skip to main |
skip to sidebar
Berhenti Produktif Dan Terjebak Dalam Otomatisasi Pekerjaan
By: Adang Adha
Ingatkah anda ketika anda pertama kali belajar bahasa asing? Ketika pertama kali anda belajar bahasa asing anda menterjemahkan satu persatu bahasa ibu anda ke dalam bahasa asing yang anda pelajari. Menghafal kata demi kata dari bahasa asing dengan mengingat ingat arti kata bahasa asing tersebut padananya dengan bahasa ibu anda. Ketika anda berbicara anda mulai dengan terbata bata anda mulai dari menterjemahkan bahasa ibu anda, lalu merangkai satu persatu kata menjadi kalimat yang mudah dimengerti. Hal lainnya ketika anda terbiasa menggunakan bahasa ibu lalu beralih menggunakan bahasa asing adalah secara psikologi kognitif setiap bahasa memiliki cara berfikir yang berbeda. Lebih jauh para ahli psikologi budaya atau indigenous psychology setiap bahasa dari budaya tertentu memiliki cara merasa yang berbeda pula.
Namun lama kelamaan ketika anda melatih kemampuan anda, anda mulai mampu berfikir dengan bahasa ibu dan bahasa asing sekaligus. Anda menyadari bahwa anda memiliki kemampuan berbicara dengan bahasa asing dan lama kelamaan anda Anda sudah mampu berbicara dengan bahasa asing tanpa perlu lagi memikirkan proses penjembatannya seperti anda baru pertama kali belajar dulu. Perhatian sadar anda sudah mengarah pada isi pembicaraanya bukan pada proses bicaranya. Proses latihan dan pembiasaan ini membuat pikiran kita bekerja secara otomatis kompeten menggunakan bahasa asing.
Hal ini juga berlaku ketika anda mempelajari keahlian tertentu di tempat kerja anda. Ketika anda baru pertama kali bekerja anda perlu mengintegrasikan satu persatu proses kerja anda. Pikiran sadar anda terfokus pada bagaimana melakukan proses pekerjaan, menaati satu persatu langkah SOP yang ada di perusahaan. Di proses ini keberadaan SOP yang jelas dan lengkap sangat membantu anda untuk dengan cepat menguasai pekerjaan anda. anda terus mengembangkan pola kerja dan pola pikir anda agar pekerjaan yang anda hadapi dapat anda kuasai.
Ketika pekerjaan sudah anda kuasai dan anda melakukan tersebut pekerjaan terus menerus and sudah tidak lagi berfokus pada proses bagaimana pekerjaan itu dilakukan tapi kepada konten dari pekerjaan tersebut. Proses melakukan dengan otomatis sudah terekam dengan dalam memori anda, istilah saya “merem aja pekerjaan selesai” dan selamat!! Anda sudah kompeten dalam pekerjaan anda. Otomatisasi kompetensi ini membuat stressor atau tekanan pekerjaan menurun anda mulai nyaman dengan kondisi pekerjaan anda. Anda tidak memerlukan perhatian khusus lagi dalam melakukan pekerjaan anda.
Di titik ini seharusnya anda mulai mampu mengembangkan pemecahan masalah agar pekerjaan tersebut menjadi lebih efektif, melakukan perbaikan proses agar pekerjaan lebih cepat selesai dengan kualitas pekerjaan yang semakin membaik tentunya. Hal ini merupakan tanda bahwa hard skill dan soft skill anda berkembang. kemampuan daya pikir anda meningkat karena anda melakukan improvement atau perbaikan dalam pekerjaan anda atau melakukan sesuatu yang baru dalam pekerjaan. Namun sayangnya beberapa orang memilih untuk tetap dalam kondisi nyaman dengan stressor yang rendah. Menikmati otomatisasi pekerjaan melakukan pekerjaan yang itu itu saja setiap hari. Anda berhenti memikirkan cara baru, berhenti mengajukan usul perbaikan dan berhenti meningkatkan kemampuan anda.
Apa resikonya untuk diri anda jika anda berhenti meningkatkan kemampuan anda?
