Sumber: PortalNLP.com
Artikel ini mungkin mengangkat kembali tema lama, yaitu mengenai relasi antara NLP dan Hypnosis. Akan tetapi saya tetap beranggapan tidak ada salahnya untuk diulas kembali, untuk memperkaya wawasan dari para pembelajar NLP. Minimal akan membantu mereka yang masih berkutat di ranah teorititis, dan masih gamang untuk meng-aplikasi-kan NLP.
Sebelumnya saya paparkan sedikit, sekadar sebagai latar belakang. Saya adalah praktisi Hypnotherapy, dan juga pernah sedikit mempelajari NLP dengan metode belajar gado-gado, alias campur-sari dari berbagai sumber. Mulai dari seminar resmi, membaca buku secara otodidak, surfing di dunia maya, diskusi dengan teman-teman para pakar yang ada di portal ini, juga ditambah dengan sedikit ngarang-ngarang teori sendiri
. he he
..! Pokoknya NLP Rock 'n Roll !
Lha kalau saya yang Rock 'n Roll saja nekad-nekad saja mengaplikasikan NLP, maka seharusnya anda-anda yang lebih NLP-er, apa lagi yang sudah digodok mas Ronny FR selama tujuh hari, harusnya lebih josss lagi
.! Ok ?!
***
Dalam Hypnotherapy, terutama dalam praktek profesional, kita akan menghadapi Client dengan tanggung-jawab profesional pula, karena Client telah mengeluarkan sejumlah biaya dan tentu saja menyisihkan waktu secara khusus.
Pada prakteknya seorang Hypnotherapist akhirnya akan "bermain" dalam ruang yang fleksibel, termasuk penggunaan berbagai metode yang "agak bukan hypnotherapy", yang terpenting pokoknya Client "dapat menjadi lebih baik" !
Juga akhirnya seorang Hypnotherapist menjadi wajib untuk melengkapi berbagai pengetahuan lain, mulai dari ranah manajemen, sains populer, psikiatri umum, bahkan mungkin perlu memahami prinsip-prinsip Taoism, sedikit-sedikit istilah Tareqat, dan mungkin mengerti perbedaan antara Zoroaster, Kong Hu Cu, dan Buddhism. Mengapa ? Karena salah satu hal yang akan menunjang keberhasilan dari Hypnotherapy, adalah Client "percaya" bahwa kita benar-benar serba-tahu !
***
Secara teknis proses Hypnotherapy yang saya lakukan selalu melibatkan 3 teknik utama, yaitu : (1). Hypnosis & Hypnotherapy konvensional (2). NLP (3). Ericksonian. Saya sengaja membedakan antara Hypnosis & Hypnotherapy konvensional dengan Ericksonian, yang dalam hal ini adalah Ericksonian yang lebih dekat dengan versi Stephen Giligan. Kenapa ? Karena memang saya memandang Ericksonian sebagai suatu seni yang agak berbeda dengan Hypnosis konvensional, dan menurut saya Ericksonian adalah suatu seni yang "tidak terlihat" tetapi "terasakan" !
Artikel ini akan lebih banyak membahas penggunaan prinsip-prinsip NLP dalam proses Hypnotherapy. Dan maaf sebelumnya jika terdapat istilah-istilah yang mungkin tidak standar, karena memang pengetahuan NLP saya benar-benar acak-adul
. alias hajar bleh
!
***
Building Rapport
Dalam proses Hypnosis, "kenyamanan pikiran bawah sadar" menempati peranan yang teramat sangat penting. Pada umumnya kegagalan proses Hypnosis (baik di panggung atau di ruang therapy) hanya dikarenakan sang Hypnotist tidak piawai untuk men-setup "pikiran bawah sadar" Subyek agar "nyaman" dan "terelasi" dengan sang Hypnotist.
Pengetahuan NLP di seputar bagaimana membangun "Rapport" akan sangat membantu. Seorang Hypnotherapist harus piawai dalam menerapkan teknik Calibration, Matching, Mirroring, dll, sejak awal bertatap muka dengan Client.
