Happiness will drive your sucess. Hanya dengan jiwa-jiwa yang bahagia, maka kesuksesan hidup yang sejati bisa diraih dengan gemilang. Sukses finansial. Sukses sosial. Sukses spiritual.
Sayangnya dalam perjalanan panjang menceburkan diri dalam kolam kebahagiaan itu, acapkali muncul sejumlah faktor yang menyergap dan menggagalkan kita untuk tiba di tujuan dengan selamat.
Apa saja faktor itu? Kenapa faktor itu bisa benar-benar membuat masa depan hidup kita menjadi kelabu dan muram durjana?
Sambil menyeduh teh poci hangat, kita mau mengulik jawabannya di pagi yang teduh ini.
Tulisan kali ini adalah seri kedua dari serial artikel tentang the science of happiness. Dalam tulisan pertama minggu lalu kita sudah melacak 10 dimensi kunci pembentuk unsur kebahagiaan.
Sebelum menelusuri lebih jauh, sekali lagi mau ditegaskan fakta yang telah dikuak oleh para peneliti the science of happiness : never underestimate the power of happiness in creating your future life.
Jiwa yang bahagia cenderung akan lebih kreatif, lebih tangguh daya tahan mentalnya, lebih sehat dan lebih sukses dalam hidup.
Jika demikian halnya, lalu kiat apa yang perlu diracik agar kita bisa membangun jiwa-jiwa yang bahagia?
Profesor Barbara Frederickson dalam bukunya POSITIVITY (sebuah buku yang menurut saya salah satu yang terbaik dalam the science of happiness) mengungkapkan fakta menarik.
Menurut Prof Barbara, dalam proses merajut happiness, selalu ada dua sisi yang saling bertempur : elemen-elemen positif (yang baik bagi level kebahagiaan) dan unsur-unsur negatif (yang buruk bagi upaya pemekaran kebahagiaan).
Walhasil, saat kita mau melentingkan jiwa kita menuju kebahagiaan maka perbanyaklah elemen positif dalam senyawa kehidupan kita. Sebaliknya, kurangi elemen-elemen negatif agar kita tidak sering terpuruk dalam duka.
Apa saja elemen negatif itu? Berikut 3 unsur negatif yang acap menyelinap dalam raga kita, dan membuat kita kian jauh dari jiwa bahagia yang meruap-ruap.
Negative Power # 1 : Negative Thinking. Mungkin hidup saya akan begini-begini selamanya. Mungkin saya tidak akan pernah dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi dengan gaji yang lebih memadai. Mungkin selamanya saya tidak pernah sanggup membeli rumah sendiri.
Kilatan negative thinking yang pekat dengan aura pesimisme itu kadang menyelinap. Di saat kita merenung, atau di saat kita letih sehabis pulang kantor dan tiduran di dipan rumah.
Negative thinking seperti ini acap membuat motivasi kita melemah, dan membuat kita pelan-pelan terpepet dalam kepedihan. Energi positif kita kian redup dan jiwa kebahagian kita terkoyak.
Itulah kenapa para happiness scientists menulis : you must dispute your negative thinking.
Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan justru meluangkan banyak waktu untuk berpikir ke arah sebaliknya, ke arah positif dan optimis : suatu saat penghasilan saya pasti akan melesat, dan saya paham arah kesana. Atau : saya yakin bisa membeli rumah sesuai impian saya. Hanya soal waktu untuk mewujudkannya (ya, asal waktunya sebelum Anda meninggal dunia )
Lebih banyak meluangkan waktu untuk berpikir positif dan optimis akan membuat ruang otak Anda untuk berpikir negatif dan pesimis menjadi kian mengecil. Dan persis dititik itulah, kebahagiaanmu pelan-pelan naik, dan keajaiban sebentar lagi bisa datang menghampirimu.
Negative Power # 2 : Never Ending Complaining. Susah pak kerja disini, sistem karirnya ndak jelas. Boss saya suka pilih kasih pak. Wah targetnya sulit dicapai mas karena banyak faktor eksternal. Capek kerja disini mas, kerjaannya banyak gajinya segitu-gitu saja.
Sounds familiar?
Mengeluh, apalagi dengan frekuensi yang cukup sering, hanya akan membuat energi positifmu tersabotase dan diam-diam kepedihan akan menyergap.
Sialnya, studi neurologi membuktikan, saat energi positifmu mengkerut dan kesedihan menyergap, wawasan kreatifmu otakmu juga nyungsep. Mengeluh akan membuatmu gagal berpikir kreatif, saat mencoba menemukan jalan keluar bagi situasimu yang kurang menguntungkan.
Never ending complaining hanya akan membuat sel-sel kreativitas dalam otakmu layu, dan ini bisa memicu petaka kelam : energi untuk mencari jalan alternatif bagi perbaikan nasibmu tak lagi tersisa.
Mengeluh hanya akan membawamu dalam lingkaran setan yang muram : makin sering mengeluh > makin lenyap energi positifmu > makin mekar aura kesedihanmu > dan saat pikiran kian sedih maka otakmu gagal menemukan terobosan solusi yang kreatif > dan hidupmu akan makin terpuruk > dan karena makin terpuruk Anda akan mengeluh lagi > balik lagi ke kalimat awal.
Lingkiran setan yang kelam dan menggetirkan.
Negative Power # 3 : Bad News and Negative Information. Studi menunjukkan, makin sering Anda nonton berita di televisi maka Anda justru akan makin tidak obyektif memandang kehidupan. Studi lain juga menunjukkan, makin sering menyimak berita di televisi dan media lainnya bisa membuat Anda makin pesimis melihat masa depan (Seligman, Learned Optimism, 2007).
Kenapa bisa begitu? Karena ada prinsip absurd dalam bisnis media : bad news is good news. Berita buruk dan kepedihan (bencana, kecelakaan, korupsi, pemerkosaan, bom) acap lebih banyak muncul karena konon “lebih menjual”.
Apa akibatnya, saat 85% berita-berita di media menyajikan kabar buruk (bad news) dan kepedihan?
Pelan-pelan spirit optimisme dalam jiwamu pudar, digantikan dengan aura pesimisme. Atau juga melentingkan emosi-mu karena banyak berita yang ditampilkan memang bertujuan memancing emosi.
Itulah kenapa para happiness scientist menulis : kurangi waktu nonton berita di televisi dan selektif-lah membaca berita-berita di media. Sebab, terlalu banyak nonton berita (yang acap isinya sampah) di televisi dan media hanya akan menggerus spirit optimisme dan kebahagiaan dalam jiwamu.
DEMIKIANLAH, tiga unsur negative power yang acap menyelinap dalam keseharian kita. Negative thinking. Never ending complaining. Dan negative information.
Waspadalah selalu dengan jebakan tiga unsur negatif itu. Sebab jika tergelincir di dalamnya, maka perjalanan kita merajut bentangan kebahagiaan akan kian terjal.
Saat tiga elemen negatif terus menyergapmu, mungkin masa depan hidup-mu akan terpeleset dalam sejarah muram, pahit dan penuh nestapa.
Post a Comment