Tidak ada kata terlambat untuk meraih prestasi dan mengubah kehidupan, selama Anda tidak separo hati melakukannya.
Adakalanya perjalanan menuju sukses itu berawal dari kejadian-kejadian yang sangat sepele, bahkan tampak sama sekali tidak akan mendatangkan hasil apa pun. Inilah perjalanan Lisa, seorang wanita pemasar properti tangguh yang lahir 26 September 1956 di Solo. Pendidikan formalnya cukup SMA saja, sempat melanjutkan di Akademi ISWI, dan pernah bekerja dua tahun sebagai sekretaris di perusahaan ayahnya sendiri. Setelah diperistri seorang pegawai BUMN, wanita ini menyibukkan diri sebagai seorang ibu rumah tangga dan mengasuh anak-anak. Selain itu, ia juga aktif sebagai penggerak organisasi Dharma Wanita. Rupanya, di organisasi itulah ia mengabdikan seluruh tenaga dan pikirannya untuk melakukan berbagai kegiatan sosial.
Suatu kali dalam sebuah perjalanan, seorang kenalannya menyatakan keinginan untuk tinggal di kawasan elit Pondok Indah. Kebetulan, tokoh kita ini memang tinggal di kawasan tersebut, sehingga spontan ia tergerak untuk membantu kenalannya. Untuk menemukan rumah yang dimaksud, ia lalu menghubungi kenalannya yang lain, yaitu seorang agen properti di Pondok Indah. Ternyata di situ ia malah diajak kenalannya itu untuk terjun langsung sebagai agen properti. Entah mengapa, ia tidak tertarik dengan tawaran tersebut. Tetapi sempat terpikir bahwa menjadi agen properti mungkin sama artinya dengan membantu orang lain.
Setengah tertarik setengah tidak, ia sempat diliputi keraguan beberapa waktu lamanya. Maklum, saat itu ia sangat sibuk di Dharma Wanita. Selain itu, ia merasa tidak memiliki pengalaman menjual sama sekali. Latar belakang pendidikan formalnya juga tidak ada hubungannya dengan marketing. Lagi pula usianya saat itu sudah menginjak 37 tahun, rasanya sudah tidak terlalu muda lagi untuk memulai suatu aktivitas dari nol sama sekali. Syukurlah, ternyata suami dan anak-anaknya sangat mendukung.
Lalu, mulailah ia membulatkan tekad untuk terjun sebagai agen properti di ERA
Pertama kali menemukan listing, ia sudah harus merasakan betapa beratnya profesi baru ini. Suatu kali ia menemukan rumah yang akan dijual. Tetapi untuk bisa bertemu dengan pemiliknya, ternyata sulitnya minta ampun. Ia harus bolak-balik sampai tujuh kali mendatangi dan menunggu kedatangan si pemilik rumah tersebut. Namun, usaha kerasnya tetap gagal karena si pemilik rumah ternyata sangat sibuk. Rupanya, setiap kali datang, menunggu, dan pulang dengan tangan hampa, tokoh kita ini selalu meniggalkan kartu namanya. Begitu tahu ia sudah meninggalkan tujuh kartu nama, akhirnya hati si pemilik rumah ini luruh juga. Akhirnya bertemulah keduanya, dan rumah itu resmi menjadi listing pertama tokoh kita ini.
Pengalaman berat itu ternyata tidak menyurutkan niatnya untuk terjun total sebagai agen properti. Tekadnya sudah bulat. "Prinsipnya, kalau sudah melangkah saya tidak ingin melangkah setengah-setengah," katanya. Setelah berhasil mendapatkan listing dan sukses menjualnya, kepercayaan dirinya semakin bertambah tebal. Semakin bersemangat menekuni profesi ini, semakin terasah pula keterampilannya, dan semakin mudah pula ia meraih keberhasilan demi keberhasilan.
Dan tak ada yang mengira jika mantan sekretaris dan aktivis Dharma Wanita ini ternyata melejit menjadi salah satu pemasar properti terbaik di negeri ini. Bergabung sebagai agen pada Juni 1993, tahun itu juga ia berhasil meraih posisi sebagai Top Producer Sales Associate di ERA
Kemudian sempat sedikit menurun prestasinya karena sakit selama tiga bulan, ia kembali melejit menjadi Top Producer Sales Associate berturut-turut pada tahun 1995, 1996, 1997, 1998, 2000, 2001, dan 2002. Dengan prestasi yang konsisten seperti ini, ia berhasil menempati posisi sebagai Associate Director. Ia mendapat penghargaan khusus karena meraih pertasi sebagai Top Producer
Tokoh kita yang hebat ini bernama lengkap Francisca Xaveria Maria Lisa Bertiana Kuntjoro yang dijuluki Ratu Broker Properti di Indonesia. Kini ia bersama suaminya Kuntjoro, mengelola kantor franchisee (terwaralaba) ERA Home di Pondok Indah,
Lisa menyebut, selain tekad yang kuat dan kerja keras, maka kreativitas, network, dan kemauan belajar terus-menerus merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilannya. "Saya maju dengan bisnis ini karena memang saya senang sekali menjalankannya," tutur Lisa. Selain itu, ia terbiasa menjadikan prestasi orang lain sebagai benchmark atau titik pijak sekaligus pelecut bagi semangat dan motivasinya. Bagi Lisa, usia dan latar belakang bukan menjadi penghalang untuk meraih prestasi. Menurutnya, tidak ada kata terlambat untuk meraih prestasi dan mengubah kehidupan kita.
*) Andrias Harefa
Post a Comment