Bahkan salah satu motto dalam Hypnotherapy adalah : "Buatlah Client menjadi jatuh cinta dengan anda !". Tentu yang dimaksudkan adalah jatuh cinta dalam makna kontekstual therapy, yang akan membuat mudahnya proses therapy ! Bagaimana cara tercepat untuk membuat orang jatuh cinta kepada anda ? Ya apa lagi kalau bukan teknik-teknik NLP untuk Building Rapport ?
Hal yang perlu diingat, bahwa teknik-teknik tersebut harus benar-benar dibawakan secara alamiah dengan kompetensi yang tinggi. Karena jika anda terlihat menjadi artificial dalam menerapkannya, maka yang terjadi akan sebaliknya, karena pikiran bawah sadar sangat peka dan dapat "melihat" apakah sesuatu berlangsung alami atau bukan alami. Hati-hati !
***
Meta-Model, Milton-Model, dan Reframing
Tahapan berikutnya dari proses Hypnotherapy adalah : "Intake Interview", yaitu wawancara untuk mengetahui permasalahan Client.
Pada tahapan ini seorang Hypnotherapist harus meletakkan "belief" dan "subjective experience"-nya terlebih dahulu untuk sementara, bahkan juga meletakkan sesaat prinsip "benar" dan "salah".
Seorang Hypnotherapist harus memiliki kejelian dan kenetralan dalam mengeksplorasi permasalahan dari Client.
Nah untuk inilah pengetahuan mengenai Meta Model akan sangat membantu Hypnotherapist untuk "menggali" dan menyimpulkan "apakah yang sebenarnya terjadi" !
Sekali lagi semuanya harus dilakukan secara mengalir. Hypnotherapist harus menguasai teknik Chunk-Up & Down, juga berpindah dari Meta-Model ke Milton Model atau sebaliknya.
Ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya tugas seorang Hypnotherapist adalah melakukan "Reframing", baik secara harafiah dalam makna teknis (misal content & context), ataupun reframing yang dibawakan pada tahapan "Suggestion Therapy".
Tidak jarang proses Reframing ini justru terjadi pada saat proses "Intake Interview", saat penerapan Meta-Model yang tepat yang akan membuat Client menemukan sendiri "aha
"-nya.
***
Representational Systems
Tahapan berikutnya dari Hypnotherapy adalah : "Exporing Client Modalities". Dimana tahap ini Hypnotherapist meng-collect berbagai hal yang nantinya diperlukan pada saat proses therapy, antara lain untuk penyusunan script yang sesuai, mulai Induction Script, Deepening Script, termasuk juga Therapeutic Script yang akan diterapkan.
Pengenalan VAK Client, dan bila mungkin juga "strategi berpikir" Client akan sangat membantu penyusunan Script yang efektif.
Nah, tentu semua telah memahami, ini adalah pengetahuan di bagian-bagian awal NLP.
Ini akan membuat Hypnotherapist dapat memilih kira-kira Script manakah di bawah ini yang paling tepat bagi Client :
"Bayangkan cahaya berwarna terang memasuki diri anda
."
Atau
"Rasakan getaran energi dari alam semesta memasuki diri anda
.."
***
Meta-Program
Secara umum pengenalan terhadap Meta-Program dari Client akan sangat membantu dalam proses diskusi, maupun saat penyusunan Script. Menyusun motivational-script untuk Client dari tipe "Towards" tentu 180 derajat berbeda dengan Client dari tipe "Away From".
Nah disini lagi-lagi pengetahuan Meta-Model kembali berperan dalam interview untuk "memotret" meta-program dari Client.
***
Perceptional Positions
Dalam Hypnotherapy dikenal istilah "mencari akar permasalahan di masa lalu", dimana mungkin ini merupakan salah satu teknik propietary Hypnotherapy, karena menggunakan teknik "Regression" yang harus dilakukan dalam kondisi "Deep Trance", dan harus menempatkan Client dalam kondisi "Revivication" atau "mengalami kembali secara nyata". Teknik ini hanya dapat dilakukan oleh Hypnotherapist yang benar-benar terlatih, karena jika terjadi kesalahan teknis, justru akan membangkitkan traumatik.
