Slogan atau susunan kata yang berarti pembeli adalah raja, sudah dianut oleh banyak kalangan sejak zaman kita belum dilahirkan. Sebagaimana karakter raja yang selalu dilayani maka arti dari slogan ini pun memberikan hak kepada pembeli untuk dapat menuntut pelayanan sesuai kehendaknya. Sebagian orang tidak dapat menerima tujuan dari slogan ini, mengapa?... karena bisa saja sang raja bukanlah raja yang bijaksana, melainkan raja yang durjana. Untuk memberi keadilan, maka kelurlah istilah You get what you paid. Arti dari kalimat ini berusaha mengimbangi hak yang selalu dituntut oleh pembeli. Bahwa pembeli tidak bisa meminta barang/layanan lebih dari dana yang dikeluarkannya untuk membeli.
Bila kita terpaksa harus menerima bahwa Customer is the King, maka masih ada lagi yang menarik untuk dicermati dari kepemilikan kata Customer tersebut. Sekarang cobalah kita defenisikan arti dari Customer. Apakah kata tersebut ditujukan kepada mereka yang mengeluarkan uang atas barang/jasa yang diperolehnya? atau mereka yang telah memberi barang/jasa kepada orang yang membutuhkannya? Didalam kehidupan keseharian kita, hal ini terkadang sulit untuk didefenisikan. Pembeli mobil avanza harus bersedia inden menunggu berbulan-bulan mobil yang ingin dibelinya, turis yang ingin melancong ke Amerika tidak bisa apa-apa jika aplikasi visanya ditolak kendati uang untuk aplikasi tersebut hangus tanpa pegembalian.
Ditengah maraknya customer satisfaction, sering terbersit sinyalemen yang menandai ada yang tidak beres dari rangkaian kata tersebut. Bagi yang sensitif dengan hak dan keadilan tidak akan gegabah menempatkan kata Customer is the King. Tidak ada yang lebih tinggi diantara manusia-manusia yang sedang melakukan interaksi, Kamu, Dia, Saya ataupun mereka sama sama ingin mendapatkan porsi yang baik.
Post a Comment