Insiden kecil-kecilan ini terjadi sekitar lima tahun yang lalu, ketika aku dan beberapa teman kantor tengah mempersiapkan diri untuk terjun, berinvestasi di pasar saham
Yang aneh, kendatipun kami belajar bersama-sama, pendekatan kami terhadap pasar saham terbagi jadi dua golongan. Kelompok yang pertama, yang mungkin sejak dulu diam-diam mengagumi sepak terjang George Soros, memutuskan untuk memposisikan diri sebagai trader. Sedangkan yang lain, merasa lebih bijak untuk memiliki pandangan Sang Komandan Berkshire Hathaway, Warrent Edward Buffet, atau yang lebih dikenal dengan Warrent Buffet. Spekulan versus investor. Yang satu spekulasi, yang lain investasi.
Hari kian hari, perbedaan prinsip ini semakin meruncing, hingga melahirkan sebuah gap yang cukup lebar dan menyisakan sebuah pertanyaan besar : Hidup ini spekulasi atau investasi ?
Mereka yang menggolongkan diri sebagai spekulan, ngotot bahwa modal utama dalam hidup ini adalah spekulasi. Untung-untungan, nasib-nasiban. Alasannya sangat masuk akal : kita tidak pernah tahu apa yang akan kita hadapi dalam hidup ini. Meminjam kata-kata ibunda Forest Gump, "Life was like a box of chocolates. You never know what you're gonna get."
Akan tetapi mereka yang berniat jadi investor, tidak rela jika hidup ini diperlakukan seperti mainan. Mereka bersikukuh bahwa hidup ini adalah investasi. Pandangannya jelas : untuk mendapatkan sesuatu, harus menginvestasikan sesuatu. Lihat Warrent Buffet, kata mereka, bagaimana cara mereka membesarkan Berkshire Harthaway dan mengumpulkan kekayaan dahsyat lewat perusahaannya itu. Hidup ini investasi, Bung !
Seingatku, perdebatan itu memang tidak terselesaikan. Keduanya ngotot tak mau mengalah . Disisi lain, bagiku pribadi kedua pendapat itu ada benarnya. Mungkin karena itu aku tidak memutuskan untuk berpihak yang satu lalu memusuhi yang lain.
Apa asyiknya hidup ini tanpa misteri ? Jika segala sesuatu telah kita ketahui, sehingga tidak tersisa sedikitpun rasa penasaran, sepertinya hidup ini akan kehilangan gregetnya. "If We could see tomorrow what of your plan ?", kata Guns and Rose dalam lagunya Don't Cry. Akan tetapi jika hidup ini melulu hanya berisikan misteri gak habis-habis, tebak-tebakan tiada henti dan tanpa sebuah jaminan sedikitpun akan segala susah payah yang kita lakukan, betapa gilanya hidup ini. Dan betapa menganggurnya TUHAN, setelah menciptakan semesta, lalu iseng mengisi waktu luang hanya dengan menciptakan misteri-misteri.
Terlepas dari itu semua, investasi dalam hidup ini tentu tidak identik dengan investasi dipasar saham.
Di pasar saham, otoritas bursa hanya bertugas sebagai pengawas atau regulator. Sehingga permainan fair –sebisa mungkin- dapat tercipta. Kendati demikian, Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) sama sekali tidak berkuasa (menjamin) semua investasi yang kita lakukan menghasilkan return. Jauh berbeda dengan hidup ini, yang mana segala sesuatu yang kita lakukan dijamin TUHAN akan kembali kepada kita. Cuan (untung) jika yang kita lakukan baik, buntung jika apa yang kita lakukan buruk. Itu sangat nyata, karena belum pernah ada satu manusiapun –entah ia mengakui keberadaan TUHAN atau tidak- berhasil menghindar dari akibat setiap perbuatannya terdahulu.
Dengan begitu nasib kita dapat dipastikan, tidak akan sama dengan nasib investor ataupun spekulator di bursa saham sana. Yang kallo lagi untung, bisa bernasib sama dengan para pemegang saham HM Sampoerna disekitar bulan oktober 2009 : yang untung gede karena di borong sahamnya seharga Rp. 10.600,- oleh Philip Morris. Tapi kalau lagi sial, akan bernasib tidak jauh berbeda seperti pemegang saham BUMI. Yang dibulan Juni 2008, sahamnya berharga setinggi langit (Rp. 8.000-an) tetapi beberapa bulan kemudian, sekitar bulan November, anjlok jadi Rp. 2.000-an. Apa nggak modar ?!
Jadi yang kita tugas kita dalam hidup ini hanya : melakukan apa yang bisa kita lakukan (untuk yang satu itu dijamin : selalu akan ada yang dapat kita lakukan). Dan menyerahkan apa yang tidak dapat kita lakukan (yang masih misteri, yang diluar jangkauan) pada TUHAN. That's it, so simple...! (*)
Post a Comment