Ketika anggota-anggota tim di Unilever mulai merancang sebuah strategi pengembangan kepemimpinan baru untuk manajemen puncak, mereka merasa gugup. Mereka tahu bahwa perusahaan berskala global ini membutuhkan sesuatu agar Unilever bisa menjadi pemimpin industri yang lebih kokoh dan kompetitif. Oleh karena itu, proposal mereka dimaksudkan untuk mengubah perilaku kepemimpinan secara fundamental dan menciptakan budaya perusahaan yang betul-betul baru dan giat. Secara keseluruhan, proses akan berlangsung selama bertahun-tahun, menyebar ke semua tingkat, lokasi geografis dan bisnis. Proses ini akan mengajak para pemimpin untuk memikirkan kembali segala sesuatunya mulai dari impian pribadi mereka sampai ke visi mereka bagi bisnis dan cara melaksanakan kepemimpinan. Ini adalah usulan yang besar dan berani.
Ketika para pemimpin mulai menggambar rancangan berbagai seminar dan retret yang direncanakan untuk perusahaan, mereka menggunakan kata-kata yang tidak biasa seperti gairah, bermuatan emosi, kerentanan, risiko, dan visi pribadi. Di dalam banyak perbincangan selama berbulan-bulan, mereka memperhatikam wajah orang-orang untuk melihat reasksinya dan terus melanjutkannya, mereka yakin bahwa kerangka kerja mereka untuk perubahan perorangan dan organisasi sudah bagus dan bahwa para eksekutif perlu terlibat secara emosi di dalam proses, jika mereka ingin peroses ini berhasil.
Inilah rencananya: Pertama-tama, 100 pemimpin puncak perusahaan akan berpartisipasi dalam sebuah retret pembukaan, dipimpin oleh pemimpin Niall FitzGerald dan Antony Burgmans. Dalam retret ini mereka akan mengeksplorasi kebiasaan-kebiasaan masa lalu secara pribasi, juga kepercayaan pribadi serta impian mereka untuk masa depan. Ini akan dilakukan di suatu tempat yang akan mampu menggugah dan mendorong tim puncak keluar dari area nyamannya. Didalamnya akan dilibatkan tantangan-tantangan fisik sekaligus mengajak orang menjalani perjalanan emosi bersama rekan-rekannya kesempatan untuk saling mengenal dan mengembangkan kepercayaan serta keterbukaan yang sebelumnya tidak terpikirkan; sebuah kesempatan untuk menjadi jujur. Ini akan menjadi pengalaman yang menyentuh hati orangmenjadi relevan dalam kehidupan mereka setelah mereka pulang. Tujuan akhirnya adalah membawa perilaku baru, pola pikir baru, dan cara-cara baru dalam bekerja bersama ini kembali ke tempat kerja.
Sesudah retret pertama, fase kedua akan dimulai, dimana 500 pimpinan puncak di seluruh perusahaan akan menghadiri serangkaian seminar yang dirancang untuk mempraktekkan norma-norma baru budaya, mewujudkan visi ke dalam tindakan, dan menggerakkan perubahan pada bisnis. Kemudian, dalam beberapa tahun, di seluruh dunia, unit-unit bisnis satu tingkat di bawah manajemen puncak akan meniru prosesnya: melibatkan impian dan gairah orang-orangnya, dan kemudian mengalihkannya ke arah bisnis.
Sumber: PRIMAL LEADERSHIP, Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi; Daniel Goleman
Post a Comment