Nah, katakanlah Hypnotherapist telah berhasil menemukan "akar permasalahan" yang di Hypnotherapy disebut dengan "Initial Sensitizing Event" & "Subsequent Sensitizing Event", maka apa yang harus dilakukan ?
Pada intinya Hypnotherapy memandang bahwa manusia memiliki "path" yang berasal dari masa silam (masa kecil) yang berhubungan dengan apa yang "dirasakan" pada hari ini. Sehingga salah satu teknik Hypnotherapy adalah "mendamaikan" atau "menyelaraskan" kembali hal-hal yang "tidak selaras" di masa silam.
Pada kasus dimana "Initial Sensitizing Event" berupa suatu kejadian yang menyakitkan yang melibatkan beberapa pihak, maka NLP, khususnya teknik "Perceptual Positions" dapat dipergunakan, tentu dengan modifikasi sedikit disana-sini jika diperlukan. Mungkin jadi NLP versi Gestalt, atau Gestalt versi NLP ya ?
***
Milton Model
Dan tentu saja teknik-teknik yang terdapat dalam "Milton Model" dapat dipergunakan secara luas, mulai dari menerapkan "Waking Hypnosis" yang terkadang sangat efektif untuk me-release depresi & stress. Menerapkan Chunk-Up saat induksi atau saat "Suggestion Therapy". Sampai dengan penerapan metafora yang merupakan salah satu kekuatan dari teknik Ericksonian.
Saya pribadi sangat favorit dengan Milton-Model, dan tentu saja Ericksonian. Terutama untuk kasus Stress dan Depresi, saya nyaris selalu menggunakan teknik Ericksonian yang dapat menghasilkan "Shifting Consciousness" atau Trance dalam posisi membuka mata, tetapi berbeda dengan yang dimaksud di Davis-Husband pada "Ability To Open Eyes Without Affecting The Trance". Hampir seluruh Script inti saya juga mengandung "plesetan" atau "metafora" ala Erickson. Karena gaya semacam ini nyaris anti "salah", karena "nggak jelas-jelas amat"
.. he he
..
***
Masih banyak sekali contoh-contoh dari penerapan NLP di bidang Hypnotherapy yang kalau ditulis seluruhnya mungkin justru membuat anda semua menjadi bosan. Misalkan penerapan "Creating Change With Sub-Modalities" yang dapat diimplementasikan secara kreatif dalam Hypnotherapy, penerapan "Six Step Reframming" dalam kondisi Trance, dsb.
Baiklah, kiranya contoh-contoh sederhana yang dicuplik dari praktek riel ini dapat mengilhami para NLP-er untuk dapat mentransformasikan jurus-jurus NLP secara kreatif pula dalam bidang-bidang lainnya.
Kata Mas Ronny FR, NLP itu bak Transistor, Resistor, Capasitor, Induktor, Transformator, dll. Tinggal kita mau membuat apa ? Tinggal dirangkai ! Mau membuat Power Supply ya boleh, mau membuat Amplifier ya silakan disusun sendiri ! Bener ora Mas
..? Nak salah .. tulung di-koreksi
! He .. he
soalnya pakar yang satu ini adalah salah satu referensi penting saya untuk NLP. Paling tidak kalau saya bingung soal NLP, saya tinggal tanya ke beliau ini. Enak kan ? Nggak usah ikut mikir ! Langsung ngerti ! He
he
..
***
Btw
. bagi yang senang dengan Sulap
.. silakan membuat pertunjukkan yang menarik dengan menggabungkan teknik sulap kartu, dengan teknik forcing yang didasari oleh Milton-Model ! Jauh lebih joss dibanding dengan teknik forcing konvensional ! Anak-anak muda pesulap Bali saya kenalkan teknik ini
.! He .. he
.. (Note : di dunia Sulap dikenal istilah "Forcing", yaitu teknik untuk "memaksa" agar seseorang berpikir sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Sang Pesulap).