMASIKAN 'nasib' bangsa Indonesia.
Apa sih komitmen itu?
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, komitmen adalah perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Dalam thefreedictionary.com kata commitment dijelaskan sebagai "the state of being bound emotionally or intellectually to a course of action" atau "keadaan dimana (seseorang) terikat secara emosional dan intelektual kepada suatu tindakan tertentu" dalam Bahasa kita. Komitmen adalah sesuatu yang sangat kuat, bahkan amat sangat teramat kuat sekali – begitulah seharusnya. Contoh kekuatannya adalah lahirnya Bangsa Indonesia dari komitmen para pemuda ditahun 1928.
Komitmen biasanya, dan sebaiknya, didahului oleh suatu deklarasi- untuk cara deklarasi yang benar silahkan baca buku H.U.M.A.N Technology, hal 218. Sebelum deklarasi dari komitmen tadi yang ada adalah ke-MUNGKIN-an. Setelah pernyataan komitmen yang ada adalah ke-PASTI-an. Sebelum itu hasilnya bisa 'ya', bisa 'hampir', dan bisa juga 'tidak'. Setelah pernyataan komitmen hasilnya harus 'ya'.
"Saya harus mendapatkan kenaikan gaji di atas rata-rata tahun depan." Seorang teman membuat pernyataan. Selang beberapa minggu saya tidak melihat adanya perubahan perilaku atau kinerja darinya. Saya bertanya, "Kamu harus dapat kenaikan di atas rata-rata tahun depan. Sebenarnya apa yang berbeda yang kamu lakukan sehingga kamu bisa dapatkan itu?"
Dia berpikir sejenak dan menjawab, "Nggak ada. Aku selalu bekerja dengan baik koq."
Saya bertanya lagi, "Boss sudah tahu kamu selalu bekerja dengan baik?"
"Seharusnya sudah tahulah. Kan dia pimpinan kita."
Saya beri dia saran, "Dari pada kamu menebak-nebak, mending kamu datang ke boss. Bicara sama dia tentang bagaimana menurutnya kinerja kamu. Mintalah masukan dari dia. Yang paling penting beri tahu boss kamu ingin naik gaji di atas rata-rata dan Tanya sekalian syarat-syarat apa yang dia ajukan agar kamu bisa dapatkan itu."
Teman saya terlihat bimbang dan bingung sebelum kemudian menjawab, "Seharusnya dia tahulah aku sudah bekerja dengan baik. Lagian bisa susah aku kalau bilang hal itu ke boss."
Saya Tanya lagi, "Emang kamu udah pernah bilang ke boss sehingga kamu tahu hasilnya bakal nyusahin kamu?"
"Belum sih. Tapi ya emang gitulah biasanya." Jawabnya.
Apakah teman saya berkomitmen untuk mendapatkan kenaikan gaji di atas rata-rata? Tidak. Dia berkomitmen pada zona nyaman. Dia berkomitmen pada 'bermain aman'. Dia berkomitmen kepada 'ketidak berubahan'.
82 tahun yang lalu para pemuda mengerti bahwa komitmen itu akan membawa mereka kepada keadaan yang sulit. Mereka harus melakukan tindakan yang terus menerus dan melelahkan untuk mempersatukan bangsa. Mereka harus mengatur strategi untuk melawan penjajah. Bahkan mereka harus mempertaruhkan nyawa demi identitas kebangsaan yang sudah mereka jadikan komiten itu. Adanya Bangsa Indonesia bukan lagi ke-MUNGKIN-an bagi mereka. Adanya Bangsa Indonesia adalah ke-PASTI-an setelah adanya komitmen itu. MERDEKA ATAU MATI!
Mbah Marijan menunjukkan kepada kita bagaiman memenuhi komitmen itu. Pada tahun 1982 Mbah Marijan dipercaya oleh Sultan Hamengku Buwono IX untuk menjaga Gunung Merapi, satu gunung yang menjadi simbol kekuasaan di Jawa. Sejak saat itulah beliau berkomitmen untuk selalu menjaga gunung itu. Seluruh hidup dan kegiatannya dicurahkan untuk menjaga Gunung Merapi sesuai kemampuan nalar beliau. Menurut Mbah Marijan, penolakannya untuk mengungsi sama sekali bukan wujud mbalelo apalagi bunuh diri. Beliau berkomiten untuk selalu menjaga Gunung Merapi, bukan berkomitmen menjaga Gunung Merapi ketika gunung itu 'baik-baik' saja, tetapi dalam keadaan apapun beliau menjaganya. Beliau bukan tipe pemimpin yang berkomitmen menjaga pengikutnya ketika keadaan menyenangkan atau baik-baik saja tetapi kemudian berbalik arah meninggalkan pengikutnya ketika keadaan memburuk atau dia perlu menyelamatkan 'muka'. Mbah Marijan mungkin tidak tahu arti komitmen tapi Mbah Marijan mempunyai KOMPETENSI yang sempurna atas komitmen itu. Hanya pemimpin hebat yang mampu menunjukkan komitmen seperti itu.
Nabi Muhammadpun menunjukkan komitmen yang luar biasa ketika pada satu waktu di tahun 630M, 4000 pasukan Hawazin menyergap pasukan beliau di ceruk bukit Hunain. Ketika pasukan nabi lari tunggang langgang, nabi Muhammad yang waktu itu sudah tidak lagi muda tetap bertahan menyongsong serangan dengan gagah berani, membuat pasukan Hawazin terkesima sebelum berbalik lari tunggang langgang. Ya. Ketika kita berkomitmen berarti "NO TURNING BACK" begitu yang diajarkan satu guru saya, pak Hari Subagya.
Sekarang adalah saat yang tepat untuk bertanya kepada diri kita sendiri tentang komitmen apa saja yang sudah kita buat. Ini juga saat yang tepat untuk mengukur apakah benar kita sudah berkomitmen atau hanya berkeinginan saja. Ini adalah waktu yang luar biasa untuk membandingkan apakah komitmen kita sudah sekuat komitmen para pendiri Bangsa Indonesia 82 tahun yang lalu, seteguh komitmen Mbah Marijan, dan sedahsyat komitmen nabi Muhammad.
Tetapkan komitmen yang benar-benar komitmen sekarang juga.
Merdeka!
Post a Comment