Selain anda terjebak dalam rutinitas anda masuk dalam zona otomatisasi robot. Pergi pagi pulang malam melakukan pekerjan yang sama dari hari senin sampai hari jumat atau waktu kerja anda, menunggu datangnya hari sabtu minggu atau libur untuk juga melakukan aktivitas yang sama dan mengulang kegiatan rutin ini selama bertahun tahun lalu menyadari tidak ada perubahan signifikan dalam hidup anda. Mengulang 1 tahun yang sama berkali kali sampai tiba tiba anda merasa fisik anda tidak sekuat dulu merasa sudah terlambat lalu mulai keluar kalimat kalimat “yah saya sudah tua mau apa lagi yang dicari?”
Beberapa pimpinan di perusahaan mengeluhkan betapa banyak karyawan yang berhenti produktif, nyaman dengan otomatisasi, enggan berubah ketika perusahaan membutuhkan karyawannya untuk berubah yang malah membuat perusahaan terbebani singkatnya mereka berhadapan dengan karyawan n yang berhenti mengembangkan kompetensi dan berhenti menantang hal baru bagi dirinya sendiri. Di sisi karyawan beberapa berpendapat perubahan itu selau membawa hal buruk. Dimana karyawan harus belajar hal baru, meningkatkan kompetensi baru, meningkatnya stressor pekerjaan dan keluar dari zona otomatisasi yang sudah nyaman. Sungguh sesuatu hal yang ingin di hindari untuk karyawan yang hanya mengharapkan gaji tanpa mau meningkatkan produktivitas dan kualitas kerjanya. Hal yang sering anda alami bukan?
Hal lain ketika anda memutuskan untuk berhentu bertumbuh Syaraf syaraf dalam otak anda pun berhenti membuat jalinan baru. Beberapa penelitian tentang kecerdasan membuktikan bahwa ketika anda meningkatkan kemampuan anda maka gen anda bermutasi, kecerdasan pada level yang lebih baik siap untuk di turunkan kepada anak anda. Syaraf otak yang berhenti membuat jalinan baru ditambah dengan kalimat sugesti ““yah saya sudah tua mau apa lagi yang dicari?” maka dengan cepat syaraf akan mengalami degradasi atau penurunan kemampuan dan kualitas yang mengakibatkan anda menjadi lebih cepat lupa dan resiko terkena penyakit Parkinson lebih besar. Oleh karenanya sangat penting bagi manusia untuk selalu belajar hal baru, meingkatkan terus kompetensinya, meningkatkan terus kebijaksanaanya agar otak tetap dalam kondisi prima.
Saya mengenal seorang yang special yang suka sekali ikut training public saya. Umurnya saat ini sudah 75 tahun hampir tiga kali umur saya. Beliau menyandang gelar doktor dan merupakan salah satu dosen di salah satu universitas terkemuka di Indonesia. Masih dalam kondisi prima untuk orang seumurannya, masih aktif mengajar dan jalan kaki setiap pagi. Alasan mengikuti training public saya hanya ingin belajar hal baru dan ketemu dengan orang baru. Dan membuktikan pada saya caranya selalu mengupgrade keahlian dan membentuk jalinan syaraf baru membuat beliau tetap prima sampai umurnya saat ini.
Sahabat saya mengeluh bagaimana anak laki lakinya yang berumur 11 tahun enggan sekali belajar, motivasi berprestasinya rendah dan malas pula belajar hal baru. Dari hasil ngobrol dan diskusi dengan sahabat saya ini beliau termasuk kategori karyawan yang memutuskan untuk berhenti bertumbuh, dengan karir pekerjaan yang tidak meningkat 5 tahun terahir, berkutat dengan nyamannya otomatisasi pekerjaan setiap hari. Ya benar, orangtua mengajarkan anaknya bukan hanya dengan kata kata namun juga dengan perilakunya sehari hari. Pertanyaan saya pada sahabat saya ini. “apakah lu udah kasi contoh yang bener di depan anak lu bahwa elu adalah orangtua yang juga berprestasi?”
Post a